webnovel

Namanya, Aylin

Cukup lama Syahdu termenung memikirkan tentang anak kecil tersebut, sampai tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 7.25 WIB.

Itu artinya 5 menit lagi ia harus bergegas melakukan pekerjaannya untuk pertama kali.

Sesuai yang telah di katakan saat wawancara kemarin, Syahdu akan membantu dokter Umar untuk memeriksa pasien.

Mungkin selama 3 bulan ia akan bekerja dengan dokter berparas tampan nan rupawan itu.

Saat Syahdu menyadari jam telah menunjukkan waktu untuk pergi, ia segera bergegas menuju tempat kerjanya untuk menemui dokter Umar yang telah menunggu Syahdu.

Sesampainya di depan ruangan dokter Umar, Syahdu mengetuk pintu.

"Tok.. tok.. ". suara Syahdu mengetuk pintu.

"Masuk!". Jawab dokter Umar mempersilahkan Syahdu untuk masuk ke ruangannya.

Ternyata di dalam ruangan tersebut dokter Umar bersama dokter Wisnu yang sedang berbincang mengenai pasien mereka.

"Dokter Syahdu silahkan masuk". Pria berparas tampan itu mempersilahkan Syahdu masuk".

"Perkenalkan, ini dokter Wisnu yang juga akan menjadi rekan kerja kita". Kata dokter Umar pada Syahdu.

"Kenalkan saya Wisnu Pratama". Kata dokter berperawakan tinggi berkulit sawo matang pada Syahdu sambil menjulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan.

"Saya Syahdu". Syahdu menundukkan kepala dan mengangkat kedua tangannya sebagai isyarat jika ia tak bisa menyentuh atau bersalaman dengan laki laki itu.

"Oh, iya saya minta maaf". Sambil tersipu malu dokter Wisnu meminta maaf karena sudah mengajak Syahdu bersalaman.

Syahdu hanya tersenyum dan menundukkan kepala sebagai isyarat jika ia tak apa apa.

Mereka bertiga berbincang membahas tentang tugas yang akan mereka lakukan hari ini.

Pertama adalah kunjungan pada para pasien yang sedang di rawat di rumah sakit tersebut.

Kali ini Syahdu dan dokter Umar yang akan melakukan kunjungan pasien bersama.

"Karena dokter Wisnu ada jadwal seminar di luar kota selama 1 Minggu, maka selama seminggu ke depan dokter Syahdu akan melakukan kunjungan pasien bersama saya". Kata dokter Umar pada Syahdu.

"Baik dok". Jawab Syahdu singkat.

Setelah sekitar 20 menit berdiskusi, akhirnya mereka pun pergi untuk melakukan kunjungan terhadap pasien anak anak yang sedang di rawat.

Sedangkan dokter Wisnu pergi dan bersiap siap untuk seminar di luar kota.

"Dokter Syahdu, kalau dokter punya pertanyaan, silahkan bertanya pada saya, tak perlu sungkan sungkan". Kata dokter Umar pada Syahdu yang berjalan di samping kanannya.

"Baik Dok, mohon bimbingannya karena saya dokter baru di rumah sakit ini, jadi saya mohon jika saya salah, dokter menegur saya".

Pinta Syahdu.

Kunjungan pertama kali ini pada pasien bernama Aylin, seorang anak berusia 7 tahun yang di diagnosa mengalami LLA atau Leukimia Limfoblastik Akut.

Leukimia Limfoblastik Akut karena sebagian besar limfoblas tidak berubah menjadi limfosit. Akibatnya, limfoblas semakin banyak dan memenuhi sumsum tulang, hingga kemudian keluar dari sumsum tulang dan masuk ke aliran darah.

Namun, meskipun gadis kecil itu mengidap penyakit yang serius, keceriaan dan semangatnya untuk sembuh dan pulih kembali sangatlah tampak dari keceriaan yang ia perlihatkan.

"Halo cantik, gimana kabarnya?". Tanya Syahdu pada gadis kecil itu.

"Aku baik kak, kakak ini dokter juga?". Tanya gadis kecil itu ketika melihat orang yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

"Iya, kakak dokter baru disini, nama kakak Syahdu". Sambil mendekatinya aku mengelus rambutnya seolah aku ingin memberikan kasih sayangku untuk menyemangati dirinya.

"Yeeyy... akhirnya aku punya teman cewek di rumah sakit ini". Kata Aylin polos.

"Boleh Aylin panggil kakak saja ?". Tanya Aylin padaku.

"Tentu saja boleh sayang". Jawabku pada Aylin.

Dokter Umar yang memeriksa Aylin terlihat seperti kagum padaku.

Entah apa yang ada dipikiran dokter muda itu tentangku.

Dokter Umar melihatku dengan tersenyum.

"Kak Syahdu, Aylin kesepian disini?, Aylin mau pulang ketemu papa, mama dan teman teman serta bermain dengan mereka". Tutur Aylin pada Syahdu.

"Iya sayang, tapi Aylin harus semangat untuk sembuh, harus rajin minum obat ya biar cepat sembuh". Kataku sambil memeluknya.

"Nanti kalau Aylin kesepian, nanti kak Syahdu ajak main boneka deh, mau nggak ?". Kataku padanya.

"Mau kak". Jawab Aylin dengan semangat.

Setelah memeriksa Aylin, dokter Umar dan Syahdu meninggalkan Aylin dan meminta Aylin untuk istirahat.

Namun, Aylin menolaknya, ia berkata jika ia kesepian dan ingin ada yang menemaninya.

Akhirnya dokter Umar meminta Syahdu untuk menemani Aylin hingga ada keluarganya yang menjenguk.

Syahdu menyanggupi permintaan tersebut.

Syahdu berbincang lama dengan Aylin.

Aylin anak yang ceria itu bercerita pada Syahdu jika ia tak memiliki sosok seorang ibu.

Ia bercerita, ibunya meninggalkan dia dan ayahnya ketika Aylin masih bayi.

Ayahnya bekerja di Inggris, bernama William, katanya.

Namun, karena pandemi covid, sudah dua tahun Aylin dan ayahnya tak bertemu.

Terlihat anak itu sangat merindukan sosok ayahnya.

"Nanti kalau Daddy ke sini, nanti Aylin kenalkan ya, Kak" katanya.

"Siap" jawab Syahdu.

"Lalu, Aylin biasa di jenguk siapa?". Tanyaku pada gadis kecil itu.

"Aylin di jenguk nenek dan nanny (pengasuh atau pembantu)". Jawab Aylin pada Syahdu.

"Tapi tadi Daddy telpon, katanya besok mau datang kesini soalnya lagi libur kerja, Aylin kangen sekali dengan Daddy". Katanya padaku.

"Besok kak Syahdu mau kan datang ke ruangan Aylin?". Tambahnya.

"Siap". Jawabku pada Aylin sambil tersenyum ke arah gadis kecil itu.

Tiba tiba di saat kami berbincang dan bercerita, suara ketukan pintu terdengar dari luar.

"Tok..tok..". Suara ketukan pintu.

"Aylin nenek bawa makanan kesukaan Aylin".

Seorang wanita paruh baya berusia sekitar 60 tahun masuk membawa makanan untuk diberikan pada Aylin.

"Tebak, nenek bawa apa?". Tanya nenek pada Aylin.

"Coklat?". Tebak Aylin.

"Bukan, coba tebak lagi" ujar wanita tua itu pada Aylin yang sedang terbaring di kasur rumah sakit.

"Permen?" tebak Aylin sekali lagi.

"Bukan, juga" jawab nenek Aylin padanya.

"Lalu apa dong, Nek?" tanya Aylin penasaran.

"Nenek bawa ayam goreng kesukaan Aylin" jawabnya.

"Tapi Aylin mau makan coklat, Nek" ucapnya.

"Nanti Nenek belikan ya, sekarang Aylin makan dulu" bujuk neneknya pada Aylin.

Setelah neneknya datang, Syahdu pun pamit untuk pergi menemui dokter Umar dan melanjutkan kunjungan mereka.

Aylin dan Syahdu bercerita cukup lama, sekitar 30 menit.

"Saya pergi dulu ya". Pamit Syahdu pada Aylin dan neneknya.

Syahdu bergegas mencari dokter Umar yang sedang melakukan kunjungan sendiri.

Ternyata kunjungan pasien hari ini sudah selesai dan dokter Umar sedang melihat laporan dan hasil pemeriksaan dari pasien pasiennya dalam ruangannya.

"Dokter Syahdu, saya melihat Aylin memiliki semangat yang lebih ketika bertemu dengan dokter Syahdu". Kata dokter Umar pada Syahdu.

"Selain perawatan dan pengobatan, yang mereka butuhkan adalah teman yang mengerti dan memahami perasaan mereka sehingga mereka menjadi optimis untuk sembuh". Ujarnya padaku.

"Saya melihat rekan kerja saya dulu kurang begitu memahami mereka, mereka hanya memberikan pengobatan dan perawatan tanpa berusaha agar lebih dekat dan berbagi cerita dengan mereka". Katanya padaku.