webnovel

Cinta Pandangan Pertama

Hari pertama bekerja, hari ini sangat melelahkan untuk Syahdu.

Namun, demikian ia tetap senang karena ia bisa bertemu dengan anak anak yang memotivasinya untuk selalu semangat dan ceria, apapun keadaan yang kita alami.

Ia merasa malu dengan semangat anak anak itu, karena masalah yang mereka alami jauh lebih besar daripada yang Syahdu alami.

Hari ini Syahdu pulang pukul 5 sore.

Seperti biasa ia menunggu angkot yang biasa ia tumpangi ketika hendak pergi.

Namun, entah mengapa tak ada angkot yang lewat di depan rumah sakit itu.

Sudah sekitar setengah jam lebih Syahdu menunggu angkot, namun tidak ada tanda tanda kendaraan warna biru itu muncul.

"Dokter Syahdu". Seseorang membuka kaca jendela mobil Pajero keluaran terbaru.

Seorang pemuda tampan nan rupawan memanggil Syahdu yang sedang berdiri di depan pintu gerbang rumah sakit itu.

"Iya, dokter Umar". Syahdu menjawab sapaan pemuda tersebut sambil menyunggingkan senyumannya pada laki laki rupawan itu.

"Lagi nunggu siapa?". Tanya dokter itu pada Syahdu.

"Saya lagi menunggu angkot untuk pulang". Jawab Syahdu dengan ramah.

Mendengar ucapan Syahdu, dokter Umar berinisiatif untuk mengantarkan Syahdu pulang.

Sebuah kesempatan yang baik untuk mendekati dokter muda nan cantik itu.

Dokter perempuan pertama yang membuat hatinya berdetak tak karuan saat pertama kali ia melihatnya pada pandangan pertama.

Namun, ia sadar bahwa tak mungkin Syahdu mau dengan dirinya karena ia berpikir Syahdu sudah menikah dan memiliki anak.

Hal itu karena, ketika ia pertama kali melihat Syahdu, dokter muda itu sedang menggendong anak laki laki dan terlihat sangat menyayangi.

Namun, hal itu tak menghentikan rasa kagumnya pada wanita berparas elok nan lembut itu.

"Mari saya antar dok". Tawar Umar pada Syahdu.

"Mendung juga hari ini, takutnya nanti hujan turun dan angkotnya sudah pulang". Tambahnya meyakinkan Syahdu.

"Tidak, dok, nanti merepotkan". Jawab Syahdu menolak tawaran Umar.

"Saya mau pesan taksi online saja". Tambahnya.

Di sela-sela perbincangan mereka, tiba tiba datang sahabat Syahdu yaitu Fatma.

Fatma yang tak sengaja melewati jalan depan rumah sakit itu bertemu dengan Syahdu dan Umar yang sedang berbincang.

"Syaa.. kok belum pulang?". Tanya Fatma yang mengendarai sepeda motor berwarna pink miliknya.

"Lagi nungguin angkot". Jawab Syahdu pada Fatma.

"Mana ada angkot jam segini, udah pada pulang karena mendung juga mau hujan deras". Jawa Salma sambil membuka helmnya.

Umar yang melihat percakapan mereka berdua kemudian keluar dari mobilnya dan berusaha membujuk Syahdu agar mau ia antar untuk pulang ke rumah.

"Iya, sudah saya tawari untuk bareng saya tapi sahabat kamu itu malah tidak mau". Sahut Umar pada mereka.

Fatma yang melihat paras tampan dan rupawan dokter itu langsung tersenyum dan tersipu malu ketika memandang ke arah dokter itu.

Siapa yang tak tertarik dengan dokter muda berparas tampan dan rapi.

Tentu saja semua wanita berlomba lomba ingin menjadi kekasih hatinya.

Semua wanita berlomba lomba untuk menarik perhatian pria itu.

"Sepertinya kita pernah bertemu ya?". Kata Umar pada Fatma.

Mereka memang pernah bertemu sekali, ya ketika Fatma tak sengaja menabrak dokter itu ketika hendak menemui Syahdu.

"Iya dok, maaf waktu itu saya buru buru jadi tak sengaja saya menabrak dokter". Terang Fatma pada dokter Umar.

Syahdu yang melihat tingkah sahabatnya tampak tersipu malu dan salah tingkah, membuatnya ia paham jika sahabatnya tertarik dengan dokter muda itu.

"Perkenalkan nama saya Umar, dokter sekaligus rekan kerja dokter Syahdu". Kata Umar pada Fatma sambil melirik Syahdu.

"Fa..Fa..Fatma, sahabatnya Syahdu". Jawab Fatma agak kikuk karena saah tingkah.

"Mari dokter Syahdu saya antar pulang". Tawar dokter Umar sekali lagi pada Syahdu.

"Saya bareng sama Fatma saja dok". Jawab Syahdu.

"I..iya, benar dok, biar Syahdu saya antar pulang". Kata Fatma.

"Kalau begitu, saya duluan ya dokter Syahdu, Fatma". Pamit Umar pada Syahdu dan Fatma sembari berjalan menuju mobilnya.

Syahdu dan Fatma hanya mengangguk sebagai isyarat mereka menyetujui perkataan Umar.

Syahdu dan Fatma pun meninggalkan rumah sakit itu.

Disepanjang jalan, Fatma bertanya tentang Umar pada Syahdu.

Tampaknya laki laki muda itu telah membuat Fatma, sahabatnya jatuh cinta.

"Dokter Umar itu ganteng ya, keren lagi". Ucap Fatma sambil tersenyum dan tersipu malu.

"Haaahhh..apa?". Sahut Syahdu.

"Aku nggak denger Fat". Sahut Fatma sambil mendekatkan telinganya pada Fatma yang sedang memboncengnya.

"Dokteerr Umaaarr keren banget, udah tampan, ramah, pintar, kaya lagi". Teriak Fatma pada Syahdu.

"Gitu aja masa nggak denger sih Bu dokter?". Ucap Fatma agak kesal pada Syahdu.

"Wajarlah, kan banyak kendaraan jadinya bising dan otomatis ga denger". Jawab Syahdu pada Fatma.

"Kamu suka sama Dokter Umar?". Tanya Syahdu.

"Siapa sih Sya yang nggak suka sama cowok kayak gitu, idaman semua wanita itu". Kata Fatma yang tiba tiba berhenti di sebuah masjid yang cukup besar di daerah kota Malang.

"Kamu mau nggak jodohin aku sama dia?". Pinta Fatma dengan Syahdu.

"Kamu tuh ada-ada aja ya, aku tuh baru kenal sama Umar". Jawab Syahdu pada Fatma yang sedang kasmaran.

"Mana berani aku jodoh-jodohin orang, sedangkan aku sendiri pernah gagal ketika mau menikah". Tambah Syahdu sembari mengingat masa lalunya yang pahit dan membuatnya trauma.

"Ayolah Sya, kamu kan sahabatku, masa nggak mau sih liat sahabatmu bahagia?". Bujuk Fatma pada Syahdu.

"Udahlah ayo kita sholat Maghrib dulu, kamu minta aja sama Allah". Jawab Syahdu.

Suara adzan berkumandang.

Memanggil setiap insan.

Untuk datang dan berkeluh kesah.

Meminta dan berharap pada Sang Pencipta.

Mengadukan setiap masalah kehidupan.

Panggilan sholat.

Itulah Adzan.

Menyatukan setiap insan.

Kaya atau miskin, semua tetap sama di mata sang Khaliq.

Mereka semua bersujud di atas lantai.

Memohon Rahmat dan kasih sayang kepada Sang Maha penyayang dan sang Maha pengasih.

Allah Robbul Alamin.

Allah, Tuhan seru sekalian alam.

"Wah, kok hujannya deras sekali". Kata Fatma.

"Tadi kalau kita sholat di rumah, pasti tak akan kehujanan dan terjebak nggak bisa pulang kayak gini". Kata Fatma pada Syahdu.

"Belum tentu kita pulang dengan selamat dan bisa melakukan sholat". Jawab Syahdu singkat.

Mendengar jawaban sahabatnya itu, Fatma merasa terkejut.

"Astaghfirullah, Syahdu kok bilang kayak gitu sih". Kata Fatma sambil menggaruk Faruk kepala.

"La, emang benar kan? apakah kita bisa menjamin kita akan selamat ketika sampai di rumah?".

"Bisa saja terjadi kecelakaan dan membuat kita pergi untuk selamanya ke alam keabadian kan?". Jawab Syahdu.

"Kalau misalkan itu terjadi dan kita belum sholat? apakah kamu tidak takut?". Tambah Syahdu.

"Udah ah Sya, kamu ngomongnya serem banget sih". Jawab Fatma pada Syahdu.

"Oh iya Sya, aku mohon ya kamu jodohkan aku sama Umar". Pinta Fatma dengan wajah memelas.

"Udah ah jangan bahas itu lagi, jangan lupa besok setelah kerja, kita jenguk Yusuf di Panti asuhan ya". Syahdu mengingatkan Fatma tentang rencana mereka menjenguk Yusuf.

Fatma hanya menganggukkan kepala.