webnovel

Ini Bukan Bumi

Redakteur: Wave Literature

"Jangan khawatir semuanya. Itu hanyalah dua binatang buas yang sedang bertarung. Mereka akan segera pergi." Sebuah suara yang renyah terdengar di gerbong saat sebuah layar yang tadinya mati mulai berkedip-kedip.

Dalam layar itu, tampak seekor binatang buas yang seperti banteng dengan empat tanduk di kepalanya. Binatang itu meraung dengan liar.

Lawannya adalah seekor macan tutul dengan panjang 10 meter. Macan tutul itu seperti hantu saat ia melompat mengarah ke banteng.

Binatang itu benar-benar gesit!

Hampir semua prajurit baru yang melihat pertempuran itu merasakan ketakutan yang besar.

Mereka semua dianggap memiliki kemampuan luar biasa di antara teman-teman mereka, namun saat melihat binatang buas raksasa tersebut, mereka kehilangan kepercayaan diri.

Mereka bahkan tak memiliki keyakinan sedikitpun kalau mereka bisa bertahan saat melihatnya, apalagi jika disuruh mengalahkan binatang buas seperti itu.

BRUK! Banteng bertanduk empat menyerang ke arah macan tutul. Kecepatannya tak terlalu cepat, tetapi sangat ganas saat ia berlari menuju lawannya, berharap untuk menabraknya sekeras mungkin.

Saat macan tutup itu hampir ditabrak, semua orang yang menyaksikan pertarungan tersebut menyadari binatang itu tiba-tiba saja menghilang dan muncul kembali di belakang banteng bertanduk empat.

Ketika cakarnya yang tajam seperti pisau itu menebas tubuh lawannya, sepotong daging dengan berat setidaknya 50 kilo tercabik dari badan banteng itu.

Banteng itu tak melambat. Tubuhnya menabrak sebuah bukit, membuat bumi tiba-tiba mulai bergetar.

Banteng bertanduk empat itu meraung dengan panik saat mencoba melarikan diri. Saat ia berlari, macan tutul yang terus muncul bagai hantu tersebut terlihat bermain-main dengannya dan merobek-robek sebagian dagingnya.

Sepotong, dua potong, tiga potong…

Saat macan tutul dan banteng itu menghilang di kejauhan, kereta mulai berjalan kembali. Namun kali ini, semua penumpang di dalamnya terdiam.

"Cepat, lihat!" seseorang berteriak dan menunjuk ke jendela.

Luo Yunyang mengikuti suara itu dan melihat ke luar. Ia melihat setetes darah yang hampir seukuran telur merpati tertanam pada sebuah batu.

Jelas sekali darah itu seperti dibanting ke batu tersebut.

Luo Yunyang dan orang-orang lainnya jelas tahu seberapa keras batu itu. Setetes darah tak mungkin meninggalkan jejak seperti itu.

Namun, tetesan darah ini telah membentuk sebuah lubang pada batu tersebut.

"Binatang buas itu telah berevolusi dengan luar biasa!" seorang pria besar yang memimpin prajurit itu mengeluh. "Setetes darah ini setidaknya memiliki berat 10 kilo."

Bagaimana mungkin setetes darah memiliki berat 10 kilo?

"Sebenarnya, kekuatan kita dapat meningkat dengan cara berlatih dan menjadi lebih hebat saat kualitas sel kita meningkat."

Setelah mengatakan hal ini, pria besar itu tertawa. "Kalian harus menimbang berat badan. Kalian sudah tak seringan itu lagi."

Kata-katanya membuat Adik Liao berpura-pura marah.

Luo Yunyang menganggukkan kepalanya pelan. Ternyata peningkatan kekuatan tubuhnya disebabkan oleh peningkatan massa selnya.

"Kakak Zhao, apa… Apa yang akan terjadi jika binatang buas itu menyerang kita?" Seorang gadis yang lembut bertanya dengan ekspresi menyedihkan.

"Jangan takut. Para leluhur pejuang bela diri sedang menjaga kereta kita. Walaupun Macan Tutul Hantu itu mungkin adalah binatang buas tingkat B, ia masih bisa dikalahkan."

Leluhur Pejuang Bela Diri?

Prajurit baru yang awalnya ketakutan karena kedua binatang buas tadi, tiba-tiba saja menjadi bersemangat. Bagi mereka. Para Leluhur Bela Diri merupakan sosok yang sangat jauh. Mereka tak bisa mempercayai Leluhur Bela Diri sedang mengawasi segala hal di kereta mereka.

Setiap Leluhur Bela Diri merupakan eksistensi yang sangat penting bagi umat manusia. Masing-masing dari mereka telah mengalahkan binatang buas tingkat B atau bahkan lebih tinggi.

Saat diskusi di kereta itu sedang berjalan, serangkaian bunyi bip tiba-tiba terdengar. Setelah bunyi bip itu, sebuah suara mengumumkan, "Kita telah tiba di Pangkalan Da Federasi 7. Semua orang dipersilahkan turun."

Walaupun Kakak Zhao sedang mengobrol dengan menggebu-gebu, ketika ia mendengarkan pengumuman tersebut, ia menghentikan semua yang dilakukannya dan berlari keluar gerbong.

Walaupun para prajurit baru merasa tingkahnya itu sedikit aneh, mereka adalah pendatang baru sehingga tak ada yang berani mengatakan apa-apa. Mereka juga keluar dari kereta dengan cepat.

Tempat pemberhentian ini seharusnya adalah tempat pelatihan Tentara Naga yang Bangkit tingkat elit, sehingga Luo Yunyang berpikir akan ada semacam bangunan di sini. Namun, ketika ia turun dari kereta, ia menyadari bahwa ia sedang berada di tengah hamparan gurun.

Hanya ada beberapa helai rumput yang tumbuh di tanah tandus sekitar mereka.

"Perhatian! Mulai berhitung!" teriak seorang pria kekar yang sedang mengenakan seragam tempur kamuflase yang terlihat seperti binatang buas.

Di satu sisi wajah pria tersebut terdapat bekas luka yang dalam yang memancarkan aura yang menyeramkan.

"Satu, dua, tiga…"

Murid elit Tentara Naga yang Bangkit tak mengalami kesulitan dalam berhitung. Luo Yunyang berdiri di tengah-tengah barisan. Ketika perhitungan selesai, jumlah mereka adalah 17 orang.

Itu berarti, total ada 17 murid elit dari Markas Besar Tentara Naga yang Bangkit Kota Chang'an.

"Anak-anak… Oh, ada juga beberapa perempuan. Selamat datang di Pangkalan 7. Aku bertanggung jawab untuk membawa kalian ke pangkalan. Jika kalian bertanya-tanya siapakah aku, kalian akan mengetahuinya jika kalian dapat berjalan menuju pangkalan hidup-hidup."

Saat ia berbicara, tatapannya mendarat pada Kakak Zhao yang berdiri tak jauh darinya. "Si sombong Zhao, aku dengar kau belum banyak peningkatan selama enam bulan ini. Jika kau tak bekerja keras pada periode ini, kau akan dikeluarkan dari kelas elit," ujarnya dengan dingin.

Pria yang telah memimpin semua orang di kereta itu tampak sedikit menyusut. Ia mundur seperti burung puyuh, tak berani mengeluarkan suara sedikitpun.

Mengikuti arahan dari pria kekar yang bahkan belum menyebutkan namanya itu, Luo Yunyang dan yang lainnya berjalan sejauh 25 kilometer. Kemudian, mereka memasuki sebuah gua.

Gua itu tidaklah terlalu dalam, hanya sekitar 500 meter. Namun, gua itu tak cukup lebar untuk dilewati dua orang. Ini jelas tak terlihat seperti sebuah pangkalan.

"Kuatkan tubuh kalian, akan ada beberapa perlawanan, jadi sebaiknya kalian bergegas masuk!" suara kasar pria dengan wajah seram itu bergema.

Tak ada yang tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba saja mereka mendengar suara pekikan yang memekakkan telinga mereka.

Satu pekikan, dua pekikan, tiga pekikan…

Walaupun Luo Yunyang ingin melihat apa yang sedang terjadi, namun keadaan di depannya terlalu gelap. Orang-orang lain juga menghalanginya sehingga akhirnya ia menyerah.

Ketika ia melangkah maju, ia menyadari adanya sebuah dinding batu di depannya. Di bagian atas dinding itu terdapat lapisan yang terasa seperti selaput. Sesuatu yang transparan yang hanya dapat dirasakan, namun tak bisa disentuh.

Ada sesuatu yang misterius di dalamnya. Luo Yunyang tak ragu-ragu. Ia menggunakan Formasi Naga Melingkar dan bergegas maju menuju lapisan misterius itu dengan kepala di depan.

Duar!

Ia merasakan kekuatan yang sangat besar menekannya dari segala arah. Tekanan ini datang dari kehampaan.

Walaupun Luo Yunyang telah menggunakan jurus dari Lukisan Kera-Naga, ketika ia menabrak lapisan tersebut, ia merasakan tekanan yang berat.

Ia bisa merasakan rasa sakit dari segala arah.

Ketika rasa sakit itu meningkat, Luo Yunyang tiba-tiba merasakannya menghilang. Tiba-tiba, sebuah cahaya yang terang muncul di depan matanya.

Luo Yunyang mengambil beberapa langkah maju dan mencapai tempat di mana cahaya itu berasal. Ia melihat area padat yang dipenuhi pepohonan yang tinggi dan sebuah kota besar.

Udaranya sangat menyejukkan, sehingga Luo Yunyang dapat mendengar samar-samar raungan harimau dan teriakan kera.

"Selamat datang di Pangkalan 7. Ini bukanlah bumi!" pria kekar dengan wajah seram itu berkata dengan nada mengejek.