Pagi hari...
Lucken bangun dari tidurnya dengan wajah yang terlihat lelah. Semalaman dia tidak bisa tidur gara-gara panggilan dari Reyna. Apa yang di katakan Reyna masih terngiang-ngiang di telinganya. Bukan karena mengingat sosok Reyna. Tapi lebih mengingat ucapan ancaman Reyna pada dirinya. Entah kenapa Lucken mempunyai firasat yang tidak bisa dia remehkan begitu saja atas semua ancaman Reyna.
Sambil melihat jam di dinding Lucken mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi untuk segera membersihkan badannya.
Hanya membutuhkan waktu beberapa menit Lucken sudah selesai mandi dan berganti pakaian dengan gaya penampilan yang santai.
"Drrrt... Drrrt... Drrrt"
Di saat Lucken sedang menyisir rambutnya tiba-tiba terdengar ponselnya berbunyi.
"siapa lagi yang menghubungi apakah Rena lagi tanya luken dalam hati seraya mengambil ponselnya yang ada di atas meja
kening bukan berkerut saat melihat nama Terry di layar ponselnya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com