"Hei ada apa? Aku perhatikan dari tadi mulutmu komat-kamit terus seperti sedang baca mantra saja apa yang kau gumamkan?" tanya pak Herman.
"Itu Pak, saya sedang memperhattikan suster yang menjaga Tuan Daffa," ucap si pengawal.
"Memangnya ada apa dengannya? Apa kau menyukainya?" tanya pak Herman dengan sedikit menggoda pengawa itu.
"Bukan itu Pak, tapi aku memperhatikannya karena dia memandang Tuan Daffa dengan penuh nafsu," terang si pengawal.
"Ya sudah kau terus saja awasi dia, dan kalau dia sudah mendekati Tuan Daffa baru dekati terus larang saja, tapi kalau dia masih terus membantah cepat kau beri tahu aku," ungkap pak Herman.
"Baik Pak akan saya laksanakan segera," sahut si pengawal.
"Bagus, kalau begitu aku keliling lagi," ucap pak Herman yang kembali meninggalkan pengawal itu sendirian.
"Aku lebih tenang sekarang kalau melihatnya sudah mulai menjauhi Tuan Daffa, walaupun harus tetap selalu waspada, tetapi tetap saja aku bisa lebih tenang," gumam si pengawal.
Suster Nani, dan si pengawal terus saja saling mengawasi sampai tiba saatnya pergantian orang yang jaga.
"Kemana sih si Alek? Padahalkan yang jaga giliran dia, tetapi kenapa masih belum datang juga mana perutku mules lagi? Aduh ... apa yang harus aku lakukan ya?" gumam si Joni sambil memegang perutnya yang sakit.
"Ada apa pengawal? Aku perhatikan dari tadi kau sepertinya memegang perutmu terus apa kau mau ke toilet?" tanya suster Nani.
"Iya suster, aku kebelet mau buang air besar, tapi temanku belum juga datang padahal seharusnya ini sudah jadwalnya dia berjaga," jawab si pengawal dengan wajah pucat pasinya.
"Ya sudah kau tinggalkan saja dulu ke toilet dari pada kelepasan di sini lagian aku juga nggak akan ngpa-ngapain Tuan Daffa kok bukankah kau sudah melihatnya dari siang tadi," ucap suster Nani.
"Bagaimana ya aku bingung? Mmm ... baiklah aku akan nitip Tuan dulu ya, kalau sudah selesai aku akan langsung ke sini lagi," ucap si pengawal yang langsung pergi meninggalkan suster, dan Daffa yang masih belum sadar dari pingsannya.
"Akhirnya ada kesempatan juga untuk menjalankan niatku yang tertunda dari siang," gumam suster Nani lalu dia mengunci pintunya dengan cepat.
Di saat bersamaan juga datanglah pak Herman yang biasa berkeliling memantau keadaan rumah, dan juga Tuan Daffa yang masih belum sadar.
"Kenapa pintu kamar Tuan Daffa tertutup? Dan dia pengawal itu? Kenapa tidak ada orang yang berjaga di depan kamar Tuan Daffa? Astaga apa yang telah dilakukan suster itu pada Tuan Daffa?" Pak Herman dengan cepat mencoba membuka pintu kamarnya, tetapi tidak bisa karena dikunci dari dalam.
"Maff Pak, saya tadi sakit perut jadi Tuan Daffa, saya tinggal bersama dengan suster Nani sebentar," ucap si pengawal ketika dia melihat pak Herman yang berusaha membuka pinu kamar tuannya yang terkunci dari dalam.
"Bodoh kenapa kau tinggalkan Tuan sendirian bersama dengan peerawat itu? Apa kau tidak melihat hasil dari perbuatanmu itu? Kalau sampai terjadi sesuatu dengan Tuan Daffa maka aku akan membunuhmu, ayo bantu aku mendobrak pintu kamar ini!" bentak pak Herman dengan keras. Pak Herman, dan si pengawal pun bersama-sama mendobrak pintu kamar itu.
Brak
"Kurang ajar apa yang sudah kau lakukan pada Tuan Daffa? Dasar wanita murahan yang berkedok sebagai suster berani sekali kau melakukan pelecehan pada pasien yang sedang dalam keadaan tidak sadarkan diri," teriak pak Herman dengan sangat lantang.
Ketika pak Herman berhasil mendobrak pintu kamar itu, dia melihat suster Nani dalam keadaan bugil sedang berada di atas tubuh Daffa, dan Daffa juga tidak memakai celana lagi. Suster Nani sangat terkejut karena ketahuan telah melakukan pelecehan terhadap pasien apalagi posisinya sekarang tidak dapat membuat alasan lagi.
"P-Pak He-Herman," ucap suster Nani dengan terbata-bata.
Pak Herman, dan pengawal dengan cepat menarik suster Nani hingga suster Nani jatuh ke belakang tersungkur lantai.
"Kau cepat bawa dia ke kantor polisi dalam keadaan seperti ini saja jangan sampai kau biarkan dia memakai pakaiannya biar dia tahu rasa apa akibatnya jika sudah berani berbuat pelecehan pada Tuan Daffa," ucap pak Herman.
"Pak tolong ijinkan aku memakai pakaianku terlebih dahulu, aku menggaku salah, dan telah hilap, aku juga terlalu terbawa nafsu yang ternyata menyesatkanku. Aku mohon maafkan aku Pak Herman, aku janji tidak akan mengulanginya lagi bahkan aku rela jika Bapak membawaku ke kantor polisi sekarang, tapi sekali lagi aku mohon ijinkan aku memakai pakaianku," mohon suster dengan sangat menyesal.
"Apa kau tidak mendengar yang aku ucapkan? Cepat bawa dia pergi dari hadapanku sekarang juga sebelum aku kuliti dia hidup-hidup, dan kalau dia tetap menolak seret saja jangan sampai beri dia ampun," bentak pak Herman.
"Tuan tolong ampuni aku," ucap suster Nani sambil berteriak ketika sang pegawal menyeret paksa dirinya keluar dari kamar dalam keadaan masih tanpa busana.
Pak Herman dengan cepat memakaikan lagi Daffa celananya setelah itu dia keluar kamar mengikuti suster Nani yang masih memberontak tidak mau pergi dari rumah itu.
"Ada apa Pak Herman? Kenapa suster Nani diseret-seret bahkan tidak memakai baju lagi? Aduh Pak tidak tega aku melihatnya tanpa busana begitu seperti melihat diri sendiri," ucap bik Nam.
"Dia sudah melakukan pelecehan pada Tuan Daffa, dan kami menemukan dia dalam keadaan tanpa busana di kamar dengan posisi dia di atas tubuh Tuan Daffa," terang pak Herman yang membuat bik Nam terkejut.
"Astaga kenapa bisa seperti itu Pak Herman? Bibik nggak nyangka kalau suster Nani sampai nekat mau memperkosa pasiennya sendiri bahkan dalam keadaan tidak sadarkan diri lagi," ungkap bik Nam sambil geleng-geleng kepala, dia bahkan merinding membayangkannya.
"Bik Nam, saya urus wanita itu dulu ya biar cepat selesai karena sudah mual perutku melihatnya terus," pamit pak Herman.
Pak Herman melangkah dengan cepat ke arah pintu utama, dan berteriak memanggil dua pengawal lainnya. "Kalian berdua cepat angkat dia, dan bawa ke mobil lalu segera jebloskan dia ke kantor polisi," suruh pak Herman.
"Siap Pak," sahut kedua pengawal itu dengan kompak lalu dia mengangkat paksa suster Nani, kemudian dimasukkannya suster Nani itu ke dalam mobil.
"Keparat kau Herman, aku akan menuntut balas padamu ketika aku bebas nanti kau orang pertama yang akan aku bunuh," teriak suster Nani.
"Ayah jangan dilihat! Awas kalau berani membuka matanya," ancam Bunda Felicia ketika melihat suster Nani diseret masuk ke mobil dalam keadaan tanpa busana.
"Iya Bunda, Ayah tahu, dan tidak mungkin kalau ayah akan menghianati Bunda. Pak Herman ada apa ini? Kenapa ada wanita bugil di rumah ini?" tanya Ayah Tama.