webnovel

Stielkruger: Re-Mission

Setahun berlalu semenjak Wijaya, seorang penembak runduk dari Nusa Antara, bergabung dengan regu khusus stielkruger bernama Vrka. Mereka kini ditugaskan untuk memerika sebuah daerah di Siberia Tenggara yang rawan dan mendadak kehilangan kontak dengan dunia luar. Kejanggalan informasi yang mereka dapatkan menumbuhkan kecurigaaan anggota regu akan seluruh situasi di sana. Namun, demi mencari tahu kebenaran dan menegakkan cita-cita LUNA, mereka terjun ke area yang menjadi perangkap untuk anjing-anjing kepala Dewan Pimpinan LUNA macam mereka.

Mananko · sci-fi
Zu wenig Bewertungen
17 Chs

306

Proses bertemunya kembali regu Vrka tidak diselingi keharuan ataupun emosi berlebih. Mereka semua bergerak sesuai perintah Boris, walau tetap ada yang mengomel.

Walau lelah dan kondisi kokpit terasa begitu membenai, Wijaya membuka matanya lebar-lebar sambil mengintai dengan mode penembak runduk. T-11 milik Yon berjaga di sekitarnya.

Di depan sana, ada sekitar tujuh unit scorpid yang mendekat ke arah jalan utama. Mereka berpencar tetapi jarak satu sama lain tidak terlalu jauh. Ada dua brox di antara mereka. Dari cara mereka bergerak, Wijaya semakin yakin bahwa pilot para brox itu berbeda dengan para scorpid.

Kalau para scorpid dikendarai remaja-remaja dan militan tak terlatih, para Brox ini bergerak bagai pernah menjalani pelatihan militer saja. Hal itu terasa sangat janggal di mata Wijaya.

Selain itu, dari formasi mereka, para brox terlihat seperti memimpin para scorpid.

T-11 milik Lakhsman, yang kali ini membawa kotak besar di punggungnya, menyambut para scorpid dari depan. Ketujuh brox langsung berpencar berusaha mengepungnya. Dua terlihat jelas berusaha mendekat untuk memukul T-11 dengan tinjunya.

[Nak, arahkan roketku.]

Wijaya membidik pada salah satu scorpid yang berada paling jauh dari T-11, yang berada di sisi paling kanan belakang. Dia menekan tombol kecil di sisi senapan pembidiknya. Sesaat kemudian, terdengar raungan roket menembus pepohonan. Roket itu dengan sukses menghancurkan lengan scorpid yang dibidik Wijaya.

ZHY dan Hoshun langsung melesat dari sisi kanan para scorpid dan menghabisi brox yang terluka itu. Wijaya melepaskan tembakan pada kaki 2 scorpid yang mengapit T-11 yang dikendarai Lakhsman, melumpuhkan mereka sementara dan memberikan Lakhsman serta Boris kesempatan untuk menaklukkan mereka. Sisanya melawan mereka dengan cukup sengit.

Wijaya berusaha menembak untuk melumpuhkan salah satu dari kedua brox yang mereka hadapi. Akan tetapi, keduanya cukup lihai untuk bergerak zig-zag demi menghindari bidikan. Seolah mereka sudah tahu ada penembak runduk yang mengintai dari jauh. Selain itu, para scorpid juga dengan cepat meledakkan diri, membuat Wijaya makin kesulitan.

Akhirnya, kedua brox pun berhasil kabur.

[Aku tidak menyangka kalian benar-benar bisa selamat, maksudku kalian bersama mata-mata ini, dia belum mengorbankan kalian ke musuh?]

Di luar dugaan Wijaya, komentar 'sambutan' dari sawamura itu justru diladeni ketus oleh Lev. [Aku lebih heran kau tidak menumbalkan Boris pada Dmitriyev.]

[Simpan reuni kalian, kita perlu membantu batalyon 306.]

[Batalyon 306 katamu, Pak?]

[Katakan kau salah dengar, Pak Tua.]

Kata-kata Boris langsung disambut keheranan dari Lev dan Kwang.

"Apa yang membuat kalian begitu heran?" tanya Wijaya.

[Cih, Batalyon 306 datang dari divisi ketiga siberia yang terpaksa dibubarkan setelah perang dengan USNA. Untuk apa mereka dikirimkan ke tempat ini?]

[Lev, kita bisa bahas itu nanti, untuk sekarang, kita bantu mereka sebisa mungkin.]

[Sudah kubilang, peluurku habis, pak. Wijaya juga begitu.]

T-11 milik Lahksman bergerak mendekati nesti. Pilotnya berkata dengan santai. [Tenang saja Lev, aku membawa beberapa peluru untuk kalian.]

Dia meletakkan box dari punggung T-11 dan meletakkannya di tanah. Kwang, Lev, dan Win segera mengisi ulang senjata sementara Wijaya dan Yon bergerak perlahan mendekati mereka.

[Oh iya, Wijaya, maaf kami aku tidak membawa peluru cadnagan untukmu. Kurasa pak tua tidak menyangka kau akan kehabisan peluru.]

"Tidak apa," jawab Wijaya. "Aku masih bisa menandai mereka dan tiga peluru cukup untukku."

[Aku heran mengapa kau masih bisa sok tenang seperti itu.]

[Dan aku heran kenapa kau harus memberi komentar sini pada rekan-rekanmu yang baru saja lolos dari maut, bedebah nichi.]

Sebelum sempat terjadi perseteruan lebih lanjut, Boris berdeham memberi perintah. [Wijaya, Lev, Yon, kalian ikut aku. Sisanya bantu barisan depan batalyon 306.]

"Siap, Pak."

Sesuai komando dari Boris, mereka berpencar. Wijaya, Boris, Yon dan Lev bergerak ke sebelah selatan. Mereka lalu melancarkan serangan singkat pada pasukan jarak jauh lawannya.

Sementara itu Kwang dan yang lainnya bergerak mendekati jalan utama dan melancarkan serangan untuk mengganggu barisan tengah pasukan militan yang kini mulai dibantu tank. Wijaya melihat asap hitam mulai mengepul di bagian tengah barisan lawan dan yakin itu pasti ulah Kwang.

Dengan bantuan bidikan dari Wijaya, tidak perlu waktu lama bagi Lev dan Boris untuk mengakhiri berondongan serangan jarak jauh dari para militan yang panik akibat serangan mendadak dari samping.

Mereka segera bergerak menyusul Win dan yang lainnya yang tengah bertempur melawan barisan tengah pasukan lawan. Berbeda dengan para penyerang jarak jauh dari regu mereka, Win dan yang lain mendapatkan perlawanan cukup sengit dari pasukan militan walaupun mereka sudah menggunakan bantuan granat asap. Begitu mencapai lokasi yang cukup aman untuk membantu rekan-rekannya, Wijaya mengetahui penyebab dari perlawanan sengit yang mereka hadapi.

Barisan tengah tampak tidak hanya diperkuat tank, kiin mereka juga raksasa besi model brox. Pepohonan yang digunakan sebagai pelindung oleh Win dan yang lainnya pun bertumbangan akibat hantaman mematikan krugerfaust. Anggota regu Vrka pun tidak dapat berbuat banyak kecuali membalas menembak sambil terus bergerak menghindari ancaman senjata mematikan itu. Terlebih lagi dengan keberadaan meriam dari para tank yang tidak bisa diremehkan.

Sebuah hantaman akurat dari tembakan meriam Boris menghantam sebuah brox pembawa krugerfaust tanpa ampun. Wijaya langsung membidik dan menghancurkan pergelangan tangan brox yang kehilangan keseimbangan itu dalam satu tembakan, membuatnya menjatuhkan krugerfaust di tangannya. Krugerfaust memang sangat mematikan dalam jarak tembaknya, namun meriam object77 yang dibawa Lev memiliki keunggulan dalam jarak jangkau. Dan kali ini, Lev lah yang menjadi poros dalam serangan balik mereka menghancurkan barisan tengah lawan.

Wijaya sendiri tidak dapat banyak membantu dan hanya melaksanakan tugasnya dengan membantu menandai target. Pelat metal yang menyelimuti tubuh raksasa besi model brox memang lebih kuat dan tebal dibandingkan para scorpid. Satu tembakan dari senapan runduk Subutai tidak akan pernah mampu menembus bagian manapun dari brox itu, terutama bagian badan. Karena itu, demi keefektifitasan, dia hanya menembak bagian-bagian yang sudah terlebih dahulu terkena serangan. Baik itu dari Lev ataupun dari yang lainnya.

Belum terlalu lama waktu berjalan dirasakan Wijaya sejak dia mulai terlibat baku tembak dengan barisan tengah, dia mendengar raungan khas dari angkasa. Wijaya menoleh ke langit dan melihat puluhan roket mengisi angkasa yang datang entah dari mana. Roket-roket itu tanpa ampun menghantam pasukan militan dan memporak-porandakan barisan mereka. Wijaya memang tidak tahu pasti siapa yang melakukannya, tetapi dia bisa menebak itu dikirim batalion 306. Hujan roket itu pun mengakhiri pejuangan pasukan militan yang langsung bergerak mundur begitu melihat kehancuran pada barisan mereka akibat serbuan roket.

Bersamaan dengan pergerakan mundur dari pasukan militan, yang tentunya mundur sambil terus menembaki regu Vrka, Wijaya melihat dengan cukup jelas berondongan perluru yang memburu para raksasa besi dan tank yang terus bergerak ke selatan itu. Wijaya menyadari ada sebuah T-10s dan nesti tipe penembak jitu yang dimodifikasi khusus bergerak cepat mengejar para militan dan menghabisi mereka dengan sangat efektif dan brutal bagai anjing pemburu yang kelaparan. T10s menghabisi dari dekat, sementara nesti penembak jitu itu melumpuhkan lawan agar bisa dicapai rekannya.

Untungnya, Batalyon 306 tidak bergerak terlalu jauh mengejar. Mereka akhirnya mengambil waktu untuk mengatur ulang barisan dan menyambut regu Vrka.

Satu dari barisan T-9 yang diungkan batalyon 306 meluncur mendekati mereka. Stielkruger itu tampak berbeda dengan dua lainnya akibat penggunaan peralatan dan modifikasi yang tidak umum dipakai T-9 yang digunakan. Sepertinya dia pimpinan dari batalyon ini.

[Senang melihat anggota anda selamat, kolonel, terlebih lagi bantuan tim anda memang sangat efektif.]

Boris menjawab dengan tenang.

[Memang sudah seharusnya kami membantu, Nikolayev.]

[Oh, jadi ini regu seluruh regu Vrka?]

Kali ini terdengar suara yang terdengar begitu tenang, tetapi ada nada sedikit sinis di kata-katanya. Bersamaan dengan itu, sebuah T10-s bergerak mendekati mereka, badannya lebih besar daripada tipikal T10-s dengan tambahan pendorong di punggungnya. Ada warna samar pada catnya yang menunjukkan dia memiliki pangkat lebih tinggi.

Di radio saluran pribadi regu Vrka, terdengar Lev menggeram dengan kesal. [... Dmitriyev….]