webnovel

Something Different (On Going)

"Lo tau kan kalau atom itu terdiri dari inti atom bermuatan positif dan elektron bermuatan negatif. Ibarat lo inti atom, Gue harap gue bisa jadi elektron yang selalu mengelilingi dan melindungi lo selama gue mampu." . . . "Lo adalah seseorang yang selalu menginginkan seseorang itu ada buat lo. Padahal seseorang yang lo maksud, udah bahagia bareng pilihannya sendiri. Lo emang makhluk bumi yang paling aneh." "Iya. Gue aneh, gue bodoh, dan gue gak peka. Padahal orang yang selama ini gue suka, itu Lo."

Annisatul_Maulidah · Teenager
Zu wenig Bewertungen
8 Chs

03

Sebulan setelah kejadian dimana makan makan di rumah Kevin itu berlangsung, mereka membuat perjanjian untuk mengadakan makan makan bergilir setiap rumah mulai dari rumah Kevin, Clarissa, Nana, Kenan dan terakhir di rumah Rey.

Seharusnya sekarang mereka berkumpul di rumah Clarissa, tapi karena Bunda Maya yang menemani Ayah Samuel dinas baru saja pulang. Maka, acara ini terpaksa diundur sampai minggu depan.

Pagi ini, hari minggu, dimana rutinitas Kevin datang ke rumah Clarissa. Tapi yang di datangi tak kunjung keluar menemuinya.

"Hikss... semua cowok sama aja!"

"Dasar buaya darat!"

"Hikss... ini kenapa ingusnya keluar terus!"

"Hikss.. sroot! Cowok sama aja kek ingus!"

"Kaca, kaca, mana kaca?"

"Ih, mukanya jelek banget? Matanya sembab, hidungnya merah, rambutnya berantakan! Ish! Nih bulu hidung ngapain ikut keluar sih, ish! Malu maluin banget!"

"CLARISSA BUKA PINTUNYA SAYANG! KEVIN DIBAWAH NUNGGUIN DARI TADI."

Clarissa yang baru saja menangis karena cowok aneh yang sempat menjadi pacarnya selama 2 minggu ini. Dia mengambil tisu bekas yang berserakan di kasurnya lalu membuangnya ke tempat sampah. Ikat rambut warna merah yang tergeletak di ujung tioletnya dia ambil, lalu menguncir asal rambutnya.

Clarissa duduk di pinggir kasurnya sembari menenangkan dirinya. Tangannya meraih boneka beruang berwarna coklat yang pernah dibelinya bersama Kevin beberapa waktu yang lalu. Diusapnya pipi boneka itu, lalu di dekap erat.

"SAYANG INI PINTUNYA BUKA DULU."

Clarissa menoleh kearah pintu kamarnya yang masih terkunci. Dia mencium boneka itu, lalu meletakkan ke tempat semula.

Dengan malas Clarissa membuka pintunya.

"Apa, Bun?"

"Ck! Kamu ini udah persis gembel! Mandi sana, Kevin nungguin daritadi, bukannya disamperin malah ngedekem aja dikamar. Ngapain aja? Nangis doang?"

"Ternak ayam, Bun."

"Udah sana main aja kamu, ah! Bunda mau turun dulu, buatin kopi buat Ayah kamu!"

"Bucin aja teruuuuusss."

Clarissa langsung berbalik badan dan menutup pintu kamarnya, moodnya sedang buruk kali ini. Sekedar menemui Kevin di ruang tamu aja kakinya tidak mau diajak kompromi.

Tok tok tok

"Apa sih, Bun?" Kata Clarissa sambil menyembulkan sedikit kepalanya di celah pintu.

"Kamu jangan lupa makan! Nangis juga butuh tenaga loh."

"Iyaaaaaa...."

"Yaudah, Bunda ke bawah dulu."

"He'em"

Tok tok tok

"Apa lagi Bun_____" ucapnya terhenti karena bukan Bundanya yang ada di depannya saat ini melainkan Kevin yang sedari tadi hanya menunggu Clarissa yang tidak mungkin akan turun menemuinya.

"Ngapain kesini?" Sambungnya.

Alih alih menjawab, Kevin langsung masuk dan berbaring di kasur empuk milik Clarissa.

Kebiasaan!

Clarissa memutar bola matanya malas, bibirnya mencebik kesal. Saat tangannya sudah memegang knop pintu dan siap menutupnya, suara teriakan Ayahnya menggema menyentak Clarissa.

"PINTUNYA JANGAN DITUTUP, KAK!"

Oke. Clarissa memang sedang setengah sadar. Keberadaan Kevin di kamarnya seakan tidak pernah dia anggap.

Clarissa berjalan mendekat ke kasurnya tanpa mengucap sepatah katapun. Kevin menatap Clarissa sebentar lalu menggeser tubuhnya sedikit ke sebelah kanan, karena posisi di sebelah kiri Kevin lebih Clarissa sukai.

Kevin meluruskan tangan kirinya lalu Clarissa menjatuhkan tubuhnya dengan tangan kiri Kevin sebagai bantalannya. Ya, memang itu tujuan Kevin meluruskan tangannya.

Oke, gak usah muter-muter, puyeng.

"Habis ngapain sampe gue harus nunggu 2 jam, lo cuekin terus?"

"Gak tau."

"Habis nangis pasti, tuh ingusnya sampe kering nempel di pipi."

"Gak tau."

"Hadeehh, udah dibilangin jangan mau jadi pacarnya Bagas! Dia itu Playboy! Dina aja yang baru 9 hari jadi pacarnya udah diputusin. Tau kan? Kenapa masih mau?"

"Gak tau."

"Berapa lama lo pacaran sama dia?"

"2 minggu."

"Kurang kerjaan! Dibilangin jangan mau pacaran aja ngeyel. Nyesel kan? Kalo udah gini, siapa yang susah?"

"Gak tau."

"Makanya, jangan mudah percaya sama orang. Kadang yang manis didepan itu ternyata busuk dibelakang loh. Mending yang ngomong di depan terus kasih solusi buat memperbaiki keadaan."

Kevin yang semula hanya menatap lurus kearah langit langit kamar langsung menoleh kearah Clarissa di sampingnya.

"Sa.."

"Liat sini coba,"

Clarissa menurut, dia langsung menatap mata Kevin. Hal yang paling Clarissa benci kali ini terulang lagi, Kevin menertawakan dirinya.

Clarissa kesal bukan main, moodnya yang memang sedang tidak baik ditambah lagi dia sedang datang bulan. Mantap sekali. Akhirnya dia memutuskan untuk bangkit dan pergi dari hadapan Kevin, tapi niatnya terurungkan karena Kevin menarik tangan Clarissa hingga tubuhnya terhuyung kebelakang.

"Sa__"

"Pergi hayuk ah!" Potong Clarissa tiba tiba.

"Hah?" Beo Kevin bingung dengan sikap Clarissa yang awalnya ingin marah, tapi mengapa tiba tiba dia mengajaknya pergi.

"Pergi Kevin Pergiiiii.. Lo tau pergi? Pergi itu gak disini.. bosen tau, gak ada topik apa apa." Ujar Clarissa mengerucutkan bibirnya.

Kevin menangkup kedua pipi Clarissa, lalu menekannya pelan.

"Lo jelek banget tau gak. Sana mandi dulu! Baru nanti gue mau jalan sama lo."

"Ke pantai, ke mall, ke resto bintang lima, ke pasar loak, sama ke belanda ya?"

"Iya deh."

"Beneran?"

"Ya gak lah, dikira duit gue segudang apa?"

"Gak jadi jalan gitu?"

"Jadi dong, tapi cuma ke resto sama mall aja ya? Di pantai nanti ada tanah longsor."

"Hahaa... okedeh. Bye Kevin, mandi dulu."

Clarissa bangkit dan langsung menyambar handuk yang digantung disamping pintu kamar mandi. Sebelum dirinya masuk ke kamar mandi, dia kembali menghampiri Kevin yang masih duduk bersila diujung kasurnya.

"Makasih banyak banyak."

"Cium gak?"

"Iyalah!"

Tanpa ragu Clarissa langsung mencium pipi sebelah kiri Kevin.

"Aduh, gak imbang nih. Sebelahnya belum."

"Gak mau, D.O.S.A, dosa."

"Dosa apaan? Dari dulu aja Peluk cium peluk cium bolak balik peluk cium sana sini lagi lagi hepi hepi muah muah muah muah muah MUAH!"

"Tau ah! Sana keluar. Sasa mau mandi! Sana sana!"

.

.

.

.

.

"Lah ini jalan kerumah lo, kan?"

"HAH?" Sahut Kevin dari balik helm fullface miliknya.

"APA?"

"HAH?"

"LO NGOMONG APA SIH?" Tanya Clarissa yang bingung sendiri.

"IYA" jawabnya sedikit menoleh ke belakang.

"HAH? IYA?"

"BUKAN"

"APAA?"

"IYA"

Clarissa menggaruk pipinya pasrah. Dia juga sadar jika terus diladeni arah pembicaraan mereka tidak akan searah. Percuma.

Kevin menatap spion sebelah kirinya yang sengaja dia arahkan ke wajah Clarissa. Dirasa sudah tidak mengucap sesuatu yang membuatnya bingung setengah mampus, Kevin langsung menarik kedua tangan Clarissa dan melingkarkan di pinggangnya.

Motor yang melaju dengan kecepatan rata rata itu berhenti tepat di halaman rumah Kevin. Pertanyaan yang sia-sia itu terulang ketika Kevin menanyakan pada Clarissa apa yang ingin diketahuinya saat di jalan tadi.

"Oh enggak, cuma tadi gue tanya ayam yang warna warni sepuluh ribu dapat tiga apa bukan gitu..."

"Hah?"

"Ck! Udah deh, buruan. Ga penting."

"Ya udah yuk, masuk dulu."

Clarissa tersenyum, lalu membuntuti Kevin masuk ke rumah minimalis berlantai 2 itu.

"Assalamu'alaikum."

"Gak ada orang, Vin?"

Kevin mengedikkan bahunya, "Lagi di belakang kali yah, yuk masuk aja. Bentar doang kok."

Sampai di ruang tamu, Clarissa langsung mendudukan dirinya di sofa empuk langganannya. Di meja depannya sudah ada setoples kacang atom. Tanpa basa basi, Clarissa langsung menyantapnya. Toh, kalau Bundanya Kevin tau Clarissa bertamu di rumahnya pasti bilang gini, 'Udah, makan aja. Kayak sama siapa aja! Kalau udah masuk ke rumah ini, anggap aja rumah sendiri. Gak usah sungkan.'

"Bunda? Surya?"

Tidak ada balasan apa apa.

"Udah, timbang ambil duit aja semuanya dipanggil."

"Bukan gitu Sasaaa... Ini rumah pintu dibuka semua tapi gak ada orang sama sekali. Dikira maling itu orang baik apa?"

"Yaudah gih, cepetan."

"Iy_____"

"Eh? Kak Sasa. Sama siapa, Kak?"

"Ya sama gue lah, mata lo buta apa gimana? Orang jelas jelas ada gue disini."

"Ya biasa aja kali, Bang! Gak usah ngegas ngomongnya!"

"Bacot!" Gumam Kevin sambil berlari menaiki tangga menuju kamarnya.

"Eh? Clarissa disini juga?"

"Iya tante, mau main sama Kevin."

"MAIN?!"

"Mau jalan jalan, Surya!"

"Oh, kirain.... Bun, Surya pergi dulu ya, main futsal. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

"Bye Kak Sasa.."

"Bye.."

"Emm... Clarissa, tante mau ke dapur dulu ya. Silahkan dimakan camilannya."

"Iya makasih, silakan tante."

Rumah Kevin sepi, tidak seperti biasanya. Biasanya ART berkeliaran kesana kemari, sekarang hanya Mama Vina yang bekerja. Katanya sih, salah satu dari mereka ada yang izin, jadi sekalian dikasih cuti semua.

Tak lama, setelah Clarissa menghabiskan seperempat isi toples itu, Kevin datang membawa jaket biru milik Clarissa yang tertinggal waktu makan makan hari itu.

"Yuk." Ajak Kevin sambil melempar jaket itu pada pemiliknya.

"Pamit dulu gih."

"BUNDAA, ANAK BUNDA YANG PALING GANTENG MAU JALAN SAMA ANAKNYA BUNDA MAYA," pamit Kevin berteriak. Kontan, Clarissa menutup kedua telinganya dengan kedua telapak tangannya.

Dari dapur Vina ikut menyahut dengan teriakannya,

"IYA, TAPI JANGAN PULANG KESOREAN!"

"Siap Bunda,"

"INGET! KAMU BAWA ANAK ORANG! DIJAGAIN YANG BENER!"

"Baik Bunda,"

"JANGAN SAMPAI KENAPA-NAPA!"

"Pasti Bunda,"

"KALAU SAMPAI LECET BUNDA KURUNG KAMU DI KANDANG AYAM!!"

"Iya Bunda iyaa..."

Kevin melenguh panjang, menghadapi bunda tercintanya memang membutuhkan kesabaran ekstra. Kevin melirik dengan sudut matanya, terlihat Clarissa menahan tawa dengan menutup mulutnya menggunakan sebelah tangannya.

Kevin berdecak sebal, melirik lagi jam ditangannya. Merogoh saku celananya dan mengeluarkan benda pipih kesayangannya, jarinya menari dengan lincah untuk beberapa saat.

Selesai!

"Yuk," Ajak Kevin semangat.

"KEVIN ANAK BUNDA YANG PALING GANTENG.. PULANGNYA BUNDA BELIIN MARTABAK YA? SPESIAL!"

"Ck! IYA BUNDA SAYANG!"

"kalo gak lupa," sambungnya sambil bergumam.

"TANTE, KATANYA KEVIN NANTI KALAU GAK LUPA." Lapor Clarissa pada Vina.

"BILANGIN SAMA KEVIN, JANGAN SAMPAI LUPA YA SAYANG,"

"IYA TAN,"

"Tuh, denger kan jangan sampai lupa, turutin kata Bunda Vina."

"GAK BUN! TADI CLARISSA SALAH DENGER!"

"GAK TANTE! GAK SALAH KOK!"

"IYA BUNDA PERCAYA DEH! BILANGIN SEKALI LAGI, JANGAN SAMPE LUPA!" Kata Vina, lagi.

"IYA BUNDA, GAK PERLU DIBILANGIN SAMA CLARISSA, KEVIN UDAH DENGER,"

"TANTE KATANYA KEVIN UDAH DENGER."

"BUNDA JUGA UDAH DENGER SAYANG."

"KEVIN KATANYA BUNDA UDAH DENGER."

"OIYA BUAT SURYA BELIIN JUGA MAKANAN YANG ENAK. PASTI PULANG LATIHAN FUTSAL DIA CAPEK. BILANGIN YA SAMA KEVIN."

"IYA TANTE."

"Ayuk, buruan Sa. Gak usah dibales lagi! Nanti keburu Bunda minta macam-macam!"

Kevin mengapit kepala Clarissa dengan sikunya, hal yang paling suka Kevin lakukan karena memang postur tubuh Clarissa yang lebih pendek darinya.

"BELINYA PAKE UANG KAMU DULU, VIN. TANGAN BUNDA KOTOR. NANTI_____"

"ASSALAMU'ALAIKUM BUN. KEVIN BERANGKAAAATT."

"WA'ALAIKUMSALAM."

.

.

.

.

TBC