Suara dentuman beat yang mengalun, membuat candu bagi para penikmatnya. Lagu yang diputar selalu disambut dengan meriah oleh orang-orang yang entah sadar ataupun tidak sadar karena nikmatnya alkohol dibawah lampu sorot yang berkelap-kelip. Kehidupan Korea melelahkan dapat disembuhkan dengan dunia malam yang juga tidak kalah asyik. Sehingga banyak orang yang membutuhkan pelepasan penat setelah seharian bekerja, berfikir, berargumen dengan bebannya masing-masing.
Namun berbeda untuk seorang bersurai panjang yang sedang asyik duduk menyesap alkoholnya diumur yang seharusnya tidak boleh mencicip. Kekuasaan Orang tuanyalah yang membuat dirinya mendapatkan akses dengan mudah dan perempuan berparas cantik dan sorot mata yang kejam itu hanya terlena menikmati bulir-bulir kerja keras orang tuanya yang senantiasa memberikan dunia rasa surga untuknya.
Lee Sung Kyung tidak perduli dengan apapun yang ada dibelakangnya selama setiap orang didepannya memujanya. Sekarang perempuan itu sedang berfikir banyak mengenai partynya yang berumur 18 tahun. Ia tidak ingin party biasa seperti teman-teman sekolahnya. Ia ingin party yang hebat dan juga keren layaknya para remaja di Amerika.
Sung Kyung kali ini tidak hanya menikmati club saja tetapi ia memiliki rencana menemui salah satu orang yang akan bekerja sama dengannya di party housenya. Perempuan yang berjanji akan menemuinya sedang memiliki performance setelah Dj dilantai dansa selesai bermain. Sung Kyung tidak keberatan menunggu karena sudah lama ia penat dan bosan untuk selalu belajar.
.
.
Setelah kepalanya hampir saja pusing karena merasakan efek alkohol yang sedang menari-nari didalam darahnya, seorang wanita cantik dengan pakaian sexy dan heels yang tinggi menghampirinya. Ia tersenyum ramah dan menyapa Sung Kyung yang duduk angkuh walaupun ia mulai merasakan denyutan di kepalanya.
"Maaf membuatmu lama menunggu", ucap suara yang lembut namun penuh dengan keceriaan.
Sung Kyung hanya mengangkat alisnya dan ia menaruh gelas kristal dimeja lalu menopang dagunya menatap perempuan yang bisa dipanggil Jin Shim-ssi, "langsung saja ke intinya. Aku membutuhkan penari untuk party house ku".
"penari seperti apa yang kau inginkan? Karena kebetulan dari club kami tidak menawarkan penari striptis. Kita hanya memberikan pertunjukan sexy dancer dan seperti yang kau lihat bagaimana penampilan sexy dancer kami", Jin Shim menjelaskan dengan senyuman yang tidak pernah lepas dari wajahnya yang cantik.
"Baiklah. Yang penting, berikanlah penari yang tampan dan juga cantik. Aku tidak ingin tamu undanganku mengkritik sedikitpun tentang paras penari kalian dan aku akan membayar berapapun dan memberi tips yang besar jika semua tamuku terhibur".
Telinga Jin Shim tidak peduli dengan suara angkuh didepannya, yang membuat ia semangat bahwa cewek ingusan yang sombong ini hanya akan membayar besar, "Baiklah. Saya mengerti...", lalu Jin Shim meminta berbagai informasi mengenai pesta yang akan Sung Kyung gelar dan mereka pun memilih untuk keluar dari club untuk berdiskusi sedikit dan Sung Kyung meminta bahwa ia ingin memilih sendiri paras dari penari yang akan Jin Shim bawa.
***
"Oennie, apa kau yakin? Kapan acara itu akan diselenggarakan?", dua manik Seul Gi berubah menjadi kosong, ia tidak yakin bagaimana harus menjawab, "Baiklah, lusa akan ku kabari lagi".
"Kau harus memikirkan baik-baik. Karena dia begitu tertarik melihat parasmu dan berkata bahwa kau yang paling cantik. Jika kau ikut maka dia akan memberikan tips besar untukmu", Tambah Jin Shim dengan sangat antusias.
Namun suara yang ingin dia dengar malah semakin pudar, "arraseo. bye", Seul Gi mengacak rambutnya sendiri saat ia menutup telfon tanpa mendengar ucapan apapun lagi dari Jin Shim. Ia sangat bimbang mengenai hal ini, "sial!".
***
Jimin sedang berkumpul di cafe tempat biasa ia menghabiskan waktu bersama teman-temannya saat seseorang yang ia kenali menghampirinya dan tersenyum. Jimin terkejut melihat lelaki bernama Bang Si Hyuk didepannya, tersenyum dengan kacamata menempel di wajahnya yang gembul.
Langkah kaki Jimin menjauh bersama dengan Bang Si Hyuk. Mereka duduk dimeja yang berada diluar cafe. Setelah berapa lama meninggalkan Bang Si Hyuk yang sudah duduk dengan rapih, Jimin kembali dengan dua gelas ice coffee ditangannya dan juga senyumnya yang mengembang.
"Bagaimana kabar anda Bang PD?", tanya Jimin sembari memberikan segelas ice coffee pada orang yang selama ini ia kagumi.
"tentu baik dan juga sangat sibuk akhir-akhir ini".
Wajah yang biasanya selalu ceria itu menyiratkan bahwa banyak fikiran yang membebani tubuh gemuknya itu. Namun Jimin mengurungkan niat untuk bertanya apapun. Ia hanya menjadi pendengar yang baik seperti biasa.
"Bagaimana denganmu? Sekolahmu?".
Jimin tersenyum pahit ketika ia mengingat terakhir kali bertemu dengan lelaki didepannya ini adalah saat ia masih menjadi murid sekolah seni terkenal itu, "Aku dipindahkan sekolah", lirih Jimin dan sukses membuat Bang PD tersedak pahit-pahit manis coffeenya itu.
"Mana mungkin? prestasimu disana sangat banyak".
"Itu bagimu tapi tidak bagi Ayahku bukan? haha Kau pasti masih ingat bagaimaa ia membenci smeua yang ku lakukan disekolah itu", jelas Jimin merasakan pahit di kopi ini sangat tidak sebanding dengan perlakuan Ayahnya sendiri.
Bang PD tersenyum datar, "maka itu. bergabunglah padaku dan menjadi trainee rahasia haha".
"mana mungkin. Aku tidak ingin membuat ibuku kesulitan".
"Aku yakin kau bisa membawanya keluar dari kesulitan jika kau sukses", ekspresi tertarik Bang PD langsung berubah, "tapi sudahlah. Keadaan perusahaan sangat tidak baik".
Seperti dugaan Jimin, "Kau pasti akan mencapai waktunya nanti. Percayalah, kau begitu hebat".
"Iya tapi aku belum bertemu dengan anak muda hebat sepertimu yang mau menjadi Trainee di Big Hit", Bang PD adalah CEO dari sebuah agency kecil yang memiliki segelintir artis yang sepertinya lebih banyak menyusahkan daripada menguntungkan. Namun Jimin ataupun warga korea tahu bagaimana lagu-lagu hebat yang ditulis sendiri oleh Bang Si Hyuk namun terlalu banyak skandal yang artisnya buat ketimbang kebanggaan.
Bibir tebal Jimin hanya mengulas senyum masam. Ia memang sangat menghormati Bang PD namun posisinya sekarang tidak memungkinkan jika ia harus mengikuti saran lelaki jenius didepannya ini. Kopi ditangan Jimin semakin terasa pahit ketika ia mengingat bagaimana Ayahnya membuatnya keluar dari sekolah yang sangat ia sukai itu.
Jimin tidak ingin membuat posisi orang yang sangat ia cintai kesulitan. Siapa lagi kalau bukan wanita cantik yang melahirkannya ke dunia ini. Setidaknya Jimin harus menemukan langkah yang tepat jika ingin memberontak pada Ayahnya namun karena ia bersekolah ditempat yang sama sekali tidak memiliki fasilitas untuknya, ia merasa putus asa. Hanya dengan menari diruangan yang sudah ia sulap itu yang membuatnya bersemangat.
-
-
-
Seul Gi dan Jimin memutuskan untuk lebih sering memiliki kelompok bersama agar mereka lebih mudah mencuri waktu untuk latihan. Dan benar saja, kebanyakan waktu yang mereka ambil untuk bicara malah tentang tarian. Jimin memberitahu banyak hal yang sedang trend saat ini pada Seul Gi dan perempuan itu tidak begitu tertarik. Namun ketika Jimin memberitahu tentang teknik tarian ataupun juga tarian baru, Seul Gi akan mendekat dengannya tanpa harus dipinta.
Manik itu menempelkan pada setiap gerakan yang ada dilayar besar ditangan Jimin. Jimin rela membawa laptop dan tab demi menunjukkan tarian boyband atau girlband yang Seul Gi tidak tahu. Jimin memperkenalkan member EXO pada Seul Gi yang langsung menunjuk sosok cool di boy group itu.
"kalau itu D.O atau Kyung Soo. Berapa kali aku harus memberitahumu eoh?", Jimin memberengut karena otak Seul Gi seperti tersendat untuk mengingat nama-nama member girl atau boy band manapun.
Seul Gi menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia menoleh ke Jimin menampilkan senyuman bodoh, "bagiku wajah mereka semuanya sama. Aku bingung".
Jimin terpaku dengan jarak mereka yang membuatnya seperti melakukan zoom in pada paras Seul Gi. Mata jernih Seul Gi menatapnya dengan lekat, pinggang Jimin menarik tubuhnya menjauh untuk memecahkan keheningan yang ia tumbuhkan sendiri. Paras didepannya tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa dirinya mengerti situasi Jimin sekarang.
"Mungkin aku akan mengenal mereka jika aku menyukai salah satunya", Seul Gi mengira dengan polos.
"Kalau aku yang ada disana, Apa kau akan menyukaiku?", kata-kata itu mengalir begitu saja dengan tatapan Jimin yang menancap pada manik Seul Gi yang terpaku dengan situasi macam apa yang bahkan ia tidak dapat mengartikan pandangan Jimin saat ini.
***