Sudah beberapa hari semenjak Kang Seul Gi dan Park Ji Min memulai latihan mereka, tubuh mereka seperti kelebihan energi saat mereka mulai latihan terutama Jimin,. Ia benar-benar tidak mengenal kata-kata istirahat ataupun lelah. Namun saat waktu sudah memanggil mereka untuk pulang, Jimin akan selalu tiduran seperti tulangnya tidak mampu membopoh tubuhnya yang ideal itu.
Letih dan peluh mereka tidak menghentikan mereka berdua, Justru membuat dada mereka semakin berdegup penuh dengan semangat untuk melakukan yang terbaik. Seul Gi benar-benar merindukan tubuhnya menari kesana kemari dengan ekspresi yang jarang ia keluarkan. Seul Gi bukan perempuan yang banyak bicara ataupun banyak melakukan hal yang biasa remaja wanita lakukan. Seul Gi cenderung datar dan cuek. Namun saat ia melihat pantulannya di cermin, ia memainkan otot wajahnya dengan lihai. Mengganti berbagai perangai dan itu menjadi pemadangan indah bagi Jimin setiap hari.
Perempuan yang sekarang sedang menggelung rambutnya itu tidak pernah menyadari hazel coklat Jimin mengarah padanya. Menarik sudut bibirnya untuk tersenyum dengan rahasia. Gerakan Seul Gi semakin luwes dan pas dengan beat lagu.
Mereka memilih sebuah lagu dari group idol yang sedang naik daun sekarang, EXO. Namun sayangnya telinga Seul Gi yang dalam mode off dalam mendengarkan musik zaman ini baru saja mendengarnya dan itu membuatnya sedikit frustasi. Seul Gi berakhir untuk selalu menancapkan headset dikedua telinganya demi mendengarkan lagu yang mereka pilih.
Mereka memilih lagu berjudul The Eve. Lagu ini memiliki tempo yang membuat siapapun mendengarnya berasumsi bahwa penarinya harus menunjukkan aura sexy. Namun gerakannya membuat Seul Gi harus bekerja keras, apalagi group ini sebetulnya memiliki delapan member.
Jimin selalu menyemangati perempuan yang sekarang sedang menatap dirinya sendiri dipantulan sembari melakukan step-step yang masih sulit ia kuasai. Selain mengajarkan Seul Gi, Jimin juga disibukkan dengan pembagian koreo yang adil dan pas untuk mereka berdua. Hal ini tidak mudah karena mengingat mereka hanya berdua sedangkan member aslinya ada 8.
Jingga dilangit sudah menyeruak dibalik tirai. Ia mengintip namun dihalangi untuk masuk kedalam ruangan. Hanya dalam hitungan beberapa menit, Jingga pun memudar dan menggantikan dengan gelapnya malam. Hari ini Jimin tidak banyak latihan karena sibuk dengan laptop dan juga catatannya. Ia memang tidak berkeringat namun berbagai macam duduk sudah ia coba. Sekarang ia sedang berbaring, kakinya ia sandarkan ditembok. Mulutnya menggigit tutup pulpen. Telinganya tersumbat headset.
Seul Gi mengakhiri gerakannya dengan rasa belum puas. Ia akan melanjutkan lagi besok. Seluruh tubuhnya sudah banjir keringat. Poninya bahkan sudah acak-acakkan. Penampakan berantakan ini yang ia suguhkan pada Jimin selama mereka latihan bersama. Sungguh bersyukur dirinya memiliki sifat cuek anti baper. Ia tidak peduli apa kata Jimin karena penampilannya. Jika Ye Ri saja seperti ini di depan Jimin, Seul Gi berani taruhan berwon-won ia akan menangis dan mengutuk dirinya sendiri.
Seul Gi merebahkan dirinya disamping Jimin. Ia menilik catatan yang Jimin pegang. Seul Gi meluruskan kakinya seperti yang Jimin lakukan. Lelaki itu tidak menyadari bahwa ada sosok penuh keringat disampingnya yang sedang menirunya dan mencari kenyamanan dengan posisi ini. Bukannya merasa nyaman, Seul Gi malah tertawa. Gelak tawanya membuat Jimin membuka kelopak matanya dan ia reflek membangunkan tubuhnya dan duduk dengan tegap. Seul Gi menutup mulutnya dan berusaha menahan tawanya.
"waeeyoo? kenapa kau tiduran disampingku?", tanya Jimin dengan suaranya yang tinggi dan matanya membelalak hebat.
"Posisimu sangat aneh dan saat ku coba itu membuatku merasa lucu saja", Seul Gi juga ikut duduk, ia meluruskan kakinya dan merasakan pegal yang hebat disekujur kaki dan badannya namun anehnya ia menyukai rasa ini.
"tapi kau harus lebih memperhatikan dirimu", balas Jimin. Ia merasakan degup jantungnya berpacu seperti motor F1 yang sangat cepat.
Mata Jimin menangkap ketidak pedulian Seul Gi yang sekarang mulai mengipas-ngipas dirinya yang basah penuh dengan keringat. Perempuan itu berantakan namun dengan cara yang indah. Jari tangannya yang lentik berusaha membuat angin dibawah dagunya dan tangan yang satunya melap bagian-bagian yang basah namun percuma karena tangannya pun juga basah.
Jimin buru-buru mengalihkan pandangannya dan segera meraih tasnya. Ia mengambil sebuah handuk kecil dan dengan penuh perhatian. Ia melap dahi dan juga beberapa bagian wajah Seul Gi yang terpaku diam, ia bingung bagaimana harus bereaksi sekarang. Tangan Jimin berhenti saat sudah menuju ke leher Seul Gi yang basah, dan membuat jantung Jimin tidak karuan.
"Keringkan keringatmu dan ganti baju sana. Ku antar kau pulang".
Seperti perintah dari kayangan, Seul Gi menuruti dengan patuh. Sejujurnya ia tidak tahu harus bagaimana ketika ia mengingat bagaimana wajah Jimin memperhatikan dirinya saat menyeka keringatnya tadi. Mata coklat Jimin yang jernih, hidungnya yang tegas dan bibirnya yang sedikit manyun menari-nari dibenak Seul Gi saat ia sedang mengganti kaus dan juga celananya.
Seul Gi menggelengkan kepalanya seperti seekor anjing yang mengusir air-air pada tubuhnya. Matanya mengerjap mengamati pantulan dirinya dicermin. Ia meyakinkan hatinya bahwa wajah itu bukanlah wajah meledek ataupun wajah yang akan mengutuk betapa berantakan perempuan ini. Ia berharap Jimin akan amnesia dan melupakan wajah memalukannya.
Jimin sudah siap dengan hoodie hitamnya dan celana olahraganya yang satu stel dengan hoodienya. Ia bersandar pada dinding disebelah pintu masuk ruangan latihan mereka untuk menunggu Seul Gi yang sekarang sudah berada diujung koridor. Setelah mengunci pintu, Jimin berlari dan mensejajarkan dirinya disamping Seul Gi. Perempuan itu memakai jaket berwarna kuning dan menutup kepalanya dengan hoodienya juga. Celana sobek dibagian lutut membalut kakinya yang jenjang,
Jimin sudah duduk dengan pas di balik kemudinya saat ia dengan cekatan mendengar suara gemuruh yang bukan berasal dari miliknya. Sumber suara itu hanya tersenyum sembari menahan perutnya. Semburat merah dipipinya membuat Jimin terkekeh.
"Baiklah. Karena kau sudah bekerja keras hari ini, ayo aku traktir. Kau sedang ingin makan apa?", tanya Jimin sembari memakai sabuk pengaman dan menyalakan mesin mobil yang sangat halus.
"Boleh jujur atau aku harus tetap mempertahankan gengsi?", tanya Seul Gi.
Jimin pura-pura berfikir keras, "kurasa gengsi akan membuatmu kesulitan maka jujurlah untuk hal apapun kepadaku".
Alis Seul Gi terangkat mendengar penuturan tulus Jimin, "walaupun aku ingin BBQ dan nambah dalam porsi besar?".
Kali ini Jimin menunjukkan deretan gigi putihnya dan gingsul yang membuat parasnya semakin tampan, "Kau boleh makan sepuasmu. Kajja!!!", Ia menginjak pedal gas, suara ajakannya disambut meriah oleh Seul Gi yang sudah membayangkan bau asap BBQ dan daging juicy yang akan menari dalam mulutnya sebentar lagi.
.
.
Akhir-akhir ini, restaurant BBQ menjadi sangat banyak karena begitu populer. Namun sejujurnya Seul Gi tidak mengikuti tren bahkan dalam soal makanan. BBQ terbaik yang selalu ia rasakan ketika penjualan ayam goreng sedang meguntungkan adalah BBQ buatan Eomma. Rasanya juga tidak kalah menggiurkannya dengan buatan restaurant.
Seul Gi menyapukan pandangannya ke sekeliling resturant yang di design begitu rapih dan mewah. Jimin tidak membawanya ke warung makan BBQ biasa, Ia membawa Seul Gi ke sebuah restaurant mewah dan yang pasti mahal.
Kaki Seul Gi terlewat keras saat menyentuh kaki Jimin. Ia memainkan pandangannya saat ia tidak bisa berbicara karena pelayan sedang memasakkan daging dimeja mereka. Untung saja Jimin mengerti dan ia meminta pelayan itu memberikan kepercayaan padanya untuk memasak daging ini.
Seul Gi langsung mendekatkan tubuhnya untuk berbisik, "Apa kau gila? Untuk apa kau mengajakku makan ke tempat mahal seperti ini?", desis Seul Gi seperti ular yang siap untuk menancapkan racunnya pada tengkuk Jimin.
Jimin menjulurkan tangannya untuk mengambil daging yang sudah matang, ia menaruh di piring Seul Gi yang segera mundur dari tubuhnya.
"Aku biasa makan disini dan tidak bisa memakan daging ditempat lain", jawab Jimin dengan wajahnya yang datar dan fokus pada pembagian daging di piring mereka berdua.
"ya tapi itu berlaku hanya untukmu, tidak denganku. Kaukan bisa mengajakku makan direstaurant dekat sekolah".
Jimin memberikan sumpit ke tangan Seul Gi, "ayolah. Aku tidak akan sering memberimu makan kalau kau cerewet begini. Ayo makan dan jangan banyak bicara".
Seul benar-benar merasa tidak baik makan begini sedangkan dompetnya tidak dapat menambahkan billnya nanti. Ia mengambil potongan daging dengan tidak selera dan memasukkannya kedalam mulutnya yang langsung merasakan lelehan daging berikut dengan bumbu yang menari-nari indah saat ia mengunyahnya.
Sudah berapa menit setelah keluhan Seul Gi ditelinga Jimin namun perempuan itu sekarag makan dengan lahap dan tidak peduli sudah berapa piring daging yang Jimin pesan dan potongan daging yang Jimin berikan, Seul Gi tetap membungkus daging dengan salada atau daun perila dan berdecak kagum saat ia memasukkan daging dimulutnya yang kecil namun itu hanya tipuan.
Jimin kagum dengan gaya makan Seul Gi. Ia tidak pernah melihat perempuan cantik dengan cara makan yang bar-bar selain di youtube. Jimin sudah berhenti menyuap. Ia memasak daging, menaruh dipiring Seul Gi. Sembari menunggu daging matang, ia akan memangku wajahnya dan menonton adegan penuh kenikmatan dari Seul Gi.
Jimin hendak memesan kembali namun akhirnya Seul Gi kembali ke alam sadarnya dan menyurun Jimin berhenti, "Apa kau berniat membuatku meledak malam ini? Aku sudah sangat kenyang. Terima kasih atas niat baikmu. Aku sudah selesai", Seul Gi menenggak air putih dan ia mengeluarkan suara aneh dari tenggorokkannya.
Jimin tersenyum, biasanya ia akan benci jika melihat perempuan seperti itu. Ia akan merutuki perempuan itu namun sekarang ia menikmati wajah Seul Gi yang seperti kesulitan bernafas karena perutnya penuh dengan daging.
.
.
.
Seul Gi sudah siap untuk tidur namun ia mendengar suara ibunya seperti sedang menelfon seseorang. Hasrat ingin tahu Seul Gi merebak dan ia tidak dapat menahannya. Ia membuka sedikit pintu kamar ibunya dengan pelan dan membuka telinganya lebar-lebar.
"aku mohon... sekali ini saja peduli pada anak-anakmu. Mereka membutuhkan biaya sekolah dan aku habis kecelakaan. Aku belum bisa menjalani usahaku kali ini".
Seul Gi mengerjap, mencoba mengerti maksud dari perkataan ibunya.
"Mana mungkin. Kau tidak pernah mengirimkan apapun dan saat kau hendak memberikannya kau meminta untuk anakmu tinggal denganmu? Kau begitu jahat. Aku tidak akan membiarkannya!".
Eomma menutup telfon dan menaruh handphone mungilnya dibalik bantalnya. Dengan jelas mata Seul Gi menangkap Ibunya merebahkan dirinya sembari menangis dibalik bantal. Ia menutup wajahnya, meredam suara tangisnya sendiri.
Dada Seul Gi seperti tersulut api membara. Benaknya sudah mengerti apa maksud perkataan ibunya dan siapa yang ibunya hubungi. Seul Gi masuk kedalam kamar. Matanya tidak dapat menahan sungainya sendiri yang sekarang berarus sangat deras. Tangannya memukul dadanya sendiri. Begitu pedih melihat ibunya memohon seperti tadi.
Lelaki tua itu tidak pantas disebut sebagai Ayah. Batang hidungnya saja tidak pernah ia tampilkan bahkan untuk adiknya yang masih kecil-kecil. Ia meminta dirinya atau adik-adiknya tinggal bersamanya, sungguh ide busuk yang sangat menyakitkan hati lembut ibunya. Seul Gi tidak akan tinggal diam. Walaupun ia latihan dengan giat namun dirinya tidak pernah absen mencari kerja atau part time. Seul GI tidak memperdulikan rasa lelahnya.
Saat Seul Gi sedang berusaha menghentikan arus derasnya, handphonenya berbunyi dan menampilkan nama Oh Jin Shim dilayarnya. Seul Gi buru-buru mengangkatnya. Ia mengigit bibir bawahnya berusaha menahan tangisnya.
"Seul Gi aku ada kabar baik!"
***
hai hooo readers. Apa kabar kalian? Apa kalian menunggu cerita ini lanjut?
Aku harap kalian bisa meninggalkan jejak kalian dan itu akan membuatku bersemangat sekali. Terima kasih. Semoga hari kalian menyenangkan!!!
btw, siapa yang nggak sabar nunggu penampilan BTS tanggal 30 november nanti di MAMA? ini adalah tahun pertamaku sebagai Army sehingga aku sangat menantikan setiap panggung Bangtan.
Terutama Jimin. huaaa dia kembali dengan rambut greynya, ku harap ia mempertahankan warna rambutnya lebih lama :)