*****
Pov Lutfi
Saat Layinah datang perasaan deg-degan itu hilang rasanya keyakinan untuk segera meminang dia semakin kuat. Sosok remaja kecil yang gue temui saat masih SMA kini sudah tumbuh menjadi sosok perempuan yang dewasa ya walaupun tingkah manjanya masih kelihatan. Serasa tahu gue memandangi putrinya, Ayah Layinah memperingatiku lewat tatapan matanya seolah berbicara "Jaga mata kamu dari anak saya".
"Sejak kapan kamu kenal putri saya nak Lutfi?" tanya Ayahnya Layinah
"Sejak saya menjadi guru PPL di sekolahnya Lay Om." jawabku dengan tegas
Di sudut sofa Layinah memilin gamisnya entah dia sekarang sedang gugup dengan intograsi Ayahnya terhadap gue atau dia berharap gue engga jadi calon imamnya. Tapi Gita selalu bilang kalau Layinah masih ada rasa sama gue jadi harapan gue engga sia-sia dong. Bye-bye Dito! Maafkan kalau gue mendahului lu.
"Berapa umur kamu sekarang nak Lutfi?"
"Umur saya 25 tahun Om."
"Wah terpaut jauh juga ya nak, kamu yakin mau menjadikan Layinah sebagai istri kamu? Dia ini engga bisa masak loh nak, seperti yang kamu lihat tadi sikapnya masih ke kanak-kanakan. Jauh dari kata dewasa nak Lutfi"
Seperti kebanyakan Ayah yang lainnya, Ayahnya Lay juga menguji kemampuanku. Bagiku sendiri tak masalah kalau dia masih bersikap seperti anak kecil karena dia memang masih kecil. Mungkin di sini gue yang egois terlalu cepat meminta Lay jadi pendampingku. Namun yang Namanya perasaan engga bisa di cegah, gue mampu, bekerja dan In Sya Allah bekal agamaku juga lumayan.
"In Sya Allah saya akan terima semua kekurangan dan kelebihan yang dimiliki Lay, daripada perasaan ini menjadi haram kenapa engga saya jadikan halal Om, ibadah terlama yang akan menemani di sepanjang hidup saya Om."
"Oke! Baiklah Om mengerti tapi seberapa besar ilmu agama yang kamu miliki. Kalau hanya mampu dalam materi dan cinta, kamu harus menunggu lebih lama lagi nak Lutfi." Tanya Ayahnya Layinah sembari menyerutup secangkir kopi
"In Sya Allah saya juga memiliki bekal agama yang cukup Om." Kali ini gue yakin bisa menjawab pertanyaan yang di lontarkan Ayahnya Layinah
"Baik karena kamu bilang bekal ilmu agama kamu cukup, saya mau bertanya bagiamana menurut kamu tentang seseorang yang enggan untuk menikah?"
"Bismillah, pernikahan adalah sarana terbesar untuk memelihara manusia agar tidak terjatuh ke dalam perkara yang diharamkan Allah, seperti zina, liwath (homoseksual) dan selainnya. Penjelasan mengenai hal ini akan disampaikan. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan kita -dengan sabdanya- untuk menikah dan mencari keturunan, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Umamah Radhiyallahu anhu: "Menikahlah, karena sesungguhnya aku akan membangga-banggakan jumlah kalian kepada umat-umat lain pada hari Kiamat, dan janganlah kalian seperti para pendeta Nasrani."1
"Eum baiklah, pertanyaan terakhir berapa usia ideal untuk menikah bagi perempuan dan laki-laki, karena ada sebagian remaja putri yang menolak dinikahi oleh lelaki yang lebih tua darinya? Mengingat kalian sendiri terpaut usia yang sangat jauh"
"Bismillah, untuk para remaja putri agar tidak menolak lelaki karena usianya yang lebih tua dari dia, seperti lebih tua 10,20 atau 30 tahun. Sebab hal itu bukan alasan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri menikahi Aisyah Radhiyallahu 'anha, ketika beliau berusia 53 tahun, sedangkan Aisyah baru berusia 9 tahun. Jadi usia lebih tua itu tidak berbahaya, maka tidak apa-apa perempuannya yang lebih tua dan tidak apa-apa pula kalau laki-lakinya yang lebih tua. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun menikahi Khadijah Radhiyallahu 'anha yang pada saat itu berumur 40 tahun, sedangkan Rasulullah masih berusia 25 tahun sebelum beliau menerima wahyu. Itu artinya Khadijah lebih tua 15 tahun dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian menikahi Aisyah Radhiyallahu 'anha sedang umurnya baru enam tahun atau tujuh tahun dan beliau menggaulinya ketika dia berumur sembilan tahun sedang beliau lima puluh tiga tahun."2
Suasana makin panas kenapa coba Ayahnya Layinah bertanya seperti itu. Beliau enggak bermaksud membatalkan niatku untuk menikahi putrinya kan? Perasaan was-was mulai menghantui perasaanku. Jangan sampai gue pulang dengan perasaan kecewa.
Gue menatap Layinah sekilas apa dia mau menikah dengan gue yang jaraknya lumayan jauh. Layinahpun seketika menatapku beberapa detik seolah berbicara "Aku siap menikah dengan kak Lutfi." lalu memutuskan kontak mata denganku
Mata Layinah menguatkanku kembali, semoga aja orang tuanya merestui gue jadi calon mantunya.
*****
Pov Layinah
Jujur mendengar pertanyaan Ayah gue syok, kenapa Ayah bertanya tentang perbedaan usia. Perasaan kemarin Ayah engga menyinggung soal perbedaan usia kami. Semoga saja semua jawaban dari kak Lutfi sesuai dengan harapan Ayah.
"Ayah kok tanya seperti itu?" bisikku pada Ayah
Ayah ketawa pelan "Hust... Ayah cuman mau tahu aja kamu kan masih seperti anak kecil nak." Lalu Ayah mengusap puncak jilbabku dengan pelan.
"Semangat kak Lutfi. Ya Allah jika memang laki-laki ini jodohku tolong persatukan kami. Aamiin." batinku dalam doa
Ayah menggenggam erat tanganku menguatkan gue semuanya akan baik-baik saja. Ayah mengambil secangkir kopinya, "Mari di minum nak Lutfi jangan tegang ya santai aja nak." ucap Ayah santai.
Pertanyaan Ayah ada benarnya juga sih apa sanggup gue nikah di usia muda dengan perbedaan usia yang sangat jauh. Gue jadi minder kalau nanti jadi istrinya kak Lutfi. Kira-kira dia malu apa engga ya punya calon kayak gue gini. Atau dia sanggup engga ya mengatasi tingkah laku gue yang masih kayak anak kecil.
"Om tinggal sebentar ya nak mau ambil rokok dulu, silahkan kalau mau ngobrol sama Inna tapi inget jangan deket-deket ya." Ayah berdiri masuk ke dalam ruang santai
Sepeninggalan Ayah yang menyisakkan kami berdua, kak Lutfi sampai sekarang diem aja engga nanya perasaanku sekarang atau sekedar basa-basi. Apa gue masuk ke dalam dapur aja ya! Menyusul Bunda yang menguping pembicaraan kita.
Saat gue hendak berdiri kak Lutfi mencegah gue "Eum kalau engga keberatan boleh kakak tanya sama kamu Dek?"
Gue akhirnya duduk kembali "Boleh, mau tanya apa kak?"
"Bagimana perasaan kamu sekarang Dek? Jujur beberapa hari ini kakak bertanya-tanya apa kamu masih mencintai kakak?"
Sebuah ide jahil terlintas di kepalaku "Kalau engga cinta siap-siap pulang dalam keadaan mewek ya kak."
Seakan tahu kalau gue hanya mengerjai kak Lutfi dalam hitungan detik tawa kami menggelegar di ruang tamu. Ayah dan Bunda ikut gabung bersama kami di ruang tamu.
"Wah habis mengpbrol soal apa nih kok kayaknya seru banget." kehadiran Bunda menghentikan tawa kami seketika.
"Ouh gapapa kok Bun, tadi kak Lutfi tanya apa Inna masih cinta sama dia apa enggak"
'Ouh ya! terus...terus jawaban kamu apa Inn? Jawab yang bener ini menyangkut masa depan seseorang loh!"
Hai guys maaf banget ya kalau akhir ini up nya sering molor. Duh jadi deg-degan kira-kira jawaban Inna apa ya? masih cinta atau sudah berpaling ke lain hati ya?
Minta komen dan saran dari kalian semua ya temen-temen
🤗
Referensi:
1. HR. Al-Baihaqi (VII/78) dan dikuatkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab ash-Shahiihah dengan hadits-hadits pendukungnya (no. 1782).
2.https://almanhaj.or.id/429-usia-ideal-menikah.html