webnovel

SELIN—DION

Selina Lawang, gadis berusia 27 tahun. Sederhana, ramah dan periang, tapi siapa yang menyangka jika dibalik sikapnya itu ia adalah gadis berhati dingin dan tak tersentuh. Masa lalu serta penghianatan yang ia terima yang merubahnya seperti sekarang ini. Ia tidak lagi memberikan kepercayaannya kepada orang lain terlebih percaya pada kata cinta, seolah dia telah menutup rapat hatinya dan membuang segala perasaannya. Selama lima tahun ini, Selin- sapaannya, hanya memfokuskan hidupnya pada karir. Selin bekerja disalah satu hotel terbesar di negara Ini. Ia menjabat sebagai manager marketing yang dikenal sangat teliti dalam pekerjaannya. Selin mulai hidup mandiri dan tinggal terpisah dengan orang tuanya sejak ia mulai kerja dan hanya pulang kerumah sebulan sekali bahkan sejak ia naik jabatan waktu berkumpulnya dengan keluarga menjadi sangat sedikit karena alasan sibuk dan sebagainya. Orang tuanya pun memaklumi hal tersebut karena mereka tau pasti penyebab putrinya berubah menjadi seperti ini. Mereka sangat memahami Selin, gadis itu hanya menjadikan pekerjaannya ini sebagai pengalihannya dari rasa sakit yang iya alami. Berusaha menyibukan diri agar ia tidak memiliki waktu untuk memikirkan masa lalunya.

Yustieyuss · Allgemein
Zu wenig Bewertungen
48 Chs

5. PERTEMUAN YANG TAK DIHARAPKAN

Setelah pulang dari acara makan siang mereka, Selin dan Cerry kembali ke kantor dan menuju ruangan masing-masing untuk menyelesaikan beberapa berkas yang belum selesai.

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat hingga jam pulang kantor pun tiba, dan seperti biasa setiap Selin sampai dilobi kantornya Dion sudah menunggu didepan kantornya.

"Hai, sudah lama menunggu?" sapa Selin setelah sampai didepan Dion.

"nggak kok , aku baru sampai" jawab Dion sambil tersenyum

"oh ya, mama ku ngajak kita makan malam di rumah, kamu ngga keberatan kan?" tanya Selin setelah mereka berada didalam mobil.

"Dengan senang hati" jawab Dion ringan sambil menyalakan mobilnya, setelah itu mobil yang mereka tumpangi segera melesat menuju jalan raya.

"Mau langsung pulang atau mampir dulu?" tanya Dion sambil menoleh kearah Selin.

"Iya... kita mampir dulu di toko kue langganan mama, tadi dia nitip kue kesukaannya. Nanti aku tunjukkan jalannya" jawab Selin.

Percakapan mereka berlanjut membahas hal-hal ringan dan remeh-temeh. Selin sangat suka berada di sekitar Dion karna pria itu tidak pernah kehabisan topik pembicaraan untuk dibahas, dan sesekali Dion melemparkan candaan hingga membuat mereka berdua tertawa. Selin akui Dion adalah lelaki yang baik, yah setidaknya itu yang Selin rasakan selama beberapa bulan ini.

"kau mau ikut masuk atau menunggu disini?" tanya Selin sambil membuka pintu mobilnya, mereka sudah sampai di toko kue langganan mamanya.

"Aku tunggu disini saja" jawab Dion

"baiklah, kau tunggu sebentar yaa aku masuk dulu" ucap Selin sambil melangkah masuk ke toko kue tersebut.

"selamat Sore, ada yang bisa kami bantu kak?" sapa salah satu pelayan toko kue tersebut.

"iyaa, saya pesan kue yang biasa yah sama cheesecake nya juga satu" jawab Selin yang memang sudah menjadi langganan tetap di toko ini, dan dengan segera pelayan tersebut menyiapkan pesanannya.

"baik kak, ada lagi?" tanya sang pelayan toko

"tidak, itu saja mbak" jawab Selin

Tringgg.... Tringg..... Tringg....

Pintu toko kembali dibuka oleh seseorang.

"Selamat sore, ada yang bisa kami bantu kak?" sapa pelayan toko itu lagi pada orang yang baru masuk tadi

"Iya mbak, saya mau pesan Cheesecake nya satu" ucap orang tersebut yang ternyata seorang laki-laki.

"masih ada lagi kak?" tanya pelayan itu lagi

"Tidak, itu saja" jawab laki-laki itu lagi.

Deg.. deg.. deg..

Selin yang mendengar suara itu seketika langsung mematung ditempatnya, dia sangat hafal dengan pemilik suara itu, suara yang sudah lama tidak dia dengar, Raka sang mantan kekasih yang tega meninggalkannya lima tahun lalu.

Selin mati-matian menahan dirinya untuk tidak menoleh kearah pemilik suara itu dan setelah beberapa saat, Selin kembali mendapatkan ketenangannya dan bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan seolah tidak mengenal orang itu.

"Pesanan saya sudah?" tanya Selin kemudian pada pelayan tadi.

"Sudah kak, ini totalnya Rp. 275.000" jawab pelayan tersebut sambil menyerahkan Pesanan Selin tadi

"tunggu sebent... "ucapan Selin terpotong oleh suara di sampingnya

"Bayar sekalian sama punya saya mbak pake ini" ucap Raka sambil memberikan kartu debitnya pada pelayan tersebut. Mendengar ucapan pria itu, Selin langsung menoleh kearah Raka dengan tatapan tidak sukanya yang kentara sekali.

"Maaf tuan, tapi saya bisa bayar sendiri jadi anda tidak perlu repot-repot untuk membayar tagihan saya" ucap Selin dengan nada yang sedikit kesal.

"ini mbak" ucap Selin sambil memberikan beberapa lembar uang seratusan kepada sang pelayan toko.

pelayan toko tersebut langsung menerima uang yang diberikan Selin, dan tanpa menunggu sang pelayan toko memberikan kembaliannya Selin langsung bergegas pergi dari tempatnya. Raka hanya memandang kepergian Selin hingga masuk ke dalam mobil yang Selin tumpangi dengan tatapan yang mengisyaratkan akan penyesalan yang mendalam.

"it's been a long time, Sel" guman Raka dengan tersenyum getir. Dia masih ingat bagaimana dulu ia meninggalkan gadis itu untuk sebuah alasan yang tidak bisa diterima oleh Selin. Seketika penyesalan itu kembali mengusik hatinya, seolah ribuan jarum kembali menancap di luka yang sebelumnya masih ia rasakan, Sama seperti waktu itu.

suara sang pelayan membuyarkan lamunan Raka akan ironi cintanya bersama Selin, dan setelah mengucapkan terima kasih ia juga beranjak meninggalkan toko tersebut.

***

Setelah pertemuan singkat bersama Raka yang tidak pernah Selin harapkan, sikap gadis itu sedikit berubah. Sepanjang perjalanan menuju rumahnya Selin hanya terdiam seakan memikirkan sesuatu dan hal tersebut tidak luput dari perhatian Dion, ia menduga ada yang terjadi pada tunangannya ini saat berada di toko kue tadi, tetapi ia menahan dirinya untuk bertanya tentang hal itu karena dia tau kalau Selin tidak suka membahas hal-hal pribadinya. Dion akan menunggu agar Selin mau menjelaskannya sendiri tanpa ditanya.

"Sel, kita udak sampai" ucap Dion memberitahu Selin jika mereka telah sampai di rumah gadis itu. Selin yang sedari tadi melamun seketika mengedarkan pandangannya keluar jendela mobil dan menyadari bahwa mereka memang telah sampai.

"ohh, maaf tadi aku melamun" ucap Selin dengan pandangan yang seakan sangat menyesal karna sedari tadi dia melamun di mobil sampai mengabaikan keberadaan tunangannya tersebut.

"Sel, are you okay? kamu kelihatannya kurang sehat, muka kamu pucat" tanya Dion sedikit cemas melihat wajah Selin yang memang sedikit agak pucat

"yahh, i'm okay. Mungkin cuman terlalu capek karna kerjaan dikantor" jawab Selin sambil tersenyum paksa pada Dion. " yaudah.. ayo kita turun, mama pasti sudah menunggu didalam" ajak Selin yang di angguki oleh Dion sebagai jawaban dan pria itu turun lebih dulu membukakan pintu mobilnya untuk Selin. Suatu kebiasaan selama mereka bersama, dan Selin menyukai perlakuan Dion tersebut kepadanya.

"Maa, kami datang.... " ucap Selin sedikit berteriak kepada mamanya yang berada di dapur bersama bibi menyiapkan makan malam untuk memberitahukan kedatangan mereka, dan dia menyuruh Dion untuk duduk dulu diruang tamu sementara dia beranjak untuk membersihkan diri dikamarnya.

Sang mama yang mendengar suara Selin kemudian beranjak ke ruang tamu dan hanya menemukan calon menantunya itu yang sedang duduk sendirian sambil memainkan ponselnya. "Dion, sudah datang nak, Selin mana?" tanya sang mama sambil ikut duduk di sofa yang berada didepan Dion.

"Dia diatas Mah, mau bersih-bersih dulu katanya" jawab Dion

"Dia udah ngasih tau kan kalau mama ngajak kamu makan malam disini?" tanya Mama pada calon menantunya itu

"Sudah Mah, oh iya ini pesanan mama tadi" ucap Dion sambil menyerahkan pesanan kue sang calon mertua. Memang semenjak mereka resmi bertunangan Dion sudah mulai memanggil sang calon mertua dengan sebutan mama dan begitu pun sebaliknya, Selin juga memanggil mama Dion dengan sebutan mama juga.

Selin turun setelah beberapa saat dengan memakai pakaian rumahan yang nyaman menurutnya. Hanya sebuah kaos yang agak kebesaran dan celana training, tetapi tidak mengurangi kecantikannya, malah gadis itu terlihat lebih sederhana, dan Dion menyukai itu.

Setelah berbincang beberapa saat mereka pun beranjak ke ruang makan karna bibi sudah memberi tahukan kalau makan malam mereka sudah siap. Kali ini mereka makan hanya bertiga karena papa Selin sedang ada urusan kerja keluar kota dan baru akan kembali besok.

Suasana di meja makan tampak hangat karena diisi beberapa obrolan ringan yang tentu saja Dion akan selalu mengeluarkan beberapa leluconnya sehingga mereka sesekali tertawa saat mendengarnya.

Setelah selesai makan malam dan berbincang-bincang sebentar dengan Selin dan mamanya, Dion kemudian pamit pulang karna hari memang sudah malam. Selin mengantar kepergian Dion sampai di mobilnya dan melambai saat mobil Dion melesat meninggalkan rumahnya.

Sepeninggalan Dion, Selin tetap berdiri ditempatnya dengan tatapan kosong.

"kenapa dia kembali?" tanya Selin yang entah diperuntukkan kepada siapa, dan setelah menghela nafas kasar dia beranjak masuk ke rumahnya.