webnovel

Secret Love for Secret Admirer

Tak pernah terpikirkan, apa yang menjadi kesukaanmu aku juga menyukainya. Tanpa sadar, aku selalu menuruti nasihat dan perintahmu. Lama-lama, aku tahu artinya bahwa itu semua hanyalah sebuah keinginan agar diakui untuk menjadi lebih dari seorang sahabatmu. Aku, sebagai pengagum rahasia, yang menyukaimu secara diam-diam. (Nadia Naraya) Rasa simpati dan sebuah ketertarikan biasa. Itulah yang aku rasakan saat pertama kali melihatmu. Aku tak tahu sejak kapan rasa itu sedikit demi sedikit berubah menjadi rasa penasaran dan selalu ingin tahu tentangmu. Katakan saja, kalau ini adalah sebuah cinta rahasia untuk seorang pengagum rahasia. Lupakan perasaanmu darinya dan berbaliklah menyukaiku. (Fauzan Narendra) Nadia memendam perasaan pada sahabatnya - Agra - hampir selama enam semester terakhir sejak mereka bersahabat. Sayangnya, saat Nadia ingin mengungkapkan perasaannya, bertepatan dengan itu, Agra bercerita bahwa ia sudah memiliki kekasih. Nadia tidak bisa menghindar begitu mudah, karena ia terjebak di dalam satu proyek dengan Agra cukup lama. Inilah yang bisa dilakukan Nadia, mengagumi dalam diam. Saat Nadia sudah mencapai puncak kegalauannya, seorang laki-laki bernama Fauzan datang ke dalam hidupnya. Nadia pikir, ia baru pertama kali bertemu laki-laki ini. Namun, ternyata Fauzan sudah mengenalnya sejak dua tahun lalu. Fauzan muncul begitu saja saat Agra menghilang menangani proyek dosen selama beberapa bulan. Fauzan bilang bahwa ia menyukai Nadia. Lantas, apa yang akan Nadia lakukan selanjutnya? Cover by : Diarra_design Follow me on Instagram : @NurulAyuHapsary

N_Ayu_Hapsary · Urban
Zu wenig Bewertungen
372 Chs

83. Be Honest to Me

"Lho, Zan? Kau masih di sini? Aku pikir kau sudah pulang dari tadi?" tanya Dicky pada Fauzan.

Dicky melihat Fauzan yang berdiri di atas tatami di tengah-tengah ruangan tempat latihannya. Sepertinya Fauzan sedang berdiri dan tidak melakukan apapun. Membuat Dicky merasa semakin aneh melihatnya.

"Zan, ada apa denganmu?" tanya Dicky yang berjalan mendekat ke arah Fauzan.

"Aku akan latihan," jawab Fauzan pada Dicky.

Dicky melihat jam dinding. Sudah pukul setengah delapan. Ia juga melihat sekitar Fauzan. Rasanya tidak ada alat peraga yang dijadikan untuk latihan.

"Jika kau ingin latihan, kau akan menghabiskan waktu hampir delapan jam sendiri sehari. Hanya untuk latihan," kata Dicky lagi. Fauzan hanya terdiam. Dicky kemudian melihat ke arah bekas luka Fauzan yang nampaknya sedikit lecet.

"Zan, apa lukamu sudah tidak apa-apa? Sepertinya itu menjadi parah lagi," lanjut Dicky.

"Tidak. Tidak apa-apa. Aku akan latihan lagi," jawab Fauzan lagi.

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com