Perjalanan sepanjang menuju butik membuatku mengeluh, entah kenapa perempuan bernama Caca ini mengusik pikiranku sejak tadi. dia sibuk berdandan sedangkan ibu mertuaku entah bergambar apa.
Aku hanya melihat jalanan yang cukup padat di pagi hari ini, kukira ikut mereka akan menyenangkan, ini baru diperjalanan saja sudah membosankan. aku lebih baik masuk kantor dan bertemu dengan Ramelson suamiku.
Melihat wajah dinginya yang tampan setidaknya membuatku sedikit lebih semangat sepanjang hari, baru tak bersama dengannya beberapa jam saja aku sudah sedikit merindukan, sedikit saja tidak usah banyak-banyak. nanti dia semakin besar kepala.
"ayo turun Nak". ucapan ibu mertuaku membuatku tersentak kaget, aku melihat keluar ternyata kami sudah sampai di butik yang cukup besar, kami semua keluar dari mobil dan masuk kedalam.
Aku memperhatikan kesekeliling, pantas saja keluarga mereka kaya dan tidak habis-habis uangnya. Ramel bilang usaha butik ibunya ini hanya iseng-iseng untuk menutup kebosanan. aku heran dengan kata iseng-iseng tapi bisa sebesar ini.
Belum lagi aku melihat beberapa figura fhoto beberapa artis dunia dan pejabat yang memakai desain dari butik ini, jadi ini usaha iseng-iseng?. aku menggelengkan kepalaku pelan, hidup orang kaya memang berbeda. aku dilahirkan dikeluarga berkecukupan, semua kebutuhan terpenuhi tapi tidak berlebihan saat aku tinggal dirumah Ramelson.
Aku melihat banyak gaun yang sangat indah, berwarna-warni dengan segala bentuk yang berbeda. kami berjalan semakin dalam dan naik kelantai paling atas. sampailah kami di sebuah kantor yang sudah banyak beberapa pekerja sibuk dengan urusannya.
Ibu mertuaku masuk kedalam sebuah ruangan yang tak kalah besar, dinding berwarna hijau muda memanjakan mata kami. aku duduk di sofa berbulu yang membuatku nyaman. ruangan kerja seperti ini pasti membuatku betah berlama-lama sepertinya.
"kamu mau minum apa Nak?". nyonya Gornio sudah duduk di kusi kerjannya dan mengeluarkan laptop di atas meja kerja.
"apa saja Mom".
"Kamu Ca, mau minum apa".
"samakan saja Mom". Caca duduk berjauhan dariku, aku acuh tak perduli dia ingin melakukan apapun. dia sibuk dengan kukunya yang berwarna-warni seperti pelangi.
Aku melihat sendiri kuku yang bersih tanpa ada corak sama sekali, hidupku sepertinya sangat membosankan jika membandingkan kuku yang kupunya dengan kuku yang dimiliki Caca.
Dia cantik dan seksi, belum lagi aku yakin pergaulannya diluar sana tidak akan diragukan, kekayaan Ramelson menopang kehidupan sosial seorang perempuan bernama Caca ini.
Minuman kami datang dan ada beberapa makanan manis yang sudah diletakan di meja depan, aku tak berniat untuk mencicipinya sama sekali, aku bingung sebenarnya dibawa kemari aku ini ingin ngapain.
Akhirnya aku membuka gadget dan membuka media sosial, sedikit membaca aktivitas yang dilakukan teman-temanku diluar sana, ya kehidupan mereka sepertinya sangat menarik dan tak membosankan seperti aku.
Ting..
"bagaimana di butik Mommy?". satu pesan masuk dari Ramelson membuatku sedikit tersenyum, tidak biasanya dia menanyakan hal seperti ini.
"biasa saja, Mommy sibuk dengan laptopnya dan Caca dengan kukunya :)" aku membalas pesan singkatnya.
Ting...
"Nikmati kebersamaan kalian :)"
aku hanya tersenyum membaca pesanya, apa yang harus dinikmati. pikirku..
Kulihat fhoto Profilnya, ia sedang minum teh ditemani Renandra. ia benar-benar tampan. kapan sih aku tak pernah memujinya?. sepertinya setiap hari aku tak pernah bosan melihat wajahnya itu.
"kamu kenapa Nak senyum-senyum sendiri". tepukan pelan ibu mertuaku membuatku terkejut, aku langsung keluar dari menu profil dan melihatnya sedikit salah tingkah. bagaimana jika dia melihatku sedang memandangi fhoto anaknya? disangka paparazi yang menyamar aku.
"kau melihat apa". senyum yang jail ibu mertuaku membuat jantungku makin tak karuan, sebenarnya tak masalah juga kan seorang istri melihat wajah suaminya. tapi gengsiku terlalu tinggi untuk mengakui bahwa aku sangat memuja wajah anaknya.
"ah tidak ada Mom". aku menggaruk rambutku yang tak gatal.
"Mommy tau, kau melihat fhoto Ramel kan? hayoo ngaku". tertohok sudah jantungku, rasanya roti yang kumakan saat sarapan tadi seperti meninju-ninju didalam perut. aku hanya cengegesan tak jelas di depan wajah ibuku.
Nyonya Gornio semakin cekikikan saat ini, sepertinya dia sangat senang melihat menantunya yang ketahuan seperti menguntit.
"tak apa Nak, lagipula dia suamimu".
"ah iya Mom". jawabku seadannya.
"jangan lupa, cepat-cepat buatkan Mommy cucu baru". bisikannya di telingaku seperti jarum-jarum yang membuat gendang telinga berdengung. aku hanya mematung dan tak mengiyakan apapun atas ucapannya tadi.
"Mommy ayo kita lihat gaun dibawah". terpujilah dewa-dewi yang mendatangkan Caca kedunia ini, ia menyelamatkan aku dari pertanyaan yang seperti ada di gerbang neraka.
"ah iya Mommy sampai lupa, ayo Nak Reista kita lihat beberapa gaun yang ingin Mommy tunjukan kekamu". ia menggandeng tangaku untuk ikut bersamnnya, aku hanya pasrah saat diseret lembut seperti ini.
Semoga saja ibu mertuaku lupa atas pertanyaannya barusan, aku bingung mau menjawab apa, masa iya aku jawab bahwa Ramelson belum menyentuhku sama sekali sejak malam pertama. kan bisa jatuh harga diriku sebagai perempuan.
Tidak terpuji sama sekali jika wanita sepertiku tak bisa membuat suamiku menginginkan surga dunia seperti itu, aku tidak tau Ramel yang memang tak pernah tergoda dengan pakaian seksi yang kupakai setiap malam atau emang Ramel yang sedikit belok?. tapi tidak mungkin kan Ramel tidak menyukai payudara dan lobang sempit.
ah terkutuklah film dewasa yang beberapa kali kutonton, pikiranku semakin jorok karena film itu. nanti saja kupikirkan tentang hubunganku dengan Ramel, saat ini ibu mertuaku sudah sibuk menyuruhku untuk mengganti baju dan memakai gaun yang sudah ia pilih sedari tadi.
Gaun berwarna biru muda dengan potongan dada rendah dan panjangnya menyeret tanah ini sudah kupakai dan memperlihatkannya di depan Nyonya Gornio
"cantik sekali nak, Mommy yakin nanti malam Ramel akan terus memandangimu". aku bingung dengan perkataan ibuku ini, nanti malam? memang ada apa nanti malam?.
"Mom bagaimana?". ucapan Caca dari samping membuatku melihat ke arahnya, ia sudah memakai gaun berwarna gold. gaun itu sangat ketat dan membuat payudara serta bokongnya terbentuk sempurna.
aku melihat diriku sendiri, aku akui gaun yang kupakai sangat elegan dan cukup sopan, tapi melihat apa yang Caca pakai membuatku sedikit kesal.
Dia sangat seksi dan menawan, bisa-bisa Ramel akan memandangnya terus-terusan. dan aku? aku seperti cinderela yang tak mendapatkan Pangeran pastinya.
"cantik sekali sayang, seleramu selalu tampil dengan panas". aku mengernyit bingung dengan kata-kata tampil panas, entah itu bentuk sindiran halus atau memang benar-benar pujian.
"ah Mommy, aku ini masih muda dan memang cukup panas". ucapanya benar-benar membuatku bergidik ngeri. bisa dipastikan ucapan seksi Caca akan membuat banyak laki-laki mata keranjang langsung membawanya ke hotel dan membuatnya tak bisa berjalan sampai pagi.
tapi apa Ramel salah satu laki-laki mata keranjan? semoga saja tidak, bisa sakit kepala aku dibuatnya jika Ramel terus-terusan bersama Caca. aku harus mencari cara agar Caca jauh-jauh dariku dan Ramel nanti malam. padahal aku tak tau ada apa nanti malam.
"Mom, memangnya ada apa nanti malam?". tanyaku lembut.
"kau tak tau Reista?, bukankah kau istrinya? tapi kau tak tau ada apa nanti malam". Caca menyela pertanyaan yang kuajukan kepada Mommy, wanita ular ini benar-benar sudah menujukan taringnya dan siap mengigitku.
"Nanti malam Ramel mengadakan makan malam bersama Nak, sekalian mengucap syukur atas bertambah umurnya Renandra dan juga memperingati hari ke 6 tahun meninggalnya Andine". aku mengangguk mengerti, aku baru sadar bahwa hari ulang tahun Renandra bertepatan dengan meninggalnya andine.
Pantas saja kemarin Ramel pergi sangat lama, mungkin saja dia pergi mengunjungi makan andine kan?, karena aku sempat melihat kotoran di siku kemejanya. seperti bekas tanah.
Aku sudah berfikir yang tidak-tidak saat Ramel pergi sangat lama, ternyata pemikiranku terlalu berlebihan. aku mengerti mengapa ia sangat mencintai Andine. Andine yang melahirkan anaknya, pasti sangat menyiksa setiap melihat hari ulang tahun Renandra. ia pasti akan selalu mengingat andine.