webnovel

SAVE ME JUSEYO

Terlahir dengan luka yang begitu menjadikannya dewasa sebelum waktunya, membuat aleesha mengerti betapa kejamnya dunia mempermainkannya, tak ada yang mampu memahami betapa menyedihkan takdir yang sedang dilakoninya hari ini, besok, lusa dan mungkin untuk seumur hidupnya. Melihat tanpa terlihat, mendengar tanpa terdengar, meraba tanpa teraba, yang menyakitkan pada cerita ini adalah saat mencintai tanpa dicintai. Perihal cinta, ini tidak jauh beda menyakit dari luka kelam kehidupannya, pria berwibawa itu masih menjadi cinta pertamanya, mengagumi setiap inci dari parasnya, sisi gumawa yang membuatnya tergila-gila mengenyampingkan rasa benci dan memeluk erat rindu yang semakin tumbuh setiap hati nya, ya untuk lelakinya, lelaki yang sangat membencinya, ya itu ayahnya. Tiap kali lelaki itu menghancurkan mentalnya, sumpah serapah yang selalu keluar dari mulut itu membuatnya kehilangan masa kecilnya yang bahagia, berulang kali mencoba mengakhiri hidupnya, namun semuanya sia-sia, sampai pada akhirnya sisi buruk dalam hidupnya bangkit untuk memberontak, melanjutkan hidup dengan dua kepribadian yang berbeda. namun sosok lain datang disaat tak mampu lagi hatinya menerima kenyataan saat dia sudah sangat membenci hadirnya seorang laki-laki, wanita cantik bermata bak kucing nan menawan, sikap dingin, angkuh dan menyebalkan membuatnya jengah satu udara dengan dirinya, namun entahlah takdir kembali mempermainkannya, saat cinta menyapa lewat lewat seorang wanita, ya dia mencintai wanita gila itu, jauh dari perkiraannya, dia jatuh lebih dalam, dan tanpa disadari dia menyukai perasaan ini, perasaan anehnya terhadap ruby.

enda_your_bae · LGBT+
Zu wenig Bewertungen
282 Chs

T U J U H B E L A S

Bagaimana rasanya saat kau tak mampu berteriak dalam kesakitanmu, itulah yang Jennie rasakan sekarang, melihat Lisa dan semua rasa sakit yang disembunyikannya membuat sisi lain dalam dirinya memberontak, ingin sekali rasanya dia marah dan membalas semua perlakuan itu, tapi apa daya dia tidak bisa.

Baru kali ini hatinya kembali terisi, Lisa terlelap dipelukannya, terlihat sangat damai disana, Jennie menciumi pucuk kepala anaknya dengan penuh kasih sayang, memilih untuk bersama Lisa lebih dari sehari saja dia tidak bisa, entahlah karena cinta gilanya terhadap Lelaki itu membuatnya menutup mata terhadap sekitar.

"Kalau Bunda tau duniamu tak se indah harapanmu, Hari itu kita seharusnya bisa pergi bersama ke alam lain yang lebih baik kak"

Masalah utama Nobani membenci Lisa adalah, karena kelahirannya Jennie hampir saja menghilang dari dunia, terbaring Koma selama 6 bulan membuat rasa benci terhadap bayi mungil yang tak berdosa itu menggebu-gebu, sampai dimana Jennie kembali, ternyata rasa benci itu masih sama, bahkan di pupuknya setiap hari.

"Semua ini salah Bunda nak, kamu hadir di luar pernikahan kami, kamu hadir di umur kami yang masih sangat remaja kala itu, kamu hadir karena kebodohan kami yang terlena nafsu dunia, tapi sekarang malah kamu yang menanggung dosa kami kak"

Jennie kembali menangis tanpa suara, mengingat kembali bagaimana dengan santainya mereka melakukan hal tercela itu dulu tanpa memikirkan konsekuensinya, mengingat betapa jahatnya Nobani tidak menginginkan Lisa dalam hidupnya, dan terbukti saat kelahiran wanita mungil nan cantik ini lelaki itu masih saja tidak menerima kehadirannya di dunia.

"Maafin Bunda yang gak bisa kasih kehidupan yang indah buat kamu ya, bertahan ya kak, nanti akan hanya ada kita berdua saja, selamanya"

Namun tanpa Jennie sadari Nobani mendengar semua pembicaraan itu, banyak rasa yang berkecamuk dalam dirinya, namun kalimat terakhir yang terucap dari bibirnya membuat amarah ayah 4 anak itu kembali membara.

Lelaki itu meninggalkan kamar rawat Jennie seketika itu juga, membuat dirinya tenang akan jauh lebih baik dari pada meledak di dalam sana.

🔻🔺🔻

Jam besuk sudah selesai, itu artinya semua orang harus meninggalkan ruangan rawat wanita hamil itu, Jennie bahkan sudah tertidur pulas setelah menghabiskan dua martabak nutela kesukaannya sebanyak dua kotak dan 2 botol jus mangga sama 1 botol pokat kocok full coklat.

Lisa menatap gemas wanita tercintanya itu, nafsu makan Jennie bertambah sangat pesat saat Lisa ada di sebelahnya, bahkan saat kenyang pun dia masih memaksakan dirinya untuk menelan beberapa suapan terakhir dari anak tercintanya.

Jarang sekali Jennie mempunyai moment berdua dengan Lisa, biasanya Nobani akan membatasi pertemuan nya dengan putrinya yang sudah beranjak dewasa itu.

"Gue pulang ye pitik, sekalian ambilin baju lu"

"Iya ca, bikinin gue nasgor teri asin sekalian"

"Ye ngerepotin gue ni human"

"Dih, pelit amat"

"Ya udah gue cabut, nanti Ali bakal visit, tapi dia lagi operasi"

"Iye bawel, sono hati-hati cantik"

"Tumbenan lo"

"Nasgor teri asinya ya manis"

"Ye sialan karena ada mau nya aja muji gue lu"

Namun hari ini menjadi petaka baru untukmya, Nobani kembali menyeretnya keluar dari ruangan itu, menamparnya untuk kesekian kalinya, bagaimana lagi dia harus menjelaskan setiap luka yang tumbuh begitu subur di dalam hatinya.

"Sakit om"

"Kamu apain lagi istri saya? Jadi anak pembawa sial banget, kalau anak saya kenapa-napa kamu mau tanggung jawab, Jawab!"

Dengan kasar lelaki itu menjambak rambutnya, suasana sepi membuat Lisa tak bisa berbuat apa-apa lagi, selain pasrah dengan segala perbuatan yang akan dilakukan oleh Ayah kandungnya sendiri.

"Aku gak tau Bunda kenapa Om, demi Allah ini bukan salah aku"

"Halah, omong kosong"

Cengkraman pada rahang wanita itu tak mampu membuatnya berkutik, tatapan mengintimidasi itu menyakiti hatinya, seharusnya dia mendapatkan kenyamanan dari bola mata itu, namun malah sebaliknya, dunia terlalu kejam akan takdirnya.

"Sekarang juga kamu pergi dari sini, jangan temui istri saya lagi, kamu cuma pembawa sial di keluarga kami"

Lisa menengang mendengar kenyataan itu, hari ini dia sadar apa arti kehadirannya di dunia ini, dia berlari kencang meninggalkan Nobani yang juga terpaku menyadari apa yang sudah dia katakan beberapa saat yang lalu, emosinya membuat semuanya menjadi tak terkendali, dan lihatlah semuanya jauh lebih buruk.

Tidak sekali kali dia mendapatkan perlakuan gila itu dari seorang yang harusnya dia panggil ayah itu, namun hari ini adalah hari yang paling menyakitkan, selain luka fisik yang dia dapatkan, pisikisnya juga dihantam dengan keras oleh kenyataan bahka dia hanya pembawa sial.

"Lisa lo mau kemana hey...

Ali mengejar wanita itu dengan sigap, Lisanya hancur dia melihat itu dengan jelas, bertanya dalam hati yang apa lagi yang telah terjadi, tapi seperti menemukan jawaban disaat yang bersamaan Nobani berjalan cepat meninggalkan tempat yang sama saat Lisa keluar tadi, dia merutuki ipar gilanya itu, ini semua pasti karena lelaki itu, seseorang tampa hati nurani.

Sebelum kehilangan Lisa, Ali meraih tangan wanita itu menariknya ke dalam pelukannya, bisa dia rasakan, tubuh itu bergetar ketajutan, dan lihatlah ada banyak luka baru yang masih memerah jelas di bagian pipi dan rahangnya.

"Hey kak, lo aman sama gue, buka mata lo, ini gue Ali"

Seketika Lisa memeluk dengan erat tubuh Ali, menyalurkan kegundahan dan segala rasa sakitnya hari ini, lelaki itu paham betul akan kondisi Lisa saat ini, lihatlah wanita ini tak henti-hentinya menangis, namun berbeda dengan perasaan Ali saat ini, dia begitu marah, hampir 16 tahun dia merawat seorang Lalisa tak pernah sekalipun dia membuat wanita ini menangis, namun kenapa orang yang bahkan tak pernah memberikan perhatiannya kepada seorang Lisa, dengan santainya selalu menyakiti perasaan anak yang tak berdosa itu.

"Ada gue lo jangan takut ya"

"Pulang Om"

"Oke oke, kita pulang, lo masuk mobil dulu, jangan buka pintu kalau itu bukan gue, lo ngerti?"

Ali kembali ke dalam area rumah sakit, kali ini fokusnya tertuju pada seseorang yang sudah cukup membuatnya muak, harga dirinya seakan ikut di injak-injak seiring perlakuan laki-laki itu terhadap Lisanya.

Tak cukup sulit menemukan Nobani, seperti kehilangan arah, dia hanya menatap nanar air terjun buatan di taman rumah sakit itu, entah itu rasa dari sebuah penyesalan atau hanya perasaan sementara dari lubuk hatinya yang paling dalam.

"Brengsek"

Satu pukulan bersarang di pipi sebelah kanan Nobani, dia terjekut bukan main saat iparnya memukulnya dengan kuat, namun dia paham betul kondisinya saat ini, Ali pasti melihat perkelahiannya dengan Lisa beberapa saat yang lalu.

"Kalau lo gak mau akuin Lisa di keluarga lo, it's oke gue terima Ban, tapi gak dengan nyakitin dia"

"Lo gak ngerti"

"Gue harap gue memang gak ngerti dengan semua ini, biar gue bisa bunuh lo tanpa rasa bersalah sedikitpun"

"Lo gak paham masalahnya, betapa tertekannya jadi gue Ali"

"Lucu lo, seharusnya yang ngomong kayak gitu semua orang yang berada disekitar lo, ngaca Ban, apa yang lo lakuin bisa menumbuhkan rasa trauma yang luar biasa buat anak lo, ha mungkin Lisa bukan bagian dari keluarga kalian, gue sih maklum"

"Jangan ikut campur masalah gue Al"

"Gue gak akan ikut campur kalau lo gak sebajingan itu mukul anak lo sendiri, ingat Ban dunia berputar, suatu saat kebencian lo akan hancurin hidup lo sendiri"