Beberapa waktu berlalu, keduanya kembali keluar dari dalam kamar mandi dengan Raniah yang berada di dalam gendongan tangan kekar Setya. Setya mendudukkan tubuh Raniah di ranjang, dia kemudian tersenyum dan berjalan ke arah lemari bajunya untuk memakai pakaiannya. "Masih kurang?" tanya Setya seraya mengulum senyum menggoda Raniah.
"Ku-kurang apa maksudnya?" tanya Raniah dengan gugup dan bingung.
Setya mendekat dan duduk di samping Raniah, mendekatkan bibirnya di telinga Raniah. "Makan pisangku," bisiknya membuat Raniah membolakan kedua matanya dan merasa bergidik geli.
Seketika Raniah menjauhkan tubuhnya dari Setya dan memukul lengannya. "Ih, Kakak tuh yah!"
"Dih, baru nikah udah KDRT," protes Setya seraya terkekeh.
"Siapa yang KDRT, Kakak yang menyakitiku lebih dulu," sahut Raniah sembari memalingkan wajah.
"Oya? Sekarang kita lakukan lagi, dijamin tidak akan sakit." Setya lagi-lagi terkekeh.
"Ih, ih, ih!" Raniah memukul lengan Setya dengan gemas, membuat Setya jadi mengaduh beberapa kali. "Aku tidak pernah tahu kalau Kakak ternyata mesum!" Raniah menusuk pipi Setya dengan jari telunjuknya.
Setya tertawa dan meraih jari Raniah di pipinya, lelaki itu mendekatkan wajahnya dan kembali mencium bibir Raniah yang cerewet. Raniah tidak mau menolak. Hal baru ini benar-benar membuatnya bahagia dan membuatnya candu.
***
Jam menunjukkan pukul 12 tengah malam, Raniah terbangun dari tidurnya dan melepas pelukan Setya darinya, wanita itu memegangi perutnya yang terasa lapar. Raniah menoleh ke arah Setya di sampingnya, dan menggoyangkan lengan lelaki itu. "Kak, Kak Setya, bangun, Kak!"
Namun, Setya tidak bangun juga, lelaki itu hanya menggumam lalu tidur lagi membuat Raniah kesal. Gadis itu menunduk dan mencium bibir Setya. Ciuman yang lembut, membuat Setya segera membalasnya dengan semangat.
Raniah ingin menjauhkan kepalanya, tapi tangan Setya menahan tengkuknya dan memperdalam ciumannya. "Ahw!" Setya melepas tautannya saat Raniah menggigit bibir bawah lelaki itu.
Raniah langsung bangun dan memanyunkan bibirnya, begitu pun Setya yang juga terbangun dan mendesis seraya memegangi bibirnya yang sakit karena ulah Raniah. "Aku lapar, Kakak!" kesal Raniah seraya melipat dua tangan di bawah dada.
"Lapar, kenapa mau memakan bibirku?" goda Setya seraya memeluk Raniah posesif.
"Antar aku ke dapur, kira-kira adakah makanan di dapur atau tidak? Kalau tidak ada gimana?" rengek Raniah.
"Kalau tidak ada, kamu makan pisang saja lagi." Setya lagi-lagi menggoda istri kecilnya.
"Makan pisang terus, lama-lama aku jadi masuk angin, Kakak!" sentak Raniah seraya melotot garang.
Setya tertawa mendengarnya dan mengelus puncak kepala istrinya. "Ayo kita turun, mungkin ada sesuatu yang bisa dimakan." Setya turun dari ranjang disusul Raniah.
Keduanya keluar dari kamar dan menuruni anak tangga, wanita itu duduk di kursi meja dapur dan membiarkan suaminya yang mencari-cari sesuatu yang bisa dimakan malam ini. "Cuma ada roti tawar, Ran." Setya mengambil roti dan menunjukkannya pada Raniah.
"Ada susu cokelat tidak?" tanya Raniah lagi, dan Setya kembali mencari di dalam lemari.
"Ada, nih." Setya membawa roti dan susu ke meja.
Raniah segera meraih roti tawar dan mengambil selembar roti, menuang susu cokelat ke atasnya dan menumpuk roti lagi. "Hm, ini semua gara-gara kamu, kenapa tadi sore tidak turun, sekarang aku jadi kelaparan." Raniah makan sambil mengoceh.
"Salahmu selalu menggodaku," sahut Setya, Raniah melirik Setya dan mencebikkan bibirnya sebal, membuat Setya jadi terkekeh dan merasa sangat gemas.
"Kakak tidak lapar?" tanya Raniah dengan mulut penuh roti.
"Lapar," jawab Setya singkat.
"Ya udah ini rotinya." Raniah menyodorkan roti tawar pada Setya. "Tidak mau, aku hanya mau susu saja," jawab Setya seraya tersenyum.
"Mau kubuatkan susu cokelat hangat?" tanya Raniah lalu berdiri, dia akan mengambil gelas dan air hangat. Tapi, Setya menarik tangannya dan membuat Raniah mendekat hingga wajah Setya tepat berada di depan dada Raniah.
"Tidak usah repot-repot karena aku maunya susu yang ini." Setya meremas dada Raniah, seketika membuat seluruh tubuh Raniah menegang.
"Ih, dasar!" Raniah menepis tangan nakal Setya dan segera berlari pergi dari dapur.
Setya terbahak melihat istri kecilnya kabur. "Raniah, kakak hanya bercanda!" serunya segera beranjak untuk menyusul.
"Bodo amat!" timpal Raniah dari ruang Tv.
Setya menyusul dan duduk di samping istrinya. "Kok malah nonton Tv, bukannya balik ke kamar, kan masih malam?" tanya Setya.
"Baru makan jangan langsung tidur, nanti perutnya buncit dong, Kak," sahut Raniah.
Setya mengangguk dan ikut memperhatikan acara Tv. "Berita tengah malam, siang 8 Juli. Timsar mengevakuasi dua mayat dengan kondisi yang memperhatinkan, diduga korban adalah pendaki gunung. Mereka berjumlah empat orang, dua di antaranya tewas dalam keadaan tanpa busana. Satu orang selamat dan satu orang lagi tidak ditemukan keberadaannya ...." Raniah tampak bergidik takut, pada saat ia melihat para Timsar membawa kantung-kantung jenazah dan memasukkannya ke mobil ambulance.
"Kak, Kakak!" Raniah menyenggol lengan suaminya, karena Setya tampak serius menyimak berita. "Kak!"
"Hmm!" gumaman saja sebagai respon. "Ada apa?" lanjutnya bertanya.
"Kira-kira pendaki yang hilang itu ada di mana?" tanya Raniah penasaran, seperti yang dia tahu Setya adalah seorang indigo.
"Ada," jawab Setya singkat.
"Iya, ada di mana?" cecar Raniah.
"Di situ," jawab Setya, membuat Raniah kesal karena jawaban pria itu hanya singkat-singkat.
"Serius, di mana? Apakah dia masih hidup? Kalau masih, dia di mana? Terus masih bisa ketemu tidak?" berondong Raniah, sangat-sangat penasaran.
"Bisa jadi," jawab Setya santai.
Setiap jawaban Setya membuat Raniah jadi kesal, pertanyaan banyak-banyak, jawabannya cuma begitu. "Hiii, ngeselin banget sih kamu, Kak!" ketusnya seraya mencubit lengan atas Setya.
Setya meringis seraya mengusap lengannya yang terasa panas. "Kamu tidur sendiri saja takut, apalagi nanti kakak cerita, nanti repot." Raniah cemberut, kembali menatap kembali pada layar TV yang sudah memberitakan kasus lain.
"Kakak mau tidur, kamu mau di sini apa mau ikut? Masih malam loh," bisik Setya sengaja menakut-nakuti.
Pria itu lalu berdiri dan melangkah pergi, Raniah melebarkan kelopak mata dan menekan tombol off pada remote. Dia berlari mengejar suaminya. "Kakak, tunggu!"