Raniah dipanggil untuk turun, dengan hati berdebar gadis itu pun diapit oleh kedua wanita si perias pengantin untuk segera turun ke lantai bawah menemui laki-laki yang baru saja resmi menjadi suaminya.
Pernikahan yang sederhana tanpa gedung mewah dan acara yang spektakuler, tapi ini cukup mengejutkan bagi Raniah karena dirinya sendiri pun tidak tahu akan rencana Setya yang satu ini.
"Ayo, cantik, kita turun," ajak dari salah satu perias pengantin yang memakai jilbab. Raniah pun mengangguk, berdiri dan berjalan menuju pintu keluar. Debaran jantungnya sangat tidak normal, ia sangat malu menemui Setya hingga wajahnya tampak merona. "Jangan gugup, Cantik. Kamu sangat menawan, suamimu pasti langsung terpana saat melihatmu," puji wanita berjilbab itu, seketika membuat Raniah semakin gugup dan malu.
Apa yang sedang Raniah bayangkan? Jangan bilang dia sedang membayangkan malam pertama. Oh, No!
Selangkah demi langkah kaki jenjang Raniah menuruni anak tangga, semua yang berada di bawah langsung tertuju padanya, menatapnya penuh dengan rasa kagum. Kecantikan si gadis pemikat ini sangat luar biasa, dan mampu membuat siapa pun terpana melihatnya.
Bagai ada ratusan bintang menghiasi wajah dan seluruh tubuhnya hingga membuatnya begitu bercahaya. Danu Adji berdiri, berjalan dengan tongkat yang ada di tangannya, menjemput putri dari Tama dan Irma agar duduk bersanding bersama dengan putranya.
Setya menoleh ke arah Ayah dan wanita yang kini sudah menjadi istrinya, senyumnya lembut dengan tatapan penuh cinta Setya berikan untuk Raniah. Danu mengambil alih Raniah, dan menuntunnya menuju ke kursi kosong di samping Setya, dan mendudukkannya di sana.
Raniah tersenyum simpul rasa kesalnya pada Setya seketika sirna karena rasa bahagia. Gadis itu mencium punggung tangan Setya dan Setya pun mencium kening Raniah. "Silakan pasangkan cincinnya pada mempelai wanita," ucap dari Bapak Penghulu.
Setya segera mengambil cincin bermata putih itu dan perlahan menyematkannya di jari manis Raniah, dan Raniah pun melakukan hal yang sama menyematkan cincin bermata putih dengan ukuran lebih kecil ke jari tangan Setya.
Acara tukar cincin sudah selesai, maka hanya dilanjut dengan membaca doa dan menyapa tamu undangan yang bisa dihitung dengan jari. Menyapa mereka dan menjamunya, tak lupa juga tentunya bakso buatan Tarno menjadi menu pelengkapnya.
Semua tampak senang dan bahagia, begitu pun Setya dan Raniah. Meski Setya hutang penjelasan pada Raniah nantinya.
***
Para tamu sudah kembali ke rumah mereka masing-masing, kini rumah Danu sudah sepi dan tinggal sisa-sisa dekorasi yang cukup mewah, hanya dipakai setengah hari khusus untuk acara akad dan prosesi berphoto setelahnya selesai.
Setya dan Raniah naik ke lantai atas, meski acaranya hanya kecil-kecilan tetap saja sangat lelah, dan Raniah tidak bisa terus memakai kebaya yang memiliki ekor panjang yang berat itu.
Raniah memegang handle pintu kamarnya, seketika Setya berkata. "Mau ke mana?" tanyanya.
"Aku mau istirahat lah, Raniah capek," jawab Raniah cuek.
"Kamu lupa kalau kita sudah menikah? Istirahat di kamarku!" Setya menggenggam pergelangan tangan Raniah, seketika mata Raniah melebar, mengikuti langkah Setya menuju kamarnya.
Setya membuka pintu kamarnya, dan terlihat kamar itu sudah disulap dengan sangat indah. Raniah merasa kagum dengan dekorasinya, hiasan bunga putih dan merah muda, sangat sarat akan kesucian dan kelembutan, sesuai dengan keinginan Raniah.
Gadis itu berjalan lebih dalam dan tidak sadar kalau Setya sudah menutup pintu dan menguncinya. "Ini sangat indah, Kak. Tapi kenapa kamarmu yang dihias, kenapa bukan kamarku?" protes Raniah, dia pun berbalik badan dan melihat Setya sudah membuka tuxedonya, jari-jari panjang Setya malah tengah membuka satu per satu kancing kemejanya.
"Ya, karena kamu yang akan tinggal di kamar ini, jadi kamar inilah yang dihias," sahut Setya seraya berjalan mendekati Raniah dengan elegan.
Jantung Raniah tiba-tiba bertalu-talu, saat dengan santai Setya melempar kemejanya hingga teronggok di sofa. Tanpa sadar Raniah mundur perlahan saat Setya terus mendekat dengan senyum menawan. Raniah terduduk di tepian ranjang saat kakinya tidak bisa mundur lagi, gadis itu menopang tubuh dengan kedua tangan yang ada di belakang tubuhnya. "Ka-kakak mau apa?" tanya Raniah gugup.
Setya membungkukkan tubuh dan mengungkung Raniah di antara kedua tangannya yang berada di sisi tubuh Raniah, wajahnya yang tampan sangat dekat dengan wajah Raniah. "Malam pertama, apa lagi," jawab Setya dengan senyum menggoda.
"Ma-malam pertama? Ta-tapi, Kakak--"
"Sshh!" Setya terus membungkuk hingga tubuh Raniah akhirnya terbaring. Setya tersenyum dan membatin. "Aku harus segera melakukannya, untuk menghilangkan aura pemikat Raniah. Aku akan lakukan sekarang juga, maka lebih cepat akan lebih baik." Raniah menegang, saat jari jemari Setya mulai menggoda bagian-bagian tubuhnya. "Ini akan sedikit sakit, tapi jangan khawatir!" Setya tersenyum, senyum yang mampu memporak porandakan perasaan Raniah.
Raniah meremas seprei putih yang penuh oleh kelopak bunga mawar saat Setya berbisik dan mengembuskan napas hangat di telinganya, gadis itu memejamkan kedua matanya dan mulai menikmati setiap sentuhan bibir lembut Setya yang mulai mencumbuinya.
Napas Raniah memburu membuat dadanya naik turun tak beraturan, jari-jari Setya perlahan melepas satu per satu kancing baju kebaya yang membalut tubuh istrinya yang indah. Napas gadis itu tersengal saat merasakan bibir dan lidah Setya mulai menyapu dan mengecup dadanya.
Raniah menggigit bibir bawahnya menahan agar desahan tidak lolos dari sela-sela bibirnya. "Lepaskan saja, Sayang!" perintah Setya.
"Ah, Kakak!" Akhirnya Raniah mengeluarkan suara dari sela bibirnya. Begitu sangat erotik dan membuat Setya semakin bersemangat, napasnya sudah memburu dan jari-jarinya lincah membuka seluruh kancing kebaya istrinya.
Tangan besar nan lembut Setya mulai memainkan bagian-bagian sensitive, suara Raniah semakin menggila dan menimbulkan susasana panas di dalam ruangan. Dengan segera Setya membekap bibir ranum Raniah dengan bibirnya dan memperdalam ciuman hinggga pandangannya mulai berkabut hasrat.
***
Setya bangun dan mengecup kening Raniah yang telah terlelap, laki-laki itu menutupi tubuh Raniah dengan selimut tebal, Setya turun dari tempat tidur dan tersenyum menatap Raniah yang tertidur begitu damai.
Setya masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya setelah tugas memecah keperawanan Raniah selesai. Maka dengan ini, aura pemikat yang melekat pada Raniah akan memudar karena kesucianya telah ternoda oleh suaminya sendiri.
Raniah menggeliat saat dia tersadar, gadis itu bangun dan duduk. Raniah begitu lemah, keadaannya sangat kacau saat ini. Gadis itu meringis saat rasa perih mendera bagian inti tubuhnya. "Kak Setya, ini sakit sekali," keluhnya lirih seraya meringis.
Ceklek!
Pintu terbuka, dan terlihat wajah tampan Setya yang begitu berseri. Raniah memalingkan wajahnya merasa malu saat mengingat adegan panasnya bersama Setya beberapa jam yang lalu hingga wajahnya kini begitu memerah.
"Kamu sudah bangun, Sayang." Setya mendekat dan duduk di tepi ranjang. "Ayo bersihkan tubuhmu, biar kubantu." Setya segera menggendong Raniah hingga gadis itu terpekik kaget kemudian menyembunyikan wajahnya di ceruk leher lelaki tampan itu.