webnovel

Sang Nona Muda Antagonis

Dracella disodorkan dua pilihan, mati di tangan para pemuja ritual gila atau menerima untaian benang yang dikirim salah satu penghuni kegelapan. Pewaris tunggal keluarga Silvester itu memilih meraih untaian benang terkutuk, tentu saja. Ia menenggelamkan dirinya dan menyematkan gelar sang antagonis di kedua bahunya. "Dan aku memberikanmu nama, Kieran. Mulai saat ini patuhi setiap perintahku, maka sesuai perjanjian kita kau dapat memiliki jiwaku." Ikatan yang melawan Tuhan membawanya menuju jalan bercabang, sehingga tidak hanya satu ikatan melainkan dua sekaligus digenggamnya, bukan hanya jiwanya saja. Bahkan tubuh, dan benda yang disebut cinta ia berikan. "Duke Alastair Dex Salvador, saya akan menjadi perisai dan membantu Anda membalaskan dendam. Kita akan melindungi punggung satu sama lain, dan saya akan memberikan segalanya pada Anda." Hingga akhirnya mereka yang terikat memandangnya dengan sirat menginginkan. Berakhirlah ketiga sosok ini dalam merebutkan kekuasaan, cinta serta hasrat. Dan sang nona muda antagonis adalah awal dari segala kegelapan.

AudreanaIvy · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
143 Chs

Yang Bersekutu dengan Mereka Makhluk Kegelapan

Sretttt

Alastair menarik kasar cravat yang semula melilit lehernya. Sang duke baru saja keluar dari kamar utama yang tak lain adalah kamarnya sendiri⸺tempat dimana tunangannya itu dibaringkan.

Riak wajah pria berparas tampan itu tidak baik, sangat buruk mungkin. Alisnya telah saling bertautan dan kulitnya yang putih tampak memerah akibat emosi. Kilasan balik sosok gadis bersurai keemasan tumbang di hadapannya terus menerus terbayang di benaknya seolah menjadi sebuah mimpi buruk.

"Makhluk apa itu tadi? Kalian berdua pasti tahu bukan?" Suara Alastair menggema, memekakan telinga. Dua orang pria yang telah mengekor di belakangnya hanya memandang sang duke dengan tatapan yang sulit diartikan. Membuat pria itu semakin bingung tentang apa yang baru saja mereka alami.

"Your grace, tenanglah," kata Darcel. Butler berdarah iblis yang telah menjalin kontrak bersama sang duke mencoba menenangkan tuannya. Sayangnya nafas Alastair masih saja terengah, dadanya tidak berhenti naik turun⸺ia masih tersulut emosi.

Pranggg

Sebuah gelas baru saja dilempar dan mengenai dinding di belakang kedua pria di hadapannya. Meski begitu baik, Darcel maupun Kieran tidak ada diantara mereka yang bergerak dari posisi mereka.

"Mohon maaf, karena kami tidak dapat menjelaskan secara langsung. Seperti yang Anda tahu, kita diburu waktu untuk menyelamatkan nyawa nona," ucap Darcel tanpa kehilangan sirat ketenangan dari suara baritone nya.

Alastair mendelik mendengar kalimat butlernya, tetapi mau tidak mau ia harus menyetujui penjelasan pria itu mengingat memang prioritas mereka adalah keselamat Dracella. Sehingga akhirnya sang duke menghembuskan nafasnya kasar⸺mencoba menenangkan diri.

"Kalau begitu jelaskan, wanita itu yang menggigit Dracella itu siapa? Dan kenapa Kieran pergi kemana?" Untuk kedua kalinya Alastair mencoba mengulangi pertanyaannya, kali ini ia tampak jauh lebih tenang.

"Tuan muda, mereka yang baru saja menyerang kita adalah bagian dari bangsa kami," kata Darcel.

"Sepertinya selain kalian ada manusia lain yang menjalin kontrak dengan bangsa dunia bawah. Dan mereka bukan iblis sembarang melihat Cerberus juga berada di pihak mereka," imbuh Darcel lagi.

"Cerberus?" tanya Alastair mengulang salah satu nama yang terdengar asing di telinganya.

"Anda tahu makhluk berwujud anjing dan memiliki tiga kepala tadi? Dia bernama Cerberus, sang penjaga dunia bawah. Agresif dan ganas mencabik apapun dan siapapun sesuai perintah tuannya," tandas Kieran yang mulai ikut andil dalam penjelasan. Ia tidak segera melanjutkan ucapannya, pria bermanik senja itu memilih memperhatikan reaksi sang duke terlebih dahulu, Begitu melihat tidak ada lagi amarah Kieran baru mulai membuka kembali penjelasannya.

"Alasan mengapa saya menghilang dalam beberapa menit untuk menghabisi tuan dari Mamuna," imbuh Kieran lagi.

"Mamuna?"

"Sosok yang berhasil memberikan racun pada tubuh nona Silvester. Dia adalah kaki tangan dari ibu para seluruh makhluk dunia bawah dahulu," balas Darcel.

Alastair mengingat kejadian beberapa menit tepat setelah mereka tiba di mansion. Kieran merobek sebagian bagian atas kemeja Dracella, membelitnya dengan selimut kemudian meminta Darcel untuk memegangi kedua kaki gadisnya, sementara ia sendiri masih menggenggam tangan kanan Dracella yang dipenuhi keringat dingin.

'Tuan muda, tolong tahan tangan nona muda,' kata Kieran padanya setelah ia memindahkan dirinya ke sisi kanan Dracella. Sebenarnya Alastair masih tidak mengerti apa yang akan dilakukan butler tunangannya, tapi melihat Darcel tidak ragu sama sekali menandakan hanya pria itu yang dapat menyelamatkan gadisnya.

'Baiklah …'

Selepas melihat Alastair yang telah memposisikan dirinya untuk menahan tangan Dracella, ia dikejutkan dengan suara teriakan gadis bersurai keemasan itu. Kieran ternyata telah menancapkan taring miliknya pada leher jenjang Dracella, membuatnya memberontak keras, padahal tidak seharusnya ia tenaga sebesar ini.

'Ki-Kieran …' Alastair memanggil sosok pria yang masih belum melepaskan cengkramannya dari leher sang nona, Ia menjadi panik saat melihat urat hijau di sekujur tubuh, belum lagi maniknya yang tak lagi berwarna krimson. Tetapi tidak lama selang hampir 5 menit kemudian ia kembali tenang manik krimsonnya pun telah kembali, meskipun tampak redup. Urat hijau di sekujur tubuh Dracella pun berangsur menghilang.

'Saya telah mengambil racun yang ada dalam tubuh nona, Duke.'

Untuk sesaat Alastair menemukan hal lain tentang sosok iblis yang bersekutu dengan Dracella, sang Lucifer raja dunia bawah yang baru. Pria itu memiliki kekuatan yang berbeda dari Darcel, meski butlernya juga pernah duduk di tahta itu. Tapi Kieran berada di tingkat yang berbeda.

"Apa maksudmu dengan dahulu?" tanya Alastair begitu ia tersadar dari lamunan singkatnya mengingat aksi heroik sang raja dunia bawah.

"Sesaat sebelum Lucifer terdahulu menguasai dunia bawah, mereka lah yang menempati tahta … para legenda. Tetapi, kemudian kami memegang kekuasaan seluruh makhluk dunia bawah dan seisinya tunduk patuh kepada kami," jelas Kieran sembari menerawang langit yang tampak mulai mendung.

"Oh! Lalu sedikit informasi kepala yang saya bawa dengan darah hitam itu undead. Makhluk yang bangkit dari kematian. Yang satu ini memiliki kemampuan di atas rata-rata." Darcel ikut menambahi penjelasan yang sebenarnya tidak ditanyakan Alastair.

"Ia mampu menembak dalam jarak puluhan kilometer dan peluru yang digunakan berasal dari buah paling mematikan di dunia bawah, sehingga makhluk hidup apapun yang terkena akan mati karena meleleh atau layu."

Alastair kini telah mendudukkan dirinya di kursi. Sebelumnya ia melepaskan rompi, hingga tersisa kemeja putih. Pria itu menggeram dan mengacak surai platinanya. Ia masih tidak menyangka ternyata salah satu dari bangsawan yang menjadikan mereka target juga mengambil jalan yang sama, terlebih jika memang benar iblis itu merupakan iblis bangsawan.

"Tuan muda, mohon maaf saya akan menyelesaikan beberapa hal terlebih dahulu. Anda pasti juga ingin menangkap tikus yang telah berani melanggar batasannya," kata Kieran tiba-tiba. Ia telah menunduk dan membungkuk memberikan hormat pada Alastair.

Duke Salvador tentu sangat mengerti arti dari ucapan butler tunangannya itu. Tikus yang berani menggigit seekor serigala, makhluk tidak tahu diri yang tidak memahami posisi dimana ia berdiri.

Seutas senyum miring terpatri di paras tampan Alastair." Lakukan saja, bawa dan masukan dia ke dalam penjara bawah tanah. Biarkan dia hidup.

Setelah mendapatkan izin dari wali dari nona mudanya Kieran menghilang dalam hitungan detik. Pria itu seolah lenyap entah kemana, menyisakan debu-debu yang bertebangan dan dua orang pria lain yang masih terdiam di depan kamar Darcella.

Sayangnya tidak lama suara tembakan terdengar dari luar. Alastair mendesah kesal. Ia kedatangan tamu, disaat yang tidak tepat. Ekspresinya tampak semakin suram dan memerah. Darcel yang menyadari perubahan riak wajah sang tuan muda segera membungkuk⸺ia hendak undur diri dan menyapa para tamu Salvador, seperti biasa.

"Lakukan saja seperti biasa ..."

"Yes, my Lord."

Dan kini tinggalah Alastair yang telah beranjak dari duduknya. Iris keperakannya memandang sekumpulan orang yang tampak berada di luar kediamannya. Ia mendecih sebelum kembali memasuki kamar dimana gadis pemilik helaian keemasan itu terbaring lemah.

"Cepatlah sembuh, my lady," lirihnya tepat di telinga Dracella yang masih memejamkan matanya rapat.