Tak lama kemudian, terdengar suara mobil yang mengarah menuju rumah mereka.
Adrian bisa melihat bahwa mobil tersebut parkir disebelah rumahnya.
"Ibu, mobil yang parkir di depan rumah itu mobil siapa?"
"Oh, itu mobil ayahmu."
Adrian merasa sedikit terkejut dan heran dengan perkataan ibu nya.
"Eh? Mobil ayah? Bukankah sebulan yang lalu ayah sudah membeli sebuah mobil?"
"Iya. Tapi katanya mobil tersebut ayahmu gunakan untuk keperluan di kantornya."
"Eh?"
Pintu mobil tersebut terbuka dan jelas sekali Adrian bisa melihat seorang pria keluar dari pintu mobil tersebut.
Dia mempunyai tubuh tinggi serta perawakan nya yang gagah.
Tubuhnya tegak dan memakai baju kemeja berwarna hitam dan dasi biru.
Dia adalah ayah Adrian yang bernama pak Andika Pratama.
Ayah Adrian mulai berjalan kedalam rumah.
"Aku pulang."
Adrian,Maria, dan juga ibu nya menghampiri pak Andika.
"Selamat datang ayah."
Maria menyambut ayahnya dengan ceria.
"Iya, ayah pulang Maria."
Pak Andika mengelus kepala Maria dengan lembut.
Maria sangat senang saat ayahnya mengelus kepalanya.
Hal tersebut sudah menjadi hal yang biasa bagi pak Andika karena dia sangat menyayangi keluarga nya termasuk anaknya sendiri.
Ibu sulastri juga menyambut pak Andika dengan ekspresi yang bahagia.
"Selamat datang ayah. Tumben pulangnya cepat?"
"Ah iya, tadi di kantor jadwalnya ditunda, jadi aku langsung pulang kesini."
"Ohh begitu."
Pak Andika melihat ke arah Adrian dan memperhatikan nya sejenak.
"Oh, Adrian sudah pulang ya?"
"Iya, begitulah."
Adrian menjawab pertanyaan ayahnya dengan biasa.
Sepertinya pak Andika sama sekali tidak melihat perasaan senang ataupun rasa bahagia yang terlihat dari wajahnya.
"Hmm, apakah kau tidak mau menyambut ayahmu ini, Adrian?"
"Jika Ibu dan Maria sudah menyambut ayah dengan sambutan yang sama, lalu kenapa aku harus mengulangi kalimat yang sama kepada ayah?"
Adrian bersikap cuek kepada ayahnya.
Namun Adrian berjalan menghampiri ayahnya dan mencium tangannya.
Ayahnya sempat kaget saat Adrian mencium tangan nya.
"Walaupun begitu, aku tetap menghormati ayah."
Pak Andika merasa sedikit terharu dengan anaknya tersebut.
"Kau benar-benar mengingatkan ayah saat masih remaja dulu, Adrian."
Pak Andika memegang bahu Adrian dan melihat sekelilingnya.
Dia melihat istrinya dan juga Maria terlihat sangat bahagia saat Adrian mencium tangan ayahnya.
Tak lama kemudian, mereka berempat masuk kedalam rumah.
Mereka duduk bersama di sofa yang berada di ruang tamu.
Seperti biasa Maria terlihat sangat lengket dengan kakaknya.
"Maria! Kenapa kau mendekapku seperti ini?!"
"Lagian... aku sangat rindu dengan kakak."
"Hah? kau kan hanya pergi berlibur bersama ayah dan ibu selama seminggu?"
Maria selalu saja merasa jengkel dengan Adrian karena Adrian selalu menolak perasaan nya kepada Adrian.
Maria dalam pandangan Adrian sendiri hampir seperti seorang brocon.
Kekuatan perasaan nya sebagai seorang brocon kepada Adrian sangat besar sampai-sampai Adrian merasa kewalahan dengan tingkah adiknya sendiri.
"Hmph~~ Padahal aku sudah mengkhawatirkan kakak, tapi hanya begitu saja tanggapan kakak?"
Ayah Adrian berbicara kepada Adrian sambil sedikit tertawa.
"Itu benar, bahkan belum sampai satu jam perjalanan saja dia sudah sangat khawatir denganmu, ahahaha."
Adrian menatap ke arah Maria dengan pandangan yang tidak mengenakkan.
Justru saat Adrian menatap Maria, dia melihat Adrian dengan senyuman manisnya yang tampak seperti ada niat yang mencurigakan yang akan dia lakukan.
"Maria...?"
"Ya kan aku tidak tahan kalau harus berpisah dengan kakak Ehe~."
Adrian kemudian menghela nafas pelan.
"Hahh, kau ini."
Maria kemudian memeluk Adrian kembali dan seperti biasa maria tidak memperdulikan seerat apa pelukannya kepada kakaknya.
"Kakak..! Aku mencintaimu!"
"*Bugh* Ugh-' Mari-a!"
"Kita akan selalu bersama, ya kan kakak?"
Lagi-lagi Adrian dipeluk oleh Maria dan sekali lagi bukan rasa nyaman yang dia rasakan, justru Adrian merasa seperti dicekik oleh pergelangan tangan Maria.
"K-kau. Se-sesak sekali!"
Adrian kemudian mendorong Maria yang memeluknya dengan erat.
Adrian mencoba mendorongnya dengan kuat setelah itu mengangkatnya dan membuatnya duduk disampingnya.
"*Haah* *Haah* Kau benar-benar berat ya Maria."
Maria yang dipanggil berat kemudian memasang wajah cemberut kepada kakaknya.
"Kakak jahat sekali! Padahal aku sudah memberi kasih sayang dengan cara memeluk kakak!"
Adrian menyangkal kalimat Maria yang justru mengarah ke pembicaraan yang tidak normal antara adik dan kakak.
"Itu bukan pelukan! Bahkan itu lebih cocok disebut cekikan. Lagipula tidak ada yang namanya hubungan adik-kakak yang seperti ini."
Ibu dan ayah Adrian sedikit tertawa dengan tingkah laku anak mereka berdua.
Ibu Sulastri menoleh ke pak Andika dengan sedikit tertawa.
"Lihatlah tingkah laku mereka yah, mereka benar-benar akrab sekali ya sebagai seorang saudara."
Pak Andika juga menoleh ke Ibu sulastri dengan sedikit tertawa.
"Iya, kau benar sekali bu. Ikatan mereka berdua benar-benar kuat ya."
Adrian yang mendengar komentar ayah dan ibunya merasa malu dengan dirinya sendiri.
Bagi Adrian, hubungan kakak-adik yang seperti ini justru tidak normal baginya.
Jika dibayangkan dalam pikiran Adrian mungkin dia akan mendapatkan situasi terburuk sepanjang hidupnya.
Seorang kakak dan adik yang memiliki hubungan darah dan mereka tidak berperilaku layaknya kakak dan adik pada umumnya.
Adrian tidak ingin hal tersebut menimpa dirinya, namun nyatanya seorang adik yang saat ini duduk disebelahnya adalah bukti bahwa hubungan seperti itu ada di dunia ini walaupun hanya segelintir orang yang mengalaminya.
Adrian menoleh ke arah ayah dan ibunya.
"Ibu, ayah... Aku mohon jangan bicara seperti itu!"
Adrian kemudian menoleh ke Maria yang kelihatan nya sangat senang sekali ketika orang tua nya berkata seperti itu.
"Kau juga jangan cengar-cengir seperti itu Maria!"
Pak Andika kemudian berbicara kepada Adrian.
"Adrian, Maria bersikap seperti itu memang karena dia sangat khawatir denganmu."
"Tapi ayah, dilihat dari manapun bukankah ini terlalu berlebihan untuk disebut khawatir?"
"Iya. Kau memang benar, tapi Maria melakukan itu agar kau tidak trauma lagi dengan masa lalu mu."
Adrian menghela nafas saat ayahnya mengatakan hal tersebut.
"Ayah sepertinya juga sangat mendukung Maria ya?"
"Tidak. Ayah mendukung kalian berdua kok. Justru ayah cenderung mendukungmu ketimbang Maria."
"Apa maksud ayah?"
Pak Andika menatap Adrian dengan serius.
"Sebenarnya, kau benar-benar mirip seperti ayah waktu remaja dulu Adrian."
"Apa?!"
"Trauma karena cinta, ayah dulu juga mengalami hal yang sama seperti itu."
Adrian kaget dengan perkataan ayahnya.
Adrian bahkan baru tahu kalau ayahnya pernah mengalami trauma sama sepertinya.
Awalnya Adrian tidak paham dengan maksud ayahnya sebelumnya yang mengatakan kalau Adrian mirip dengannya, namun kini akhirnya dia paham dengan maksud perkataan ayahnya.
"Ja-jadi, ayah pernah mengalaminya?"
"Tentu saja, ibumu pun juga tahu dengan hal ini."
"Begitu ya."
Pak Andika kemudian tersenyum ke arah Adrian.
"Tapi ya, ayah harap suatu saat kau bisa menemukan arti dari sikapmu itu."
Adrian sangat terkejut dengan apa yang dikatakan ayahnya.
Pasalnya, ayahnya bukanlah seorang pria yang dingin kepada semua orang.
Pak Andika sendiri adalah orang yang sangat ramah dan sangat terbuka dengan orang lain.
Adrian terlihat berpikir serius saat ayahnya berkata demikian.
Pak Andika yang melihat Adrian seperti itu sedikit tertawa kecil kepada Adrian.
"Ahaha, kau tak perlu memikirkan nya sampai seperti itu nak. Suatu saat kau akan tahu jawaban nya dan kau akan mengerti apa arti dari prinsip yang kau pegang."
"Iya ayah."
Adrian tahu bahwa ayahnya tidak akan semudah itu memberikan bocoran tentang kehidupan di masa remaja nya.
Tapi, yang menjadi permasalahan Adrian adalah bagaimana ayahnya bisa jatuh cinta dan menikah dengan ibunya jika ayahnya tersebut dulunya pernah punya pendirian yang sama dengan nya?
Adrian tahu bahwa pendirian nya adalah menghindari apapun yang berhubungan dengan perasaan jatuh cinta.
Namun, jika pada akhirnya ada seseorang yang mencoba menghilangkan pemikiran itu dari Adrian, maka sudah pasti cewek tersebut benar-benar bertaruh dengan perasaan nya untuk membuat Adrian bisa kembali jatuh cinta dan percaya dengan seorang cewek.
Adrian telah mengalami begitu banyak pengalaman, begitu banyak cara seseorang tersebut mendapatkan hatinya namun pada akhirnya Adrian berakhir dengan dihianati oleh orang tersebut.
Jika caranya seseorang tersebut tetap sama seperti apa yang terjadi di masa lalu nya, maka hal tersebut tidak akan berpengaruh kepada Adrian.
Adrian benar-benar berpikir keras untuk hal ini.
Jika ayahnya yang saat itu bersikap sangat dingin bisa menikah dengan ibunya, maka Adrian dapat mengambil sebuah kesimpulan.
Sudah pasti ibunya tersebut sudah melalui perjuangan yang hebat hanya untuk mendapatkan hati seorang laki-laki yang dia sukai.