Adrian sampai dirumah nya.
Dia melihat ada beberapa pasang sendal dan sepatu yang tertata di depan rumahnya.
"Hmm? Apakah ibu dan ayah sudah pulang hari ini?"
Adrian perlahan membuka pintu rumahnya.
"Aku pulang."
Adrian mendengar suara dari dalam rumahnya.
Dia dapat mendengar suara langkah kaki tersebut menghampirinya.
"Ah, itu kakak!"
Seorang cewek tiba-tiba berlari mendekati Adrian dan memeluknya.
"Kakak...!!"
"Oh ternyata itu kau ya Mari- *Brugh*"
Adrian belum selesai berbicara tiba-tiba cewek tersebut memeluk Adrian dengan erat.
"Aku merindukanmu, Kakak!"
"Ughhh, M-mari-a. Le-lepaskan aku! Aku tidak bisa bernafas!"
Adrian tidak bisa berbicara dengan baik karena cewek tersebut memeluk Adrian terlalu erat bahkan hampir seperti mencekiknya.
"Uh maaf. Akan kulepaskan."
Cewek tersebut kemudian melepaskan pelukan nya dari Adrian.
"*Hahh* *Haah* Kau mau membunuhku ya Maria!?"
"Mpphh~~ Kakak kok jahat banget! Padahal adikmu ini sedang merindukanmu."
Wajah cewek tersebut terlihat senang namun juga kesal.
"Ah ya, Baiklah."
Cewek yang saat ini berdiri di depan Adrian adalah Maria Putri.
Adik kandung Adrian yang masih berusia 14 tahun dan duduk di kelas dua SMP.
Maria mempunyai tinggi rata-rata seperti anak seusianya walaupun begitu sifatnya tetap manja jika bersama kakaknya sehingga terkadang Adrian juga merasa kerepotan jika Maria berada disampingnya.
Maria mempunyai rambut panjang lurus dan mempunyai sebuah pita kecil di rambut sebelah kanan kepalanya.
Hal itu membuat Maria terlihat seperti gadis yang imut.
Postur tubuhnya terlihat sangat alami sehingga melambangkan bahwa Maria adalah gadis yang terlihat masih polos dalam pikiran orang-orang yang akan melihatnya, namun sebenarnya Maria adalah gadis yang sudah mengetahui banyak hal yang dewasa.
Maria kemudian membawa masuk Adrian kedalam rumah.
"Ayo, kakak!"
Mereka berdua berjalan kedalam rumah dan melihat seorang ibu yang sedang mempersiapkan makanan di meja makan.
Dia adalah ibu Sulastri Sulistya, Ibu kandung dari Maria dan Adrian.
Dia mempunyai postur tinggi dengan menggunakan sebuah kemeja hitam dan memakai kacamata.
Ibu Sulastri adalah seorang Reporter di sebuah perusahaan stasiun televisi nasional.
Jadi terlihat wajar saja jika ibu Sulastri menggunakan kemeja saat berada di dalam rumah.
Maria kemudian menyuruh kakaknya untuk duduk di kursi dibelakang meja makan.
"Kakak duduklah disini. Sebentar lagi masakan ibu akan segera selesai."
Adrian duduk di kursi tersebut melihat ibunya memasak di depan nya dan mulai bertanya kepada ibunya.
"Bu, sejak kapan ibu sudah berada di rumah?"
"Hm, mungkin sekitar 3 jam yang lalu."
"Eh? Kenapa ibu tidak mengirim pesan kepadaku terlebih dahulu?"
"Ya itu kan karena ibu tidak ingin mengganggu kegiatanmu di sekolah."
Adrian melihat sekeliling nya, dan menyadari bahwa ayahnya tidak ada di rumah.
"Ngomong-ngomong bu, Ayah sekarang ada dimana?"
"Oh, kalau ayahmu sepertinya tadi dia keluar karena ada urusan mendadak di kantor nya."
"Hm. Jadi begitu ya."
Adrian terlihat sedikit khawatir karena salah satu anggota keluarga yang juga merupakan kepala keluarga tersebut tidak ada di dalam rumah.
Ibu Adrian kemudian berbicara kepadanya.
"Kamu tak perlu mengkhawatirkan tentang ayahmu. Mungkin ayahmu akan pulang sekitar 2 jam lagi."
"Iya. Baiklah kalau begitu."
Tak lama kemudian, masakan ibu Sulastri sudah selesai.
Ibu Sulastri kemudian menaruh masakan nya keatas meja makan.
Adrian yang melihat masakan itu merasa tidak asing dengan aroma nya dan dia sedikit terkejut melihat masakan tersebut karena itu adalah makanan kesukaan Adrian.
"Wah, ini kan?!"
Ibu Sulastri melihat ke arah Adrian yang tampak sangat tertarik dengan masakan nya.
"Iya benar. Ini adalah masakan kesukaanmu, sayur sup dengan potongan ayam didalamnya."
Adrian melihatnya dengan penuh ketertarikan. Adrian dengan segera mengambil sendok dan juga piring kemudian dia kembali untuk menyantap masakan buatan ibu nya.
"Wah, selamat makan."
Adrian memakan nya dengan lahap dan ibu nya terlihat senang sekali melihat Adrian memakan masakan nya dengan penuh antusias.
Begitu pula dengan Maria yang terlihat senang sekali melihat kakaknya terlihat ceria saat memakan masakan ibunya.
5 Menit kemudian, Adrian selesai memakan masakan buatan ibu nya.
"Baiklah, kalau begitu aku akan mencuci piringnya sekarang."
"Ah, biar ibu saja. Kamu duduk saja disitu. Kamu sudah melakukan apa yang ibu pesankan kepadamu saat ibu tidak ada dirumah, jadi sekarang kamu tak perlu melakukan apapun."
"Oh, baiklah kalau begitu bu."
Ibu Sulastri mengambil piring Adrian dan mencuci nya.
Maria yang berada di sebelah Adrian hanya tersenyum melihat Adrian yang kelihatan ceria.
Adrian justru merasa tidak enak saat Maria melihatnya sambil cengar-cengir seperti itu.
"Maria, kenapa kau senyum-senyum seperti itu?"
"Ah, tidak. hanya saja aku merasa senang melihat kakak ceria seperti ini. Padahal aku jarang melihat kakak seceria ini sejak kakak lulus dari SMP saat itu."
Adrian tidak memberikan komentar apapun saat Maria berkata demikian, karena pada dasarnya hal itu adalah kenyataan yang tak bisa dibantah oleh Adrian.
Tak lama setelah itu ekspresi Maria yang awalnya tersenyum berubah menjadi menjadi kecurigaan.
Maria mulai mengendus-endus aroma pakaian Adrian.
"*Sniff* *Sniff* Hmm... Bau ini."
Adrian yang melihat adiknya mengendus pakaian nya merasa malu dan terganggu dengan tindakan Maria
"A-apa yang kau lakukan, Maria?!"
Maria melihat ke arah Adrian dan Maria sepertinya terlihat curiga kepada Adrian.
Maria kemudian memegang tangan Adrian dan mencium bau lengan nya.
"Ini... Aroma parfum cewek!"
Adrian langsung kaget saat Maria berkata seperti itu.
"A-ah ini.... Aku...."
"Sudah kuduga! Kakak tadi pasti bermain dengan cewek kan?"
"Ugh-, Itu.... Tunggu! Aku bisa jelaskan!"
Disaat Maria memojokkan kakaknya, Adrian tidak dapat dan membuat alasan apapun untuk mengelabuinya.
"Kakak tadi pasti bermain dengan cewek.... Kan?!"
Adrian merasa gugup dengan dirinya sendiri karena yang dia tahu bahwa Maria adalah seorang adik yang sangat peduli dan menyayangi kakaknya.
"Tunggu! Kenapa kau mengulangi kalimatmu lagi? Lagipula apa maksudmu bermain dengan cewek?!"
Maria menggembungkan pipinya.
Dia mulai iri dan jengkel kepada kakaknya.
"Mpphh~~ Kakak! Tidak kusangka kakak akan berani melakukan hal seperti itu kepada cewek!"
"A-apa maksudmu? Aku tidak melakukan apapun kepada cewek!"
"Lalu bagaimana kakak akan menjelaskan bau parfum ini? Tidak mungkin kakak akan menggunakan parfum cewek kan? Kecuali jika itu punyaku."
Maria memberikan tatapan yang agak dingin ke kakaknya.
Adrian menjawabnya dengan sedikit rasa panik kepada Maria.
"Mana mungkin aku menggunakan nya! Lagipula aku juga tidak mau menggunakan parfum mu!"
Maria memberikan reaksi yang agak kecewa kepada kakaknya.
"Ehhh? Kenapa tidak? Kita kan saudara, jadi berbagi parfum itu adalah hal yang wajar bukan?"
Dibalik kalimat Maria tersebut sebenarnya Adrian tahu bahwa ada maksud tersembunyi di dalamnya.
"Tidak! Aku tidak akan melakukan nya meskipun itu adalah parfum adik ku sendiri."
"Ehh?"
Maria memberikan reaksi kecewa kepada Adrian.
Ibu Adrian sudah selesai mencuci piring, setelah itu dia kembali lalu berbicara kepada Maria dan Adrian.
"Ya ampun. Ada apa kalian kok ribut-ribut begini?"
Maria menjawab pertanyaan ibu nya sambil menuding ke arah Adrian.
"Ini bu, kakak sudah bermain dengan cewek selain aku!"
Adrian kemudian berekspresi masam kepada Maria sedangkan ibu Sulastri hanya berekspresi biasa saja, bahkan ibu Sulastri sama sekali tidak kaget dengan Maria.
"Kenapa tidak kamu biarkan saja kakakmu itu bermain dengan cewek seumuran nya? Bukan kah wajar saja kalau dia bermain dengan cewek seumuran nya?"
Maria memberikan sebuah pertentangan kepada ibunya.
"Tidak bu! Kakak tidak boleh bermain dengan cewek lain selain Maria. Lagipula Maria juga tidak ingin kakak menderita lagi seperti dulu!"
"Tapi, kakakmu itu kan sudah dewasa. Bukankah sudah wajar baginya untuk bermain dengan cewek? Selain itu, apakah kamu punya bukti jika kakakmu dekat dengan cewek?"
"Tentu saja. Aku bisa mengetahui nya karena aku mencium bau parfum cewek di baju dan juga pergelangan tangan kakak."
"Eh? Benarkah itu Adrian?"
Adrian melihat ke arah Maria yang sepertinya mengatakan kalimat yang dapat membuat ibunya salah paham terhadap dirinya.
"Tentu saja tidak! Aku tidak akan melakukan hal yang aneh-aneh dengan cewek. Apalagi setelah apa yang terjadi dulu sewaktu aku masih SMP."
"Lalu bagaimana kakak akan menjelaskan semua ini?"
Adrian menghela nafas dan mulai mengatakan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dengan Yulia.
"Begitulah ceritanya."
Maria mengangguk setelah Adrian menceritakan kejadian sebenarnya antara dirinya dengan Yulia.
"Jadi, bau parfum itu berasal dari kak Yulia?"
"Iya."
Maria sebenarnya kenal dengan Yulia karena mereka pernah bertemu sebelumnya saat Adrian masih SMP.
"Hmm, jadi kakak benar-benar mengatakan hal itu kepada kak Yulia?"
"Iya."
Maria berpikir bahwa seperti nya Adrian akan dihadapkan oleh sebuah masalah jika Adrian bersikap dingin dan mengatakan bahwa dia tidak memperdulikan apapun soal cinta.
"Bukankah kakak terlalu berani mengatakan hal seperti itu di depan kak Yulia?"
"Apa maksudmu?"
"Yah maksudku... Bukankah itu akan menimbulkan masalah untuk kakak sendiri?"
"Iya, kau benar. Tapi memang itulah kenyataan nya. Aku tidak akan menahan diriku dan bersikap lunak hanya karena dia adalah orang yang membantuku waktu SMP."
"Iya itu ada benarnya juga sih. Tapi..."
Maria mengumpat kalimat yang akan dia katakan selanjutnya.
Maria sebenarnya tahu jika masalah yang akan dihadapi Adrian tidak akan mudah, namun dia memilih untuk tidak mengatakan nya karena Maria tahu bahwa kakaknya membenci apapun yang berhubungan dengan cinta.