webnovel

Cerita 4

Cerita 4

Alana menangis seorang diri, setelah perdebatan kecil tadi Juna langsung pergi. Hati Alana sakit, tapi entah karena apa. dia mengerti posisi Juna yang sedang down, tapi sampai kapan? Harusnya sekarang dia mulai bangkit lagi, bukan malah larut dalam keterpurukan.

Lana juga gak ngerti kenapa tadi Juna semarah itu sampai bawa keluarganya, apa secara gak sengaja Lana sudah menyinggung Juna, entahlah.

Selama ini Juna sama sekali gak pernah nyinggung kekayaan keluarga Rahardian, bahkan dulu dia nolak saat Lana menawarinya modal. Tapi kenapa tadi seakan dia menginginkan itu, kepala Lana pusing.

Cewek itu memilih untuk merebahkan diri, badanya terasa gak nyaman. Tekanan pikiran membuat asam lambungnya naik, dan sekarang ditambah kepalanya yang pusing.

Setelah tidur cukup lama badan Lana terasa lebih baik,meski masih ada sedikit pusing. Dia menunggu sambil mengaji. Saat mendengar suara motor Juna, Alana langsung membereska al quran serta mukenahnya.

Alana berjalan mendekati Juna yang sedang minum. Dia tatap tubuh suaminya, tanpa pikir panjang Alana langsung memeluk Juna dari belakang.

"Maaf" ucap Lana pelan

Terdengar suara helaan nafas kasar dari Juna, sekesal kesalnya Juna ke Lana marahnya gak pernah lama, dia sangat tahu bagaimana perjuangan Lana selama ini.dia rela meninggalkan semuanya hanya demi dirinya yang buruk.

"Aku gak mau kita tengkar terus, maafin aku" ucap Lana sambil menangis

Juna membalik badannya, ditatapnya wajah polos Alana, dia senyum. Mengusap pipi istrinya.

"Jangan nangis, jelek tau"

Lana senyum "biarin jelek, udah sold out juga kan" balas Lana

"Hehehe " Juna membawa Lana dalam dekapanya "aku itu sayank sama aku, tolong jangan bikin aku emosi"

"Iya aku minta maaf"

Juna melerai pelukan mereka, keduanya saling tatap dan senyum. Juna mencium sekilas bibir merah Lana.

"Kayaknya kamu butuh healing deh" kata Juna "healing tipis tipis yuk, keliling sini aja naik motor" ajak Juna

"Tapi... " Lana ragu

"gak usah mikir macem-macem, palingan cuma butuh bensin sama beli bakso, maksimal cuma keluarin 50ribu, janji deh"

Alana senyum "oke, aku ganti baju dulu" Lana langsung pergi ke kamar

"buruan" teriak Juna

Malam ini Juna mengajak Lana untuk makan bakso yang cukup terkenal di Malang, dan lanjut mengelilingi kota Malang, melewati jalan-jalan yang sedikit asing buat Lana. Juna menceritakan tentang Kota Malang yang dia tahu dari temen tongkrongannya di warung kopi.

"Lan kamu malu gak kalau aku jadi ojol? " saat ini keduanya duduk di bangku pinggir jalan.

"hah? Ojek online? "

jujur Lana kaget, Juna yang dia kenal adalah seorang yang mempunyai gengsi tinggi. Menjadi ojol sama sekali gak ada dalam bayangan Lana.

"iya, kemaren ada yang jual akun ke aku"

"jual akun? " Lana bingung

"iya, dia punya 2 akun dari aplikasi yang beda, kebetulam dia lagi butuh uang untuk biaya lahiran istrinya. Jadi satu akunnya aku yang jalanin, aku beli gitu"

"emang bisa kayak gitu? Aman gak? "

Juna mengendikan bahu "dia yang jamin, katanya aman. Awalnya aku juga ragu, tapi kasian juga liat dia"

"emang dia jual berapa?"

" cuma 2juta Lan, dan dia bilang gak sampai sebulan kalau aku jalanin terus uda bisa balik modal"

"kamu yakin jadi ojol? Aku tau kamu banget Jun"

Juna senyum "mau gimana lagi, mungkin emang jalanku kudu gini Lan, saat aku butuh kerjaan ada tawaran itu. Aku malah kepikiran kamu, kamu gak malu punya suami ojol? "

Lana senyum dan genggam tangan suaminya "ngapain malu, kamu kerjanya halal kan, aku malah seneng"

"sementara kita tahan dulu ya keinginan foya foyanya"

"dih, aku dari dulu gak suka foya foya, kamu kali" Lana sewot

"hahaha... Iya ding, dulu aku boros banget Lan"

"kita mulai dari awal lagi ya" ucap Lana

"iya, apa mungkin kerjaanku dulu gak halal ya Lan, mangkannya uangnya ilang gitu aja" kata Juna

Lana mengernyit "emang kamu dapat uangnya dari mana? "

"hah? Ya trading itu Lan, sama ada bisnis kecil kecilan sama temen" wajah Juna sedikit tegang

"yauda yang kemaren ikhlasin aja, kalau emng balik berarti itu rejeki kamu"

"susah Lan kalau ikhlas, nominalnya gede, aku ngumpulin itu bertahun tahun, mana uang kamu sebagian juga ikut masuk" kata Juna nunduk

"uda gak usah di bahas" Alana mengusap lengan Juna "kamu rencananya kapan mulai kerja"

"besok" kata Juna tegas

Lana senyum "alhamdulilah"

"doain ya,"

"pasti dong"

Keduanya sama-sama senyum, mereka kembali bercerita, mengenang masa masa indah mereka saat pacaran dulu. Juna terlihat lebih santai, Lana yang melihat itu ikut senang. Dia gak berharap terlalu tinggi, bisa hidup bahagia berdua itu sudah cukup.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Juna sudah siap dengan atribut ojolnya. Lana juga sudah menyiapkan sarapan untuk suaminya.

"emang harus pagi-pagi banget Jun? " tanya Lana

"iya, katanya kalau pagi rame penumpang berangkat sekolah, kerja"

"iya juga ya"

"aku berangkat ya, doain hari ini orderannya rame" pamit Juna

Lana tersenyum, dia langsung meluk suaminya "makasih ya Jun"

Juna mencibir "belum apa-apa uda makasih aja" dia melepas pelukannya.

"hehehe... Aku seneng aja kamu mau berjuang, sampe mau jadi ojol juga"

"iya, kamu baik-baik dirumah ya. Aku usahain nanti makan siang dirumah"

"mau dimasakin apa? "

Juna senyum ngejek "masak sebisamu aja, pokok jangan ke asinan kayak kemaren" pesan Juna sambil ngacak rambut Lana

Lana manyun, juna tersenyum dan mencium kening istrinya. Membuat Lana tersipu malu. Lana mengantar Juna sampai ke pagar, setelah suaminya itu pergi, Lana langsung pergi ke dalam rumah, bersih-bersih sekalian nyiapin bahan buat masak makan siang.

Seperti janjinya, siang hari Juna pulang krumah. Dia keliatan capek banget, tapi Juna pulang dengan senyuman.

"gimana? " tanya Lana sambil ngasih es teh ke Juna

Juna senyum, "alhamdulilah, uda dapet 12 orderan. Mau istirahat bentar, nanti lanjut cari orderan lagi"

"alhamdulilah.. " ucap Lana bersyukur

Keduanya makan siang bareng, Juna menceritakan pengalamannya saat kerja. Lana yang mendengar Juna bercerita dengan semangat jelas bersyukur, suaminya sudah mau berjuang, meninggalkan rasa gengsinya.

Setelah makan siang, Juna milih langsung istirahat. Sedangkan Lana bersihin meja makan sekalian sholat dhuhur. Ada sedikit yang mengganjal hati Lana, dari awal kenal Juna terlihat jarang sholat, setiap Lana mengingatkan selalu saja ada alasan.

Bukannya Lana sok suci, dia sendiri mengakui kalau ibadahnya masih bolong-bolong. Tapi dia juga ingin sama sama berjuang untuk berubah menjadi lebih baik lagi. Terlebih Juna adalah kepala keluarga yang akan membimbing Lana menuju surga-Nya.

***

Di sudut kota Magelang, berita kawin larinya seorang putri Rahardian dengan pacarnya sudah sedikit surut. Orang orang yang suka bergosip sudah membahas berita lain lagi. Tapi tidak bagi keluarga inti Rahardian.

Ketiga orang dirumah utama masih disibukkan dengan pencarian Alana. Bagaimanapun Alana adalah salah satu amggota keluarga. Mereka memang tidak suka dengan Juna, tapi kalau sudah seperti ini apalagi yang harus mereka lakukan selain menyetujui.

Randy yang sudah lama menyelidiki tentang Juna dibuat semakin khawatir. Dia sedikit banyak mengetahui tentang sepak terjang laki-laki yang sekarang sudah menjadi iparnya. Tapi selama ini dia selalu diam, dan sekarang menyesal kenapa tidak daridulu dia memberi tahu Alana tentang Juna.

"Ma, udah jangan terlalu mikirin Lana, Mama jaga kondisi juga dong" kata Randy sambil mengusap tangan Mamanya

"gimana Mama gak mikir Ran? Adek kamu gak tau sekarang dimana, gimana kondisinya, apa Juna bisa menghidupi Lana dengan baik" khawatir Mama Ema

"insyaAllah mereka baik baik aja, kalaupun ada masalah itu sudah jadi resiko mereka. Kita doain aja Ma"

"belum ada kabar dari orang orang kamu atau polisi? " Mama Ema menatap Randy lama

Randy menghela nafasnya "belum Ma, tapi aku uda minta mereka fokus nyari di luar kota"

Mama Ema menunduk "Mama gak nyangka, Alana bisa setega ini ninggalin kita, ninggalin Mama" katanya dengan berkaca kaca

"anggap aja Alana sedang liburan Ma, kalau sudah waktunya dia pasti pulang" Randy nenangin

"Mama beberapa hari ini mimpi Lan terus Ran" cerita Mama Ema

Randy senyun "mungkin Lana juga lagi kangen Mama, mangkannya sampe dateng di mimpi. Doain terus Ma"

"iya"

"Mama gak boleh down, jangan sakit ya Ma" pinta Randy

"iya"

"kasian Papa, kalau kita juga sakit siapa yang jagain" terang Randy sambil ngeliat ke arah kamar orang tuanya.

Papa Danu langsung terkena serangan jantung saat tahu putri kesayangannya memilih kabur dan kawin lari. Padahal Papa Danu hanya ingin melihat pembuktian dari seorang Arjuna. Apa dia layak atau tidak untuk menjadi suami Alana.

Kondisinya masih belum stabil, dokter menyarankan untuk istirahat total, karena jantung Papa Danu terlalu lemah. Beliau hanya bisa tiduran untuk sementara sembari pemulihan. Untung Randy selalu ada untuk keluarganya, dan sekarang semua beban kerjaan ada dipundaknya.

"bagaimana? " tanya Randy pada seseorang

"belum ada titik terang, mereka sama sekali gak ninggalin jejak" lapor orang tersebut

Randy geram "suruh sebagian orang menyelidiki lebih lanjut tentang Juna, kumpulkan semua bukti secepatnya" perintah Randy

"siap" jawab tangan kanan Randy

Selama ini sebenernya Randy selalu menyuruh orang untuk mengawasi Alana, tapi saat itu bawahan Randy sedang lengah, jadilah mereka kehilangan jejak. Dibalik sikap dingin dan cueknya Randy, dia tipe kakak yang akan selalu menjaga adiknya, baginya kebahagian Alana dan orang tuanya lebih penting.

Semenjak Alana pergi sikap dingin Randy semakin menjadi, dia merasa gagal. Setiap hari hanya kantor dan rumah tujuannya, selebihnya dia tidak peduli.

"Bang Randy" sapa seseorang saat Randy baru meeting di restoran

Merasa dipanggil Randy berhenti, dia mengernyitkan dahi "Dewa? "

Cowok itu senyum "gimana kabarnya mas? " mereka berjabat tangan

"baik, lo sendiri? Uda lama balik sini? "

"uda 6 bulanan. Sibuk gak? Temenin ngopi lah" ajak Dewa

Randy melihat jam tangannya "boleh deh" jawabnya

Randy menyuruh asistennya untuk balik kantor terlebih dulu. Randy dan Dewa berjalan beriringan, mereka ngobrol ringan sambil nyari Cafe yang nyaman untuk ngobrol juga yang bisa ngerokok.

Dewa ini adalah orang sama yang pernah bertemu dengan Alana. Dewa adalah sepupu dari Tiara, mantan pacar Randy. Saat masih pacaran dengan Tiara, Randy sering hang out bareng Dewa, umur Dewa hanya terpaut 2 tahun di bawah Randy. keduanya menjadi dekat. Sampai akhirnya Randy putus dan Dewa harus keluar kota.

"Tiara gimana? " tanya Randy to the point

Dewa senyum miring dan meminum kopi americanonya. "dia baik, sangat baik dan bahagia"

Gantian Randy yang mencibir "bagian bahagianya jangan di perjelas, sengaja lo"

"hahaha... bang Randy kebanyakan mikir sih, diembat orang kan" sindir Dewa

Randy mendengus kesal, beberapa bulan setelah Randy dan Tiara putus, Tiara di jodohin dan setelahnya langsung menikah. Randy yang sebenernya masih sayank jelas kaget, tapi dia gak bisa berbuat banyak.

Tiara dan keluarganya hanya ingin kepastian, mengingat umur Tiara yang memang sudah waktunya menikah. Tapi Randy sendiri terlihat masih ragu, bukan karena ragu dengan Tiara. Dia masih memikirkan Alana. Dia pernah janji, sebelum Alana menemukan kebahagiaan, dia gak boleh menikah dulu.

"gue kan punya alasan" jawab Randy sambil menerawang jauh.

"adek abang? Sekarang gimana dia?" tanya balik Dewa

"dia uda nikah" jawab Randy ragu

"harusnya uda bahagia dong, situ masih sendiri aja" ejek Dewa sambil tersenyum samar

Randy mendengus kesal "justru karena dia uda nikah gye makin puyeng" curhaf Randy

"kenapa? " tanya Dewa santai

"adek gue kabur dari rumah, dia kawin lari sama pacarnya"

Dewa mengernyit "kayak Dejavu" gumamnya

"apa? " tanya Randy yang kurang menangkap gumaman Dewa

Dewa senyum "gak papa. Gimana tadi adek abang?

Randy menghela nafasnya "iya, intinya keluarga gak setuju sama pacar adek gue, eh dia malah nekat kabur sampe kawin lari"

"sampe sekarang belum ada kabar? "

"belum. Mana Papa kena serangan jantung. Jadi sekarang makin sibuk. Coba dulu lo mau gue jodohin sama dia" Canda Randy

Dewa senyum "gue dulu belum mikir nikah Bang"

"kalau sekarang? "

"sekarang uda kepikiran, tapi calonnya yang belum ada" kelakar Dewa

"hahaha... Kampreet!"

Keduanya saling bercanda, sembari mengingat kenakalan mereka dulu. Dibanding temen temennya yang lain, Randy memang lebih suka nongkrong atau main sama Dewa. Karena Dewa anaknya gak aneh aneh dan cerdas, diajak ngobrol atau bercanda apapun nyambung.

Cukup lama mereka ngobrol, sampai Randy harus menunda semua jadwalnya. Itu juga karena besok Dewa harus keluar kota lagi, entah balik ke Magelang kapan.

"salam ke Tiara" kata Randy saat mereka jalan ke parkiran

"males, inget dia istri orang Bang" kata Dewa

"ck... Ngomong ngomong lo bisa bantuin nyari adek gue gak? Sapa tau dia di kota tujuan lo"

Dewa senyum "insyaAllah gue bantuin Bang, nanti lo kirim fotonya aja, ntar gue sebarin ke temen temen"

"" Siap, ntar gue chat. Makasih" kata Randy

Keduanya berpisah di parkiran, Randy pulang kerumah. Sedangkan Dewa masih harus ke suatu tempat. Sampai di mobil Dewa melihat ada notifikasi pesab dari Randy.

(send picture)

"dia adek gue, namanya Alana"

Dewa menelan salivanya kasar "Alana? " gumam Dewa sendiri.

"Siaal!"

***