webnovel

Cerita 3

"investasi bodong? " gumam Lana

Badan Lana terasa lemas, dadanya sesak, lututnya gemetaran. Dia tidak kuat menahan tubuhnya, dan berakhir dengan terduduk di sofa. Air matanya sudah menetes.

Juna sendiri terlihat sangat kacau, dia mengacak rambutnya frustasi. Nyawanya seperti melayang, apalagi melihat istrinya yang sekarang menangis tersedu. Dia mendadak bodoh dan ngerasa semakin kerdil.

Sudah 3 bulan lebih mereka tinggal di Malang, Juna masih sibuk dengan usaha tradingnya. Lana selalu mengingatkan untuk membuka usaha aja, tapi Juna menolak, dia bilang modalnya masih kurang. Dia ingin langsung membuka usaha yang besar.

Dan sebulan yang lalu Juna ditawari untuk investasi di bidang properti dengan untung yang besar. Melihat peluang itu Juna jelas sangat semangat, hampir semua tabungan mereka di masukan, bahkan dia rela menjual mobil untuk memperbesar nilai investasinya.

Harusnya siang ini sudah ada hasil yang masuk, tapi nyatanya dari kemaren orang yang nawarin investasi ke Juna gak bisa dihubungi. Juna sudah mempunyai felling jelek, tapi dia belum berani bilang ke Lana. Seharian ini dia mencoba mencari orang itu, bahkan mendatangi rumahnya.

Disana Ternyata sudah ada beberapa orang yang juga korban investasi bodong. Mereka semua terlihat kacau, Juna ketakutan. Uang yang selama ini dia kumpulkan dengan susah payah hilang dengan sekejap. Dunianya terasa runtuh. Juna berharap Ini hanyalah mimpi buruk.

"kita harus gimana Jun? Tabungan kita... Hiks.. " Lana kembali menangis

"aku gak ngerti Lan" ucap Juna frustasi

"lapor polisi... Kita harus lapor polisi" pinta Lana dengan menggoyangkan tangan Juna

Juna mengusap wajahnya kasar, dia menggeleng "aku gak bisa lapor polisi Lan" katanya

"kenapa? Setidaknya bajiingan itu menjadi buronan sekarang. Uang kita harus balik" kekeh Lana

Juna masih diam, hanyut dalam pikirannya sendiri. "Jun... " panggil Lana

"aku pusing" kesal Juna dan berdiri

"kamu mau kemana? " teriak Lana

"nenangin pikiran" kata Juna dan langsung pergi

Lana menatap punggung suaminya yang sudah menghilang di balik pintu. Dia menangis lagi, jumlah uang yang diinvestasikan Juna sangat banyak, tapi untungnya Lana meminta untuk mwnyisakan sedikit tabungannya. Tapi sampai berapa lama uang itu akan bertahan, sedangkan pendapatan mereka belum jelas.

Saat seperti ini ada sedikit rasa kesal di hati Lana, seandainya...

"aarghh... Gak, aku gak boleh nyalahin Juna, dia udah berusaha, aku yang kudu nguatin dia" gumam Lana

Tapi suaminya itu memang keras kepala, Lana yakin saat ini Juna pergi ke warung kopi langganannya. Setiap hari hanya itu kerjaan Juna, nongkrong sana sini. Lana selalu mengingatkan suaminya untuk mencari kerja, tapi Juna tetaplah Juna, dia punya seribu alasan untuk menolak.

Sampai tengah malam Juna belum pulang, Lana yang memang daritadi belum tidur jelas kepikiran. Juna gak pernah seperti ini apalagi dengan masalah sekarang, Lana jelas khawatir. Dia sudah berpikiran yang jelek-jelek. Lana memilih mengambil wudhu dan sholat.

Pukul 2 dini hari terdengar orang membuka pintu, Lana segera membereskan mukenahnya. Ada sedikit kekhawatiran, takut kalau itu bukan Juna.

"Lana... Istrikuuuu... " panggil Juna saat masuk kamar

Lana mengernyit melihat tampilan Juna yang sangat kacau, bau alkohol menyengat dari tubuh Juna, Lana menangis, ini pertama kalinya dia melihat Juna mabok seperti ini.

"sayaaaank... Aku kangen, kamu cantik sekali... " ucap Juna mau meluk Lana, dia terus meracau gak jelas.

Lana mendorong tubuh Juna "Jun, kamu kenapa gini sih? Aku gak suka" tolak Lana

"kamu nolak aku? Karena aku miskin? Karena uangku hilaaaang" Juna terus mendekat

"gak gitu... Kamu mabok, bau.. Aku gak suka"

"oh sayaaank... Kemari, peluk aku... "

Dan banyak lagi racauan gak jelas yang keluar dari mulut Juna, dia terus mendekat ke Lana, memaksa untuk mencium dan memeluk. Tapi Lana terus menghindar, dia menolak Juna.

Tolakan Lana memancing amarah Juna, dia menarik tangan Lana paksa, mendorong dengan kasar istrinya itu ke atas ranjang, cowok itu tersenyum aneh.

" kamu harus hamil anaku, anaku harus seorang Rahardian... hahaha"

"jangan harap kamu bisa pergi dariku Lan"

"kamu cuma miliku, dan aku yang akan memiliki semuanya" dan banyak lqgi racauan Juna

Juna memaksa mencium Lana, dia mencengkeram kedua tangan Lana kasar. Menjelajah setiap inci tubuh Lana, menyobek baju Lana. Juna seperti memperkosaa istrinya sendiri, semua tindakannya sangat kasar.

Dia memaksa memasuki tubuh Lana, istrinya itu menangis. Rasanya sangat sakit, Juna sangat kasar, tak ada kelembutan seperti biasanya. Sampai puncakpun Juna terus kasar, Lana gak bisa menikmati seperti biasanya, dia hanya bisa pasrah dan menangis.

Setelah meruda paksa Lana beberapa kali, Juna langsung terkapar. Beda dengan Lana, dia masih menangis. Laki-laki disebelahnya seperti bukan suaminya. Dia paling benci pemabuk, Lana gak mau Juna terus begini.

Dia pandangi wajah Juna, terlihat tenang, tapi Lana tahu suaminya itu sedang kacau. Diusapnya pipi Juna lembut, dia menyelimuti tubuh polos mereka berdua.

Badan Lana terasa sakit semua, terutama di inti miliknya. Tapi semua itu tak lebih sakit dari hati Lana. Rasanya bener-bener sakit, dia sakit karena dikasari Juna, tapi dia juga sakit saat melihat Juna seperti ini. Alana mencium kening Juna dan memeluknya.

"aku sayank kamu Jun"

Pagi harinya Lana terbangun karena mendengar suara Juna muntah muntah di kamar mandi. Lana memaksa badannya yang terasa pegal untuk duduk. Dia meraih kaos oblong milik Juna dan memakainya.

"Lan, perutku mual" ucap Juna sambil berjalan mendekat

Lana tersenyum miris "siapa suruh kamu mabuk-mabukan" sindirnya

Juna salah tingkah dan duduk di pinggir ranjang "Lan, kamu marah? "

"iya" kesal Lana "pulang tengah malam, mabuk, dan maksa aku... "

"maaf" kata Juna cepat sambil genggam tangan Lana

"kamu kasar banget Jun" ucap Lana sambil berkaca-kaca

"Maaf Lan, aku... "

Juna bingung mau ngomong apa, kepalanya masih pusing dan mual. Samar-samar dia mengingat kejadian semalem saat memaksa Lana untuk melayaninya, Juna begitu gak sabar dan sangat kasar.

Lana memeluk suaminya "aku takut Jun, kamu nyeremin" manja Lana

Juna membalas pelukan Lana "Maaf" ada rasa bersalah disana.

"aku mau mandi, badanku bau terkontaminasi badan kamu" kesal Lana mendorong tubuh Juna

"aku mandiin ya" goda Juna dan langsung ngangkat tubuh Lana.

"aku gak mauuuu... Badanku masih sakit Jun" Lana berontak

"cuma mandi Lan, janji gak ngapa-ngapain"

"kamu pembohong" ucap Lana sambil mukul dada bidang Juna

Suaminya tersenyum, mana tahan dia melihat tubuh polos Lana. Sekarang aja juniornya sudah bangun. Tapi demi menebus rasa bersalahnya, dia akan memperlakukan Lana bak ratu.

"Aku gak suka kamu mabuk" kesal Lana saat mereka sedang duduk berdua

"Maaf Lan, kemaren pikiranku lagi gak jelas "

"Mabuk itu gak nyelesain masalah Jun"

"Iya"

"Terus apa langkah kamu setelah ini?uda ada kabar dari orang itu?"

"Belum,kemaren aku ngobrol sama beberapa korban,dan ternyata orang itu sering nipu di daerah-daerah lain."

"Gak ada yang lapor polisi?"

"Udah, dan sekarang dia jadi buronan.kamu sabar ya" kata Juna genggam tangan Lana

"Sekarang kita gimana?tabungan kita tinggal dikit .untung masih ada motor buat kemana-mana" keluh Lana

"Aku bakal cari kerja"

Lana mendengus "apa kita buka usaha aja"

"Tabungan segitu mau buka usaha apa Lan?"

"Kecil-kecilan aja, jual makanan online, atau apa gitu"

"Kamu ada ide mau jual apa?"

"Belum sih"

Lana senyum miring "kita aja tiap hari seringnya order makanan, kamu sok sokan mau jual makanan ,bisa masaknya?" Sindir Juna

Lana manyun "kamu cepetan cari kerja dong

"Iya iya sabar, gak bisa langsung kan."

"Kamu jangan suka nongkrong di tempat ngopi dulu deh""

"Aku nongkrong juga termasuk usaha Lan, kita ini orang baru disini kalau gak nongkrong sama orang sini mana bisa dapat info"

"Tapi info yang kamu dapat gak ada yang bener Jun" geram Lana

"Sabar dong Lan, jangan marah marah" kesal Juna

"Gimana aku gak marah sih? Uang kita ilang gak jelas, pendapatan gak ada,terus gimana kita lanjut hidup?" Lana mulai emosi

"Terus maunya kamu gimana?nyesel nikah sama aku?"

"Kog larinya kesitu? Aku cuma minta kamu usaha kerja"

"Kamu pikir selama ini aku gak usaha? Uang aku ilang juga awalnya karena aku usaha, pengen dapet uang yang lebih banyak. Kamu jangan bisanya cuma nyalahin dong" Juna emosi

"Aku gak nyalahin, aku cuma ngingetin kamu"

"Sama aja" kata Juna sambil berdiri

"Kamu mau kemana"

"Keluar.makin pusing aku dirumah."

"Kamu ninggalin aku lagi" teriak Lana

"Aku dirumah juga kamu omelin terus. Mending kamu belajar masak, biar pengeluaran kita juga gak terlalu banyak" sindir Juna

Alana menatap Juna sendu, dulu Suaminya itu selalu melarang Lana untuk sibuk didapur, dia bilang nerima Lana apa adanya, tapi sekarang dia malah bahas kayak gini. Jujur Lana ngerasa tertampar.dia tau sebagai istri tugasnya juga bisa memasak, tapi dia sendiri gak tau harus belajar dari siapa.

"Ma... aku kangen" gumam Alana sambil netesin air mata

Alana memang selalu dimanja dari kecil, orang tuanya hanya menyuruh dia untuk sekolah dan belajar, untuk tugas rumah semua di pegang Mama dan Art. Lulus kuliah dia langsung sibuk kerja, mana ada waktu buat belajar masak atau yang lain.

Dan sekarang Alana menyesali itu, harusnya dari dulu dia belajar banyak hal dari Mamanya. Minimal belajar memasak, Lana merasa malu karena tidak bisa ngelakuin apa-apa. Bahkan saat awal menikah dulu Juna yang mengajari pekerjaan rumah.

Sudah seminggu kasus investasi bodong yang menimpa Juna berjalan, tapi masih belum ada titik terang. Bahkan beberapa hari yang lalu salah satu korban ada yang bunuh diri.

Arjuna merasa semakin frustasi, semua menjadi serba gak jelas.dia juga merasa hidupnya hancur. Alana yang awalnya terus menekan Juna akhirnya juga pasrah. Semakin ditekan Juna akan emosi, dan bikin mereka terus bertengkar.

Sekarang Alana mencoba belajar lebih ikhlas dan sabar. Mau marah marah juga gak ada gunanya. Dia berfikir lebih baik sekarang mencoba meluluhkan hati Juna. Agar suaminya gak kesulut emosi terus, dan mau mencari jalan keluar berdua.

"Jun, aku belajar masak dong, kamu cicipi ya" manja Alana

Juna mengernyit "ini bisa di makan Lan?"

Lana melotot "ngeselin banget sih kamu, "

"Hahaha" Juna tertawa dan meluk pinggang istrinya

Lana menatap Juna dan tersenyum "aku seneng kamu bisa ketawa kayak gini lagi"

Juna menatap balik Alana "Lan, maafin aku uda bawa kamu masuk dalam hidupku"

"Kenapa minta maaf?"

"Aku ngerasa bersalah aja, dulu hidupmu seperti putri sekarang jadi kayak gini karena nikah sama aku" kata Juna sambil nunduk

"Jangan ngomong gitu Jun, aku bahagia jadi istri kamu"

"Coba dulu kamu masih di Magelang, gak bakalan kamu hidup susah kayak gini, masak, bersihin rumah"

"Ini Uda tugas aku sebagai istri"

Juna menghela nafas panjang "aku gak berani janjiin apa apa ke kamu Lan, setelah ini aku juga gak tau kita akan menghadapi apa.kamu siap ngelewatin ini semua sama aku?"

"Iya, asal sama kamu, insyaAllah aku siap"

Juna tersenyum "segitu cintanya kamu sama aku? Bodooh banget sih" Goda Juna

Lana manyun "biarin"

"Lan, aku gak sebaik yang kamu kira"

"Terus?"

"kalau emang kamu mau balik ke keluarga kamu sekarang, gak masalah "

"Maksutnya ninggalin kamu?"

"Itu lebih baik Lan, aku sekarang uda gak punya apa apa"

"Aku gak peduli"

"Kedepannya bakalan sulit Lan"

"Aku bakal temenin kamu terus"

Dan benar saja, hidup Juna dan Alana sekarang semakin sulit, bisnis trading yang selama ini jadi andalan Juna tiba tiba gulung tikar, harga pasar saham juga anjlok drastis. Juna gak bisa ngelakuin apa-apa. Diam diam Alana menangisi hidup mereka.

"Apa Aku kerja aja ya Jun?" kata Lana

"Aku uda bilang gak usah"

"Kalau aku gak kerja gimana kita dapat penghasilan?"

"Kamu ngeraguin usaha aku?"

"Gak ngeraguin, tapi bisnis trading kamu uda gak jalan, kamu juga belum ada kerjaan. Setidaknya aku bisa bantu ngeringanin beban kamu"

"Aku bisa dapat uang, tenang aja. Aku emang bukan sarjana, tapi gak usah khawatir, aku bisa hidupin kamu"

"Kamu tuh suka banget ngelebar kemana mana, yang bahas masalah sarjana siapa?"

"Aku tau, kamu ngeremehin aku karena gak punya gelar kayak kamu, sama seperti keluarga kamu"

"Gak ada hubungannya sama mereka" kesal Lana

"Kamu sama aja kayak mereka"

"Aku gak sama, aku lebih milih sama kamu kan"

"Coba kamu dulu dengerin aku, sementara kita LDR an, saat usahaku gak jalan gini setidaknya kamu bisa minta bantuan keluarga kamu, itu bisa buat modal aku"

Lana mengernyit "kenapa harus gitu? Aku lebih suka kamu usaha sendiri"

"Selama ini aku usaha sendiri,tapi liat hasilnya. Keluarga kamu itu kaya, harusnya bisa dimanfaatin kalau ada hal yang mepet kayak gini. Kamu sendiri gak bisa kan nerima aku yang melaraat, mangkannya kamu ngomel dan minta kerja"

"Terus aku kudu gimana?"

" minta aja bantuan modal ke keluarga kamu" kesal Juna

"Kamu gak salah ngomong kayak gitu?"

"Harusnya gak salah kalau kamu dulu gak maksa ikut kabur. Kamu kan anaknya, wajar kan minta bantuan modal"

"Sintiing kamu Jun, aku uda belain ikut kamu, dan ninggalin mereka tapi kamu malah nyuruh aku ngemis ke mereka"

"Kalau gak mau aku ngomong gitu, berenti ngomel dan ikuti cara mainku" bentak Juna

***