Sore ini sesuai janji, Rayhan akan menjemput Nara untuk pergi jalan-jalan.
Rayhan sedang bercermin di kamarnya.
"Heran, kenapa gue bisa seganteng ini ya," gumamnya sambil mengelus-elus pipinya.
"Rugi banget cewek yang nolak gue. Mending sekarang gue siap-siap buat kerumah Nara aja." Sambungnya sambil mengambil ponsel dan dompetnya.
Setelah itu, dia keluar dari kamarnya dan bertemu Maminya diruang tamu.
"Mau kemana, Ray?" Tanya Maminya.
"Mau jalan-jalan Mih. Boleh kan?"
"Ya boleh, emang sejak kapan Mami ngelarang kamu keluar. Dilarang pun kamu juga tetap berangkat aja."
Rayhan hanya menunjukkan cengirannya. "Mami kan baik, Rayhan keluar dulu ya."
"Pergi sama Vernon?" Tanya Mami.
Rayhan menggeleng. "Enggak, mau keluar sama temen sekolah. Si Vernon tadi katanya mau tidur."
"Yaudah hati-hati. Jangan pulang malam-malam kalo bisa Ray, kamu tuh kalo pagi susah dibangunin."
"Iya Mami ku sayang. Aku pergi dulu, Assalamualaikum." Rayhan mencium punggung tangan Maminya dan segera keluar dari rumah, pergi menuju rumah Nara dengan mengendarai mobil putihnya.
°°°
"Kan gue udah bilang, kalo mau jalan kerumah gue mending kirim pesan dulu. Biar ga nungguin lama." Kata Nara sambil memasuki mobil Rayhan.
"Ya gapapa sih Ra. Ini gue mau izin dulu ke orang tua Lo, kenapa Lo malah udah masuk ke mobil aja." Ucap Rayhan.
"Orang tua gue lagi ada acara diluar. Pergi ke nikahan anak temen mereka." Jawab Nara.
"Serius? Tapi Lo udah izin kan?" Tanya Rayhan.
"Serius lah. Tadi gue udah nelfon, katanya ya gapapa kalo mau jalan-jalan, tapi ga boleh pulang malem." Jawab Nara.
Rayhan menghembuskan napas pelan. " Yaudah, sekarang kita kemana dulu nih?" Tanya nya.
"Gue ga tau, kan Lo yang ngajakin." Jawab Nara.
"Nonton mau? Apa beli buku dulu? Makan dulu juga gapapa sih." Tawar Rayhan.
Nara tertawa, "Makan tuh enaknya diletakin paling akhir ga sih? Mending sekarang nonton dulu aja."
Rayhan mengangguk, "Oke siap. Yuk." Ajaknya.
°°°
Mereka baru saja keluar dari bioskop, sudah hampir dua jam mereka berada didalam sana.
"Gila, rasanya gue kaya masih merinding deh." Ucap Nara sambil mengusap-usap kedua lengannya.
Mereka memang memilih film horor tadi, sesuai permintaan dari Nara. Tapi ternyata semua tidak berjalan seperti yang ada dibayangan Rayhan, dimana Nara akan berteriak ketakutan dan berakhir jatuh kedalam pelukan cowok itu.
Cewek itu memang takut, tapi dia hanya menutup kedua matanya dan sesekali mengintip sedikit-sedikit.
"Mau makan apa nyari buku dulu?" Tanya Rayhan.
"Nyari buku dulu deh kayanya. Ntar biar enak, tinggal makan terus pulang deh." Jawab Nara.
"Cepet banget ya waktu berputar, perasaan tadi masih sorean. Sekarang udah mau malem aja." Ucap Rayhan.
"Ya gimana, namanya waktu ya berputar kan? Ya jelas cepet banget."
Rayhan tertawa, Nara tidak peka ternyata. "Yaudah yuk cari buku dulu." Ajaknya. Nara menganggukkan kepalanya.
Sesampainya di toko buku, Nara segera berjalan menuju rak buku yang berisi banyak novel-novel.
"Kirain mau nyari buku buat belajar." Ucap Rayhan yang ikut melihat-lihat novel beranekaragam judul itu.
"Ini titipan tetangga gue, sebenarnya gue mau jalan sama dia, tapi berhubung Lo ngajakin keluar jadi yaudah sekalian aja." Jelas Nara.
"Oh," Rayhan hanya menganggukkan kepalanya. "Gue lihat-lihat dulu ya," pamitnya.
Nara mengangguk, dia masih fokus mencari judul novel titipan tetangganya itu.
"Nah ini dia." Gumamnya. "Nih anak berat banget bacaannya, mana sedih lagi endingnya." Sambungnya sambil membaca sedikit sinopsis dari cerita itu, yang ia perkirakan akan berakhir menyedihkan.
Sekarang Nara celingukan mencari Rayhan. "Kemana lagi tuh anak? Perasaan tadi cuma disekitar sini deh." Ucapnya pelan.
Nara berjalan untuk mencari keberadaan Rayhan, dia sampai berpindah dari tempat novel ke buku pelajaran tetap tidak ada.
"Dor!"
"Heh!" Teriak Nara terkejut. Dia menatap kesal kepada Rayhan yang sudah mengagetkan dirinya. Nara masih mengelus dadanya sambil menetralkan nafasnya. Dia benar-benar kaget.
"Lo tuh udah gila ya, gue kalo jantungan gimana." Omelnya.
Sedangkan Rayhan hanya menunjukkan cengirannya. "Iya maaf, Ra. Gue ga sengaja. Niatnya kan bercanda."
"Kalo gue punya penyakit jantung, bisa-bisa gue malah ngerepotin Lo kalo pingsan disini." Nara masih melanjutkan omelannya.
Rayhan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Iya maaf Ra, Lo jangan ngomongin penyakit jantung terus dong."
"Ya lagian Lo sih. Lo juga darimana aja coba, gue cariin ga ada."
"Lihat-lihat buku aja, keliling semua gue lihatin." Jawab Rayhan dengan tampang polosnya.
"Kurang kerjaan banget sih Lo. Heran gue." Nara menggelengkan kepalanya pelan.
"Gimana udah dapet novelnya?" Tanya Rayhan.
"Udah nih." Jawab Nara sambil mengangkat buku yang ia pegang. "Langsung cari makan ya habis ini." Lanjutnya.
Rayhan mengangguk. "Yaudah ayo bayar dulu."
Saat membayar mereka sempat berdebat karena Rayhan yang ingin membayarkan dan Nara yang menolak dengan keras.
"Udah gue aja!" Tegas Nara. Lalu gadis itu menatap mbak-mbak kasir sambil tersenyum canggung, "Maaf ya mbak hehe. Ini mbak uangnya."
"Iya mbak. Terima kasih." Kasir itu menyunggingkan senyumnya. Nara hanya membalas dengan anggukan kepala.
Mereka berlalu menuju tempat makan dan memesan makanan sesuai keinginan mereka masing-masing.
Sambil menunggu makanan datang, Rayhan mengajak Nara untuk mengobrol. Karena gadis itu selalu diam jika tidak diajak untuk bicara terlebih dahulu.
"Temen-temen Lo keliatan judes semua ya Ra, kecuali si Tika." Ucap Rayhan membuka pembicaraan.
Nara tertawa pelan. "Bukan judes, emang muka mereka aja yang kaya gitu, mereka mah baik semua."
"Kalo si Tika emang pendiem kaya gitu?" Tanya Rayhan. Karena setau dia, gadis itu paling tidak banyak bicara daripada teman-temannya yang lain.
"Enggak se-pendiem itu kok. Dia mah sama aja, cuma emang pembawaannya aja yang kalem." Jawab Nara.
"Gue tuh kalo liat wajah si Farah sama Sena kaya takut gitu. Bukan takut sih, lebih ke kaya ga mau nyari masalah gitu loh." Jelas Rayhan.
"Ya itu Lo nilai mereka dari wajah aja, Lo cuma bisa menilai dari luar, coba aja kalo liat hatinya. Mereka mah baik banget, kalo mereka judes juga belum tentu gue bisa temenan sama mereka." Jawab Nara.
"Iya sih. Tapi gue heran si Tika kok bisa sekalem itu, berada diantara mereka yang suka teriak-teriak terus ketawa ngakak. Kaya dia bisa tetap tenang gitu loh."
"Si Tika tuh ga sekalem itu asal Lo udah temenan sama dia. Coba aja kalo udah deket sama dia."
Rayhan mengangguk. "Lama ya makanannya ga dateng-dateng." Gumamnya.
"Lo udah laper banget?" Tanya Nara.
"Enggak sih, biasa aja. Takutnya Lo yang udah kelaperan." Jawab Rayhan.
"Gue sih lebih ke haus ya, soalnya habis muter-muter nyari Lo tadi."
Rayhan terkekeh pelan. "Takut banget gue tinggalin apa gimana?"
"Dih, apaan! Gue mah kalo Lo tinggal, bisa pulang sendiri." Jawab Nara santai.
"Permisi mbak mas, ini pesanannya." Ucap waiters itu.
"Iya, terima kasih." Jawab Nara.
Bukannya langsung makan, Nara malah membuka ponselnya.
"Makan dulu, jangan sambil main hp." Tegur Rayhan saat melihat Nara masih asik memainkan ponselnya.
"Bentar Ray, gue harus foto nih makanan, terus gue pamerin ke temen-temen dakjal gue." Jawab Nara sambil tertawa. Nara sengaja memotret makanan itu, dengan tangan Rayhan yang terlihat sedikit, hal itu bisa membantu Nara untuk membuat teman-temannya semakin penasaran.
"Kenapa? Emang mereka ga marah kalo tau Lo jalan sendiri?" Tanya Rayhan.
"Ya kenapa harus marah? Mereka mau jalan sama siapapun itu hak mereka juga, masa harus temenan cuma sama itu-itu doang." Nara meletakkan ponselnya dan mulai mencicipi makanannya.
"Hmm, enak banget lohh." Ucap Nara sambil menggoyangkan kepalanya.
Rayhan yang melihat itu tertawa, "Kenapa cewek kalo makan makanan yang enak selalu goyangin kepala?"
"Ya ga tau, udah mendarah daging kali." Jawab Nara asal.
"Udah-udah makan aja. Ngobrol mulu."
Lalu mereka menikmati makanan masing-masing. Terkadang mereka juga berbicara, meskipun hanya sekilas-sekilas, karena mereka tidak boleh berbicara saat makan.
Ponsel Nara tidak berhenti menyala dari tadi banyak notifikasi yang masuk, ia yakin pasti itu pesan dari teman-temannya yang tadi ia pameri foto makanan.
Nara membuka ponselnya dan ternyata benar, mereka berlima berisik digrup chat yang berisikan enam orang itu.
Nara terkekeh pelan saat Sena dengan ngototnya bertanya dimanakah Nara sekarang. Cewek itu juga bertanya pergi bersama siapakah Nara. Pasti besok saat sekolah mereka akan bertanya-tanya hingga mendapatkan jawaban yang jelas sejelas-jelasnya.
Nara harus siap di interogasi.
"Rame banget hp nya, dari siapa sih?" Tanya Rayhan.
"Anak-anak itu, mereka penasaran, abis gue kirimin foto makanan tadi. Soalnya mereka udah hafal banget sama menu disini, jadi mereka langsung tau deh gue lagi dimana." Jawab Nara.
"Tau juga kalo pergi sama gue?" Tanya Rayhan.
Nara menggeleng. "Enggak, gue belum bales apapun di grup, biarin aja mereka penasaran. Hahaha." Nara tertawa saat melihat kekepoan sahabat-sahabatnya.
"Dasar jail." Rayhan ikut tertawa.
Setelah makanan mereka habis, mereka langsung pulang. Karena waktu sudah menunjukkan hampir pukul delapan malam.