Sesampainya didepan rumah Nara, gadis itu langsung saja keluar dari mobil Rayhan.
"Mau mampir dulu?" Tanya Nara.
Rayhan menggeleng. "Enggak deh, gue langsung pulang aja. Palingan juga entar mau kerumahnya si Vernon." Jawab Rayhan.
Nara hanya mengangguk. "Makasih ya udah nganter dan jemput gue."
"Santai aja sih, kan gue juga yang ngajakin Lo keluar. Yaudah masuk gih, titip salam buat orang tua Lo."
"Oke, nanti gue salamin. Yaudah gue masuk dulu ya." Pamit Nara.
Rayhan mengangguk. "Iya, gue pulang ya."
Nara mengacungkan jari jempolnya, lalu berjalan memasuki rumahnya.
Setelah memastikan Nara masuk kedalam rumah, Rayhan segera menjalankan mobilnya dan pulang. Bukan pulang kerumahnya melainkan mampir terlebih dahulu kerumah Vernon.
°°
"Jalan siapa? Jujur ga Lo?" Sena terus-menerus bertanya pada Nara. Sedangkan yang ditanya hanya senyam-senyum yang membuat teman-temannya semakin penasaran.
"Lo jangan rese' kaya gini ya Ra. Bikin orang penasaran aja. Lo ga balikan sama Niko kan?" Tuduh Risna.
Niko. Mantan Nara yang paling brengsek. Dia si paling penyayang tapi dia juga si paling menyakitkan.
"Enggaklah, ngapain sama dia, gue juga udah ga ada kontaknya." Jawab Nara.
"Terus sama siapa Nara? Lo mau bikin gue mati penasaran? Soalnya Lo kan kalo jalan, kalo ga sama kita ya palingan sama mama Lo. Sejauh ini kayanya Lo belum deket lagi sama cowok." Cerocos Farah panjang lebar.
"Tau nih anak sok misterius banget." Sungut Nanda.
Tika hanya terkekeh pelan sambil mendengarkan percakapan teman-temannya.
"Jangan-jangan Lo punya pacar baru terus ga cerita ke kita? Ngaku ga Lo!" Desak Farah lagi.
"Apaan sih, gue apa-apa cerita ya. Mulai dari cowok bilang hai sampai pacaran terus putus, gue juga selalu cerita ke kalian." Nara menjawab dengan kesal. Capek juga di tuduh-tuduh, tapi mau gimana, dia masih asik membuat mereka penasaran.
"Ya makanya Lo sama siapa? Sekali lagi Lo cuma cengengesan, beneran gue cekek Lo!" Ancam Sena sambil memegangi leher Nara yang membuat gadis itu menggeliat kegelian.
"Iya-iya, gue pergi sama...."
Nara sengaja menggantung ucapannya, dia melirik teman-temannya. Lalu dia reflek tertawa saat melihat ekspresi serius dari mereka berlima.
"Sialan! Udah ditungguin juga!" Maki Risna. Nara masih tertawa.
"Dia pergi sama gue." Tiba-tiba seseorang menyambar percakapan mereka.
Rayhan berdiri didepan meja Nara. Dia menaik-turunkan alisnya berniat menggoda gadis itu.
"Dih, ga seru Lo! Gue masih mau ngibulin mereka juga." Gerutu Nara saat rencananya gagal total.
Farah menggerakkan tangan seperti ingin menjambak rambut Nara.
"Heh ga boleh gitu Lo, Fa. Itu namanya penganiayaan." Ucap Nara sambil menghindar.
"Kok bisa jalan sama Lo?" Tanya Tika pada Rayhan.
Rayhan berjalan mendekati meja Tika. "Bisa lah, kita nyari buku aja, tapi ternyata berlanjut ke yang lain."
Tika hanya menganggukkan kepalanya.
Tak lama mereka mengobrol, bel masuk sudah berbunyi.
Hari ini kelas Nara ada jadwal olahraga, jadi kini mereka sudah mengenakan seragam olahraga berwarna biru itu.
"Olahraga apaan ya? Gue males banget lagi. Baru aja perawatan." Devi bersuara sambil memakai handbody lotion miliknya.
"Ya lagian, mau ada jadwal olahraga malah perawatan dulu." Ucap Nia.
"Gue lupa, gue mah mikirnya pak Ferdi ga dateng hari ini. Soalnya kan udah dua kali jadwal olahraga beliau ga dateng."
"Iya sih."
Sedangkan Sena yang mendengar percakapan Nia dan Devi, kini sedang berjulid bersama Farah.
"Sok cantik banget." Ucap Farah sangat pelan.
"Iya anjir, berasa paling wow banget deh."
"Guys, disuruh ke halaman sekolah dulu, katanya mau pemanasan dulu sebelum lari-lari." Sang ketua kelas memberitahu semua isi kelas.
"Oke."
Semua keluar dari kelas dan menuju lapangan, ternyata pak Ferdi, sang guru olahraga sudah menunggu dihalaman sekolah.
"Ayo pemanasan dulu, terus nanti kalian bisa lari-lari kecil dulu di lapangan." Perintah pak Ferdi.
Semua berbaris berjajar dan mulai melakukan pemanasan.
Setelah selesai mereka langsung lari-lari kecil dihalaman. Nara berlari sambil tertawa saat melihat Risna yang lari mendahului Riki hingga membuat cowok itu misuh-misuh ga jelas.
"Cemen Lo! Apaan masa kalah sama gue yang cewek!" Cibir Risna pada Riki.
"Lo jangan gitu ya! Ntar ada praktek basket awas aja Lo kalo ga bisa. Gue ketawa paling kenceng." Balas Riki sambil melirik Risna.
"Ah masa? Gue udah latihan dirumah yeee..."
"Hai," Rayhan tiba-tiba berada di samping Nara.
Nara hanya tersenyum. "Kuat ga nih lari 10 kali putaran?" Tanya Rayhan.
"Kuatlah gue udah sarapan tadi." Jawab Nara.
"Oke mari kita lihat. Nanti katanya mau praktek basket ya?"
Nara mengangguk. " Sebenarnya udah dari Minggu kemarin, tapi pak Ferdi jarang masuk, jadi ya gitu ketunda-tunda sampai sekarang." Jawabnya.
"Lo bisa main basket?" Tanya Rayhan.
"Kalo mainnya ya ga bisa, tapi kalo cuma praktek kaya dasar-dasarnya basket ya bisa dikit-dikit." Jawab Nara.
Rayhan mengangguk, "Gue bisa nih. Mau di ajarin?"
Nara tertawa. "Enggak deh makasih, gue orangnya mageran. Hahaha."
Rayhan ikut tertawa. Lalu mereka melanjutkan lari mereka yang masih kurang lima putaran lagi.
"Aduh. Aw..." Ringis Nara saat dia terjatuh karena tersenggol oleh Devi. Entah disengaja atau tidak, dia tidak tahu.
"Raaa!!!" Teriak teman-teman Nara. Mereka segera menghampiri gadis itu.
"Ya ampun kok bisa sih! Ayo minggir dulu, minggir!" Sena segera membantu Nara untuk berdiri.
"Ih. Ga bisa berdiri Na, kaki gue sakit banget." Mata Nara sudah berkaca-kaca.
"Pelan-pelan. Ayo!"
"Biar gue aja." Rayhan segera mengambil alih Nara, dia menggendong Nara untuk menepi.
"Aduh, sakit banget lagi." Suara parau Nara terdengar, sepertinya gadis itu menahan diri untuk tidak menangis.
"Lo ada masalah apa sih sama Nara? Sengaja banget nabrak-nabrak." Farah mendorong pelan bahu Devi.
"Ya mana gue tau, siapa suruh lari sambil ngobrol. Gue kan mau lewat biar bisa cepet selesai." Jawab Devi santai.
"Lapangan tuh luas! Lo bisa lewat tempat lain, tapi Lo malah lewat samping Nara. Gue liat ya, ga usah sok gatau Lo!" Kini Nanda berucap sambil menatap tajam Devi.
"Yaudah sih!"
"Yaudah sih apaan! Lo..."
"Ris udah." Lerai Nara.
"Kenapa ini, Nara?" Pak Ferdi yang baru datang dari kantor langsung menghampiri Nara yang terduduk ditepi halaman sekolah.
"Pak kaki saya sakit, tadi jatuh pas lari. Gimana sama prakteknya? Susulan ga papa ya?" Nara berbicara dengan memasang wajah memohon.
Pak Ferdi memeriksa kaki Nara. Guru muda itu lalu berucap, "Keseleo nih kaki kamu. Ke UKS aja."
"Tapi prakteknya nyusul ga papa ya pak?"
"Iya gampang itu mah. Nanti saya atur. Sana ke UKS. Ga ada nemenin ya! Nanti setelah mengantar Nara ke UKS, langsung ke halaman semua."
Sena segera mengantar Nara ke UKS dengan dibantu oleh Rayhan.
"Makasih ya, maaf ngerepotin." Nara tersenyum canggung.
"Yaelah santai aja sih, kaya sama siapa aja." Sena memukul lengan Nara pelan sambil menunjukkan cengirannya.
"Yaudah kita balik lagi ya, mau praktek dulu, ntar kalo udah gue kesini sama yang lain." Nara mengangguk menjawab ucapan Sena.
"Yaudah istirahat aja. Nanti pasti sembuh, kalo belum sembuh gue antar ke tukang pijit." Ucap Rayhan.
"Dih, ga mau!" Tolak Nara.
"Liat nanti. Bye Nara!" Rayhan melambaikan tangannya sambil mengedipkan sebelah matanya.