Pagi ini Rayhan berjalan di koridor sekolah dengan memainkan ponselnya. Banyak kaum hawa yang menatap dirinya dengan penuh kekaguman. Tapi, karena Rayhan termasuk tipikal orang yang cuek, jadi ya gitu, ada yang natap dia, ya bodo amat. Kalo kata dia, resiko jadi orang ganteng, pasti banyak yang suka.
Setelah tiba di depan kelas nya, dia melihat isi kelas yang masih terlihat lumayan sepi. Lalu dia kembali keluar dari kelas dan memilih duduk di kursi yang ada di depan kelas, lalu membuka ponselnya dan bermain game. Dihidup Rayhan itu memang lebih banyak bermain game daripada belajar, biasalah.
Dia melihat jam tangan nya. 06.30. Ini adalah hal pertama yang pernah ia alami, di sekolah nya yang dulu dia selalu berangkat jam 07.15, padahal jam masuk sekolah adalah 07.00. Dia juga tidak mengerti mengapa bisa se-semangat ini untuk berangkat ke sekolah. Mungkin karena masih siswa baru, jadi dia masih bersemangat untuk berangkat sekolah, entah nanti jika sudah beberapa bulan.
Saat sedang asik-asik nya bermain Mobile Legend nya, dia di kagetkan oleh seseorang yang tiba-tiba duduk di samping nya. Dia menoleh.
"Riki! Elo sekolah hari ini?" Rayhan berkata dengan hebohnya. Dia kembali bertemu dengan teman masa kecilnya. Jadi, dia ya antusias banget.
Riki memutar kedua bola matanya malas.
"Kalo elo udah tau gue ada di sini, berarti ya gue sekolah lah. Gak bermutu banget pertanyaan lo."
"Ya gue kan cuma basa-basi aja." ucap Rayhan santai.
"Yang lain kemana?" Tanya Riki.
"Belum datang deh kaya nya. Dari gue dateng masih sepi, ga ada keliatan batang hidung mereka." jawab Rayhan.
"Elo masuk ke sini mulai kapan? Mana gue kaga dikabarin lagi."
"Kemarin. Gue niatnya mau ngabarin Lo, tapi gue ga punya nomor Lo yang baru, adanya cuma yang lama dan kayanya udah ga aktif kan? Lo kemana kemarin gak masuk?"
"Iya sih, ganti nomor gue soalnya yang dulu hp gue hilang. Kemarin gue belum masuk soalnya masih di rumah sodara gue. Baru pulang tadi malam." jawab Riki
"Oh gitu." ucap Rayhan sambil mengangguk-anggukan kepala nya. "Eh iya, kakak Lo udah nikah?" Lanjutnya.
"Udah, ini kemarin gue kerumahnya, sekalian jengukin Kakak gue yang habis lahiran." Jawab Riki.
"Wah, malah udah lahiran aja. Gue kira masih belum nikah."
"Udahlah, Lo aja yang lama ngilang ga pernah kerumah gue."
"Ya gue kan sempat menetap di Bali juga Ki. Jadi ya gue ga tau soal itu." Jawab Rayhan.
"Iya sih. Mabar kuy!" Ajak Riki sambil mengeluarkan ponselnya dari sakunya.
"Ayo lah." ucap Rayhan menyetujui.
"Pagi-pagi udah main hp miring aja nih!" Celetuk seseorang.
"Iya nih, kalo kata emak gue. Hape teros!!" Sambung seseorang.
Rayhan dan Riki yang semula fokus menunduk kini mendongak.
"Pagi-pagi udah berisik aja lo!" Ledek Rayhan. Kepalanya sudah kembali menunduk, matanya fokus melihat layar hpnya.
"Yeeuuu, anak baru aja banyak gaya. Gue keluarin lo dari sini!" Ucap Sandi, bermaksud bercamda. Ternyata yang baru saja datang adalah Sandi dan Vernon.
"Gue mah bagus anak baru. Lah elo? Anak lama, bentar lagi udah gak terkenal, karena ada gue!" Ucap Rayhan dengan penuh percaya diri.
"Setan lo!" Maki Sandi kesal.
"Ikut lah gue main!" Timpal Vernon.
"Gue juga lah!" Ucap Sandi. Mereka berempat fokus bermain game di ponsel masing-masing.
Mereka bermain game dengan mulut yang tidak bisa diam. Seperti umumnya anak laki-laki yang lain, mereka sering mengumpati satu sama lain.
Brummmm.
Suara mobil yang baru saja memasuki parkiran membuat mereka mendongakkan kepala dengan kompak nya.
Terlihat enam mobil bermerk Honda Civic Type R berwarna putih terparkir berjajar. Lalu pemilik mobil tersebut satu persatu keluar. Dan ternyata mereka adalah Nara dan teman-teman nya. Kalian jangan berpikir kalau mereka ingin pamer, tapi memang seperti itu setiap hari nya. Karena jarak dan arah rumah mereka yang saling berlawanan, membuat mereka harus membawa mobil sendiri-sendiri. Kenapa mereka bisa sampai di sekolah barengan? Jawabannya adalah karena mereka menunggu teman masing-masing di pertigaan sebelum masuk ke arah sekolah mereka.
"Buset!" Gumam Rayhan pelan dengan mulut sedikit terbuka.
Vernon, Sandi dan Riki sudah terbiasa dengan pemandangan seperti itu. Mungkin bagi Rayhan itu adalah hal baru. Rayhan masih setia menatap kearah enam mobil yang terparkir berjajar itu.
Tak lama keluarlah masing-masing pemilik mobil itu. Rayhan akui, Nara beserta teman-temannya memang memiliki kecantikan yang luar biasa.
Kemudian Nara dan teman-teman nya berjalan menuju kelas mereka dengan bercanda gurau. Tidak perlu mencari perhatian tapi sudah banyak pasang mata yang terus memperhatikan mereka.
Rayhan masih memperhatikan mereka sampai masuk kelas dengan mulut tetap sedikit terbuka. Dia masih merasa kagum saat melihat para gadis itu.
"Mingkem napa, Ray!" Ucap Vernon sambil menutup mulut Rayhan.
"Gila sih! Itu tiap hari kaya gitu?" Tanya Rayhan setelah sadar dari acara menganga nya barusan.
"Kaya gitu gimana?" Tanya Sandi.
"Itu mereka, berangkat bareng dengan bawa mobil masing-masing. Kan lebih enak kalo barengan." Jawab Rayhan.
"Rumah mereka beda arah. Kalo disuruh barengan terus gimana? Yang ada telat masuk kelas." Jelas Riki.
"Jadi tiap hari selalu kaya gitu? Bawa mobil sendiri-sendiri?" Rayhan masih bertahan dengan rasa penasarannya.
"Iya lah. Dari kelas 10 malah." jawab Riki.
"Gak heran sih, kan mereka emang kaya populer gitu, tapi mereka merasa ya selalu biasa aja gitu, ga kaya cewek lain yang malah suka cari perhatian." Vernon memberi penjelasan tambahan.
"Nara tuh...."
Teng.. Teng.. Teng... Ucapan Rayhan terhenti karena bel masuk sudah berbunyi. Dia masih mau tau banyak hal tentang Nara, tapi bel masuk malah mengganggu acara wawancaranya.
"Ntar aja ya kalo mau nanyain soal Nara, mending sekarang kita masuk dulu." ucap Sandi sambil tersenyum jail.
"Apaan sih lo! Siapa juga yang mau nanyain soal Nara. Orang gue cuma mau bilang, Nara pinter ya gitu aja." Elak Rayhan saat mendengar nada bicara Sandi yang menggodanya.
"Ih masa sih? Ga percaya deh. Pasti penasaran kan soal Nara. Jujur aja deh, bang. Hahaha." Sandi masih saja menggoda Rayhan dengan tingkah tengilnya.
"Udah-udah, ngomong Mulu Lo." Rayhan mendorong tubuh Sandi, agar cowok itu segera masuk kedalam kelas. Dia malu jika harus digoda terus-menerus.
Kemudian mereka melangkah masuk kelas. Rayhan berhenti di bangku Nara lalu duduk di bangku sebelah Nara yang kosong, karena Sena sedang menghapus tulisan di papan tulis.
"Ngapain sih lo disini?" Tanya Nara kesal. Dia bukan kesal karena ga suka sama Rayhan. Dia cuma ga mau kalo didekat Rayhan selalu merasa deg-degan.
"Kok Lo ga bales pesan gue sih, Ra?" Tanya Rayhan.
"Pesan apaan? Ga ada tuh." Nara mengeluarkan buku tulisnya. Lalu dia pura-pura menyibukkan diri dengan menulis di belakang buku tulisnya.
"Ada. Semalem aja Lo masih bales, terus gue chat lagi Lo malah udah hilang aja." Jawab Rayhan.
"Ga ada, Ray. Emang Lo ngirimin pesan apa ke gue?" Tanya Nara.
"Ntar malem jalan yuk!" Ajak Rayhan pada Nara.
Nara menatap Rayhan dengan intens, takutnya Rayhan hanya ingin mengerjai dirinya saja. Sedangkan yang ditatap hanya menaikan alisnya sambil tersenyum.
Nara mengalihkan pandangannya, senyum Rayhan ini memabukkan.
"Mau kan Ra? Kita jalan bentar aja deh."
Nara hanya diam. Dia bingung.