webnovel

Bab 4

"Gue minta nomor Nara dong, Ver." Pinta Rayhan.

"Minta sendiri lah. Digrup kelas kan juga ada, Ray."

"Gue kan belum masuk ke grupnya, bego." Ucap Rayhan kesal.

"Gue ga berani sih buat ngasih nomor Nara ke Lo. Soalnya dia paling ga suka kalo ada orang yang suka ngasih nomornya sembarangan."

"Emang kenapa? Udah punya cowok dia?" Tanya Rayhan sambil mengernyitkan dahinya.

Vernon mengedikan bahunya. "Gak tau sih, tapi kemarin dia sempat buat status di WhatsApp, foto cowok gitu."

"Cowoknya bukan?" Rayhan merasa penasaran.

"Gak tau. Soalnya dia juga kan suka sama kaya Korea-koreaan gitu, jadi gue gak bisa bedain mana itu cowok Korea atau bukan." Jawab Vernon.

"Cewek mah rata-rata emang suka sama yang kaya gitu." Ucap Rayhan sambil menyandarkan tubuhnya di sofa.

"Iya, kadang kalo nonton aja bisa sampe teriak-teriak." Ucap Vernon.

Rayhan terkekeh. "Iya, padahal disini juga banyak yang ganteng, tapi mereka malah milih yang ga bisa di milikin."

"Yaudah sih biarin aja, mungkin emang itu hiburan mereka." Ucap Vernon.

"Sekarang si Nara cantik ya Ver, gue sempat pangling sih tadi. Tapi pas gue inget-inget wajahnya emang gitu. Cantik manis gitu." Ucap Rayhan sambil membayangkan wajah Nara.

"Tuh kan bener apa kata gue. Lo tuh tetap aja buaya. Liat yang cantik dikit langsung aja dipikirin terus." Ucap Vernon.

Rayhan tertawa.

"Ini namanya cowok normal."

"Halah normal apanya, kalo Lo ya emang buaya. Emang Lo udah ga sama Siska?" Setau Vernon, Rayhan memiliki kekasih yang bernama Siska. Dulu dia pernah bertemu dengan Rayhan dan pacarnya di salah satu rumah makan.

"Udah putus lama sih. Gue sama dia cuma bertahan tiga bulan kalo ga salah." Jawab Rayhan.

"Pasti Lo kan yang mutusin? Lo kecantol cewek mana lagi? Siska udah cantik masih aja di lepasin. Heran gue." Kata Vernon sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Lo jangan mojokin gue terus dong! Gue putus sama Siska, dia yang ngajakin. Soalnya dia dapet cowok yang lebih tajir dari gue." Jawab Rayhan.

"Lah, emang Lo kurang tajir apalagi coba?!"

Rayhan ini sudah terlahir dari keluarga kaya. Jadi kenapa cewek itu masih meragukan kekayaan Rayhan?

"Ga tau. Gue kan kadang kalo di ajakin keluar suka males tuh. Jadi ya mungkin itu salah satu alasannya." Jawab Rayhan sambil mengedikan bahunya.

"Gue minta nomornya Nara dong Ver. Dia ga bakalan marah, percaya sama gue." Rayhan kembali membujuk Vernon.

"Minta sendiri!" Vernon menolak mentah-mentah permintaan Rayhan.

"Weh, ga nungguin gue nih kalo ghibah." Sandi tiba-tiba masuk ke rumah Vernon tanpa mengucapkan salam apapun.

"Orang tuh salam dulu. Bukan malah langsung masuk aja kaya tadi."

"Iya maaf lupa. Assalamualaikum, ini minuman pesenan kalian mas." Sandi mengeluarkan Boba itu dari plastiknya.

"Makasih, ntar gue ganti uangnya. Kalo udah mau pulang aja ya." Rayhan meminum Boba miliknya.

"Ya elah, santai aja Ray. Gue mah emang kebiasaan berbuat baik kaya gini."

"Idih, mulut Lo!" Vernon mengusap wajah Sandi dengan tangannya yang basah.

"Eh San, gue minta nomornya Nara dong. Si Vernon gue mintain gak mau ngasih tuh!"

Sandi menatap Rayhan bingung. "Lah, gue juga ga berani ngasih nomor Nara ke Lo. Kalo mau mending minta sendiri aja."

"Kenapa sih? Dia gak bakalan marah, percaya sama gue!" Rayhan kembali membujuk.

"Ga enak gue. Kalo Lo suka sama Nara, mending minta nomornya sendiri. Terus deketin deh." Saran Sandi.

"Bukan suka, gue cuma mau temenan Deket aja." Ucap Rayhan.

"Alah mulut Lo, Ray. Palingan juga mau Lo deketin." Ucap Vernon.

Rayhan tertawa.

Mereka berkumpul cukup lama dirumah Vernon. Hingga terdengar suara adzan Maghrib, mereka baru pulang kerumah masing-masing.

°°°

"Mah, mamah inget ga sama Rayhan? Temen aku pas TK dulu?"

Nara bertanya pada mamanya sembari merebahkan kepalanya di paha sang ibu.

"Rayhan anak siapa?" Tanya mamahnya heran.

"Gak tau. Rayhan yang alisnya tebel itu Mah." Nara mana tahu Rayhan anak siapa, masa dia harus melakukan sensus penduduk terlebih dahulu.

"Rumahnya dimana sih?"

"Yang deket rumahnya Vernon. Jarak beberapa rumah doang." Jawab Nara.

"Anaknya Tante yang rambut pendek itu bukan?" Mamah Nara masih terus mengingat siapa Rayhan itu.

"Iya, yang dulu kita pernah main kerumahnya pas hari raya." Jawab Nara antusias.

"Emang kenapa sama anaknya?"

"Dia pindah ke sekolah Nara. Padahal dia udah berhasil masuk ke SMA Negeri." Cerita Nara.

"Anaknya ga kuat kali sekolah di SMA Negeri. Disana kan ketat banget." Jawab Mamahnya.

"Emang iya?"

"Iya. Seketat-ketatnya sekolah kamu, kalo lawannya mereka yang pasti kalah. Disana ketat banget Ra, anaknya om Arkan juga kan sekolah disana. Katanya disiplinnya jos banget." Jawab Mamah.

Nara hanya menganggukkan kepalanya.

"Tumben kamu cerita soal ada temen baru?"

"Ya enggak, aku biasanya juga cerita kalo ada temen, yang mamah juga kenal." Jawab Nara.

"Ayo makan. Mamah laper." Ajaknya.

"Bikin seblak ya." Ajak Nara.

"Seblak mulu. Kerupuk rebusan aja kamu suka banget." Cibir Mamah.

"Ih, enak tau. Bikinin ya Mah, daripada aku beli diluar."

"Cek, iya-iya. Yaudah mamah bikin dulu. Kamu bantuin iris-iris sayurnya."

"Oke."

Lalu mereka pergi kedapur untuk membuat makanan kesukaan Nara.

°°°

Nara menikmati seblak buatan mamahnya yang masih mengepulkan uap panas itu. Kuahnya terlihat merah bukan main, karena Nara memang tipikal orang yang suka makan pedas.

"Kalo makan, hp taruh dulu."

"Ini sambil nonton video Mah. Orang cuma 5 menit."

Mamahnya hanya diam saja, karena itu sudah menjadi kebiasaan Nara, apa-apa selalu sambil memegang ponsel.

Disaat sedang asik menonton video, tiba-tiba ada pesan masuk di aplikasi WhatsApp.

Dahinya mengernyit saat melihat pesan dari sebuah nomor tak dikenal.

Nara segera membuka pesan itu. Nara sempat terbatuk saat membaca pesan itu yang ternyata dari Rayhan.

Hai, Ra.

Ini gue Rayhan. Save nomor gue ya.

Nara hanya kaget darimana cowok itu bisa mendapatkan nomor hp nya. Nara hanya membalas 'Oke' pada pesan itu.

Nara akui Rayhan memang tampan, dia mengangumi wajah tampan cowok itu. Apalagi cowok itu punya senyuman yang manis.

"Ya elah kenapa gue jadi mikiran dia sih. Cuma anak baru yang sok akrab." Gumam Nara pelan.

Lalu dia melanjutkan acara makan seblaknya, hingga ada pesan masuk lagi dari Rayhan.

Jalan yuk.

Begitulah isi pesan dari Rayhan, Nara kembali dibuat batuk saat membaca pesan dari Rayhan.

"Wah, ga bisa ini ga bisa. Ini anak kayanya punya bibit-bibit buat jadi buaya. Gue ga boleh kepancing nih." Nara menggelengkan kepalanya.

Ra, gimana? Mau kan jalan sama gue?