" Tik...tok...tik...tok." Suara jam berbunyi aku bahkan tidak menyadari waktu telah terlewat begitu cepat. Aku menatap isi surat yang diberikan oleh Scoat beberapa bulan yang lalu.
Tadi malam aku menerima pesan darinya, bahwa besok adalah hari dimana aku harus membuat keputusan tentang perjanjian tersebut. Aku melihat jam menunjukan pukul lima sore kami berjanji disebuah restauran jam tujuh malam.
Masih ada dua jam lagi untuk bertemu dengan dirinya. Aku masih bingung jawaban apa yang harus aku lakukan. " Bagaimana ini.... " Kataku pelan.
" Apanya yang bagaimana ? " tanya Emery. Aku langsung menyembunyikan kertas perjanjian tersebut dari Emery akan repot jadinya nanti bila dia tau.
" Ba-bagaimana apanya. " tanyaku kepadanya.
" Tadi kau bilang bagaimana, memangnya ada masalah ? "
" Ti-tidak ada masalah apa apa kok. " jawab ku cepat.
" Apa yang kau lakukan disini Emery ? " aku mencoba mengganti topik pembicaraan. " Aku disini membawa daftar pegawai hotel yang baru saja kita terima.
Aku melihat daftar nama tersebut, aku melihatnya dengan seksama sampai aku melihat nama yang tidak asing bagiku yaitu Daniel. Mungkin kebetulan saja orang tersebut bernama Daniel.
" Hei, kenapa kau melamun begitu ? " tanya Emery. " Tidak ada, aku akan memeriksa daftar ini nanti lagi kau boleh pergi sekarang. "
" Ok, aku pergi dulu sampai jumpa besok. " Aku lalu mengambil tas dan kunci mobil untuk pergi menemui Scout. Ini membuatku pusing.
Beberapa menit aku menyusuri kota paris yang katanya orang adalah kota penuh kisah romantis. Hah mereka tidak tau saja realitanya seperti apa.
Akhirnya aku tiba juga direstauran tersebut. Saat aku masuk aku belum melihat Scout dimanapun yah sepertinya aku harus menunggu sebentar lagi. Lima menit kemudian dia akhirnya muncul juga.
Dia memakai setelan jas casuel meskipun masih terlihat sedikit formal bagiku. " Maaf aku terlambat tadi ada rapat sebentar. "
" Tidak masalah aku juga baru datang. " Dia langsung duduk tepat dihadapanku.
" Langsung saja kita pada intinya, apa jawaban mu tentang kontrak kita ? " tanya Scout langsung tanpa basa basi kepadaku.
" Aku terima kontrak tersebut tapi aku ingin menambah satu syarat lagi apa kau keberatan ? " tanyaku padanya dan dia mengangkat sebelah alisnya. " Apa itu ? "
" Aku mau kita memiliki rumah sendiri dan tidak tinggal dikeluargamu atau pun keluargaku dan kau juga harus bicara kepada orang tuaku dan juga orang tuamu. Dan juga aku mau kau mengijinkanku untuk tetap bekerja hanya itu saja. "
" Baik aku terima syaratmu itu apa hanya itu saja. " Aku hanya menggelengkan kepalaku tanda tidak ada lagi. " Lalu bagaimana dengan anak. "
" Aku memilih tidak memiliki anak. " jawabku kepadanya dan dia hanya diam mendengarkan perkataanku. " Ok, kita akhiri ini besok jam sembilan aku akan datang kerumahmu dan akan membawamu pergi. "
" Pergi ? kita memang mau kemana ? " tanyaku penasaran kepadanya.
" Untuk memilih pakaian pernikahan kita, apa kau tak tau tentang itu ? " jawabnya. " Aku tidak tau sama sekali bukankah pernikahan kita akan di adakan tahun depan. "
" Sepertinya orang tuamu tidak memberitahumu, pernikahan kita dipercepat dan akhir tahun kita akan menikah, itu sebabnya kemarin malam aku memintamu untuk segera membuat keputusan. " jelas Scout dengan nada santainya.
Bagaikan disambar petir aku mendengarnya dari Scout. Ini pasti ulah Mama dia pasti yang meminta untuk mempercepat pernikahan ini. Setelah itu aku dan Scout pergi dari restauran tersebut, Scout menawariku untuk pulang bersama dirinya tapi aku menolaknya dengan alasan aku membawa mobil sendiri.
Didalam mobil melamun memikirkan kata kata Scout sampai tidak sadar aku menabrak sesorang. Aku begitu panik saat tau aku menabrak sesorang, aku keluar dari mobil dan melihat orang yang tadi aku tabrak.
Begitu terkejutnya aku ternyata orang yang tadi aku tabrak adalah Daniel aku lalu membawanya kedalam mobil dan langsung pergi kerumah sakit untuk merawatnya.
Sesampainya dirumah sakit aku langsung meminta tolong kepada suster untuk membawa Daniel. Aku menunggu Daniel sekitar dua jam dan akhirnya aku diperbolehkan masuk kedalam ruangan tersebut.
Aku melihat Daniel dengan tangan dan kaki nya diperban. Daniel melihatku lalu ia tersenyum kepadaku.
" Maaf Daniel tadi aku melamun saat berkendara jadi aku tak fokus dan akhirnya aku menabrak dirimu. "
" Hei santai saja selama kau bertanggung jawab itu tak jadi soal. " jawab Daniel dengan nada santai meskipun aku tau dia menahan rasa sakit.
Aku berbicara dengan Daniel sampai aku lupa akan waktu. Aku melihat jam sudah menunjukan pukul dua belas malam aku harus segara kembali kerumah.
Aku berkata kepada Daniel kalau aku akan pulang, Dia menunjukan raut sedikit sedih.
Tapi berkata kepadanya kalau kapan kapan aku akan menjenguk dirinya lagi dan dia langsung menunjukan raut wajah senang.
Aku sampai rumah sekitar jam satu malam. Aku langsung menju kamarku untuk tidur.
Pagi akhirnya tiba dan aku merasa kalau badanku digoyang goyang oleh seseorang. Aki terbangun dari tidurku dan melihat Emery ada disampingku.
" Emery kenapa kau ada didalam kamarku. " tanyaku kepada Emery sambil aku bangun dan menucek kedua mataku.
" Cepat bersiap siap ada tamu penting yang akan datang. " jelas Emery kepadaku. " Memangnya siapa pagi pagi begini bertamu hah. " tanyaku kepada Emery dengan nada tidak lesu.
" Anak dari keluarga person datang kemari. " Aku terkejut mendengar Scout datang kemari, aku melihat jam baru menunjukan pukul tujuh bukankah kami janjian pukul sembilan.
Emery lalu menyeretku untuk segera bersiap siap untuk menemui Scout. Setelah bersiap siap akhirnya aku keluar dari kamar dan berjalan untuk menemui dirinya.
Rupanya dirinya sedang berbicara dengan Ayah dan Ibu diruang tamu. Aku lalu duduk disebelah Ibu. " Sebelumnya maaf kalau aku datang sepagi ini ketempat anda tuan Grey, karena ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan anda. "
" Tak usah seformal itu kepadaku, anggaplah kita sudah menjadi keluarga. "
" Terima kasih akan hal tersebut kalau begitu langsung saja. Aku kesini untuk menawari nona Jessy untuk tinggal bersama diriku dirumah kami sendiri, tidak dirumah keluargaku atau dirumah keluarganya kami ingin hidup mandiri tanpa ada campur tangan dari kedua belah pihak dalam urusan rumah tangga kami. "
" Rupanya kau sudah memiliki rencana sendiri ya, aku kagum padamu Scout aku yakin Jessy tidak akan menolak tawaran tersebut. " kata Ayahku dengan senangnya.
" Aku senang bila anda setuju tapi belum tentu Jessy setuju aku melihat Jessy sangat menyayangi orang tuanya. Jadi aku kira dia akan merasa kesepian saat kami menikah nanti. " Setelah berkata demikian Scout memandangiku untuk mendengar jawabanku.
Aku melihat Ibu memberi tanda untuk setuju dengan saran yang diberikan oleh Scout tadi.
" Tentu aku setuju. " jawabku tanpa panjang lebar dan itu disambut tawa oleh Ayah dan Ibuku.
" Kalau begitu bolehkah aku membawa Jessy untuk melihat gaun pengantinya. " tanya Scout pada Ayahku dan tentu saja dia setuju dengan hal itu.
Bersambung