webnovel

Queen mafia

Sosok wanita yang di segani dan di takuti beberapa Gangster di dunia. Orang nomer satu dalam dunia gelap dan juga pembisnis sukses nomer satu di dunia. Ivana harus melewati beberapa rintangan meski dirinya kini sudah menjadi Sosok yang di segani dan juga di takuti di dunia. Akankah Ivana bisa melewatinya?. Dan sosok Marvel Alexsander yang mempunyai kedudukan sama dengan Ivana. Dirinya juga di sebut sebagai King Mafia. Akankah kedua bertemu? Akankah Mereka berdua bisa bersama atau menjadi musuh. Volume 02 Distrik namja. Kedua gangster terkuat di dunia sedang memecah kasus Tentang Distrik namja. Sebuah Desa yang dulunya makmur dan kaya akan minyak tiba-tiba meledak dan membuat Desa itu hangus dan menewaskan para penduduk desa. Termasuk keluarga Ivana dan Marvel. Akanakah mereka berdua tau siapa yang mengakibatkan ledakan yang membuat keluarga mereka tewas?. Volume 03 Reainkarnasi Di jaman dulu ada hidu sepasang suami istri yang di kenal sebagai pembunuh pada masa kerajaan itu. Mereka berdua juga mendapatkan jabatan sebagai penjaga kerajaan untuk menangani permasalahan peperangan yang terjadi, pada suatu hari. Mereka berdua. Ralat, Sang isteri mendapatkan sebuah kutukan yang di kutuk oleh seorang wanita yang tengah hamil.

ema_helma · Urban
Zu wenig Bewertungen
210 Chs

Bab 67

Ivana menyuruh mereka untuk pergi dan makan di rumah mereka masing-masing. Ia mengusir mereka yang menyisakan sampah bekas makan. Ivana menggerutu kesal sambil mengambil sampah itu.

"Aghhh!! Bisa-bisanya mereka pulang tanpa membersihkan ini semua!". Gerutu Ivana.

Sedangkan Celina tertawa melihat Ivana menggerutu seperti itu ." Kau sendiri yang menyuruh mereka pulang sayang". Ucap Celina sambil menyiapkan makan siang untuk mereka.

"Aghhh!!!". Teriak Ivana frustasi.

"Dady pulangg". Ucap Rakhan yang terlihat lemas akibat pulang bekerja. Ia lalu menyatukan pantat-Nya dengan sofa dan menghela nafas panjang.

Rakhan lalu melihat wajah Ivana yang kini kurang baik di pandang. Dan telinganya harus menghindari umpatan sang anak. Ivana kini memasang raut wajah kesal sambil menggertu tidak jelas sambil membersihkan sampah di bantu bibi.

"Aduhh. Kenapa lagi itu anak?!". Tanya Rakhan yang dapat di dengar celina.

"Biasaa". Jawab Celina singkat tapi bisa di mengerti Rakhan.

Ivana tidak memperdulikan sang dady yang kini berada di belakang-Nya. Kini dengan berjalan dengan penuh penekanan menuju kamar.

"Anak itu. Aku tidak menyangka bahwa dia mafia. Tapi, berprilaku seperti itu". Gumam Rakhan.

Sedangkan di kamar. Ada Avina yang kini tengah bersantai sambil menggunakan aerphone. Ia mendengarkan lagu yang bisa membuatnya tenang.

Ia mendengarkan lagu Fire yang dinyanyikan oleh boyband kesukaannya yaitu BTS.

Brakkk

Ivana membuka pintu kamar dengan kencang dan membuat avina terkejut.

"Kamjagyaa!! Yakk!". Teriak Avina terkejut sambil memegangi dada-Nya yang kini berdetak sangat kencang.

"Aghhhhh!! Aku ingin marah sekarang". Teriak Ivana.

"Kau kenapa hah!! Datang-datang lalu mengamuk seperti ini". Tanya Avina di abaikan Ivana.

"Menyebalkan!!". Teriak-Nya lagi.

Avina lalu menggidikan bahunya acuh dan melanjutkan aktifitasnya tadi. "Hmmm. Pasti dia sedang datang tamu". Gumam Avina lalu memejamkan mata-Nya.

Sejak tadi Ivana terus saja menggerutu. Dan untung saja Avina memakai Aerphone di telinga-Nya dan tidak mendengar apapun yang di katakan Ivana.

Dan dengan tiba-tiba. Alvian datang dan berteriak." Diamm!!! Astagaa! Sejak tadi aku sudah membiarkan kau berteriak seperti orang kerasukan! Tapi sekarang tidak lagi!". Ucap Alvian.

"Kenapa? Hah?! Kenapaa!!". Tanya Ivana menghampiri Alvian dan menatapnya tajam.

"Tolonglah diam! Kau ini sebenarnya kenapa sih?! Apa ada makluk halus yang masuk ketubuhmu? Kenapa kau selalu berteriak !!". Teriak Alvian kesal.

"Pergi atau kau ku buat gepeng!!." Ancam Ivana tidak di gubris apapun Alvian.

Alvian nampak kesal lalu melemparkan bantal kecil yang berada di atas meja ke Ivana. Tapi hasilnya meleset. Bantal itu mengenai wajah Avina yang tengah bersantai.

"Yaaakk!! Aghh!! Kauu!!". Teriak Avina sambil menunjuk ke arah Alvian.

Alvian lalu pergi ke kamarnya dan menutup rapat-rapat pintu kamarnya. Sedangkan Avina kini tengah mengatur nafas-Nya.l "tenang Na Tenang. Dia akan ku beri pelajaran nanti". Ucap Avina menenangkan dirinya sendiri lalu menatap intens Ivana tiba-tiba.

"Apaa?!! Hah! Apa!!". Tanya Ivana kesal.

"Tidak apa-apa". Jawab Avina lalu tersenyum.

-

-

-

Skip

Kini mereka semua berada di meja makan. Terlihat Avina yang kini menatap sinis ke arah Alvian. Sedangkan yang ditatap hanya biasa-biasa saja.

Ivana yang kini berada di hadapan Alvian mengukir senyum smrik dan membuat Alvian curiga. "Apa mereka membuat rencana untuk menghukumku?". Batin Alvian merasakan perasaan buruk tentang ini.

"Momy masak apa?". Tanya Monica yang tiba-tiba datang dan duduk di kursi.

"Nasi goreng sama sayur sup. Ahh. Momy juga buat salad buah sayang".

"Ahh. Aku mau nasi goreng". Ucap Monica lalu mengalihkan matanya melihat sang kakaknya saling berpandangan.

Ia sudah biasa melihat pertengkaran sengit antara mereka bertiga dan memilih untuk makan saja.

Rakhan yang menyadari ada perkelahian sengit ia mencoba mencairkan suasana. "Ya! Kalian bertiga!". Teriak Rakhan membuat mereka terkejut.

"Makanlah!".

Mereka semua makan dengan baik. Meski, ketiga persaudara ini tengah tidak membuka suaranya sekalipun. Mereka hanya makan dan saling memandang satu sama lain.

Kini mereka sudah menyelesaikan makan-Nya dan memakan makanan penutup yaitu salad buah yang sudah di siapkan sang momy.

"Yaa! Kau tau kan apa yang salah?". Ucap Avina membuka suaranya sambil menatap Alvian.

"Aku tau. Makanya kita harus memberinya pelajaran ka". Jawab Ivana membuat Alvian berkeringat.

Celina dan Rakhan mengerti keadaan dan berusaha tidak ikut campur dengan masalah mereka. Ia lebih memberi semangat untuk Alvian untuk bersiap-siap. Entah apa yang akan terjadi dengannya.

"Semangat!". Ucap Rakhan lalu beranjak pergi ke kamar-Nya.

-

-

-

-

-

-

Skip

Di pagi hari. Dikediaman Leoanrd. Alvian kini tengah demam tinggi. Dan membuat yang lainnya khawatir dengan keadaa-Nya .

"Entah apa yang dilakukan mereka berdua". Gumam Celina melihat Alvian tengah demam.

"Apa yang mereka lakukan? Kenapa kau jadi sampai seperti ini?". Tanya Rakhan penasaran.

Alvian tidak menjawab Apapun. Ia terlalu malas berbicara sekarang. Sedangkan disisi lain. Kedua kakak beradik itu sedang tertawa mengingat kejadian kemarin malam mengerjai sang adik.

Mereka membuat Alvian demam dengan hanya meletakan ular peliharaan Ivana ke tempat tidur Alvian. Ular itu tidak berbahaya tapi. Alvian mempunyai ketakutan dengan hewan bertubuh panjang itu sejak kecil.

"Apa kita terlalu kejam?". Tanya Avina tiba-tiba merasa bersalah.

"Mungkin terlihat kejam. Tapi itu untuk memberi pelajaran kepada-Nya".

"Tapi meski diberi pelajaran. Aku yakin dia tidak akan menyesal. Mau tau kan manusia sepertinya".

"Baiklah. Aku akan memberinya hadiah untuk mempermudah penyembuhannya". Ucap Ivana.

"Hmmm. Kau benar. Kita harus memberinya hadiah biar sembuh lagi".

Kini Mereka berdua memasuki kamar Alvian dengan membawa hadiah. Alvian nampak kesal saat melihat kedua manusia yang membuat-Nya menjadi seperti ini.

"Ngapain kalian kesini?". Tanya Alvian dingin.

Avina dan Ivana lalu menatap satu sama lain lalu mendekati Alvian dan duduk di ranjang Alvian." Ahh adikku. Maafkan kami ya. Ini hadiah sebagai gantinya". Ucap Ivana lalu memberikan hadiah itu ke Alvian.

"Begitukah cara membujuk orang sakit? Aku seperti tidak ada harga dirinya. Kalian membuatku seperti ini dan memberi hadiah untuk kesembuhanku. Aku tidak menerimaa-Nya!!". Ucap Alvian masih membelakangi sang kakak.

"Kau tidak akan menyesal bukan?". Tawar Avina lalu duduk di samping ranjang.

Alvian tampak menimbang tawaran mereka. "Tenang alvian! Kau harus kuat menghadapi cobaan ini". Batinnya berkata.

Sedangkan kedua kakaknya ini nampak menampilkan senyuman smrik." Aku membawakan satu kunci mobil yang sangat kau inginkan. Ahh ya sudah lah. Kau menolaknya". Ucap Avina lalu ingin pergi.

Alvian yang mendengar itu sontak bangun dan menampikan wajah pucat di buat-buat. "Kemarilah". Ucap lesu Alvian.

Sedangkan Avina kembali kembali duduk memasang ekspresi menyesal ."hmm ya adikku".

"Aku terima permintaan maaf kalian. Jadi, berikan kunci itu". Gumam Alvian hampir tidak terdengar suaranya.