webnovel

Pria Dingin

" Maaf ya Na. " " Untuk apa? " " Maaf atas bang Gibran yang selalu bersikap dingin kepadamu." " Senang bisa mengenalmu, tak apa kan jika kita bersahabat ? " " Justru aku lebih senang jika kau mau bersahabat denganku." " Memangnya apa yang membuatmu penasaran ? " " Tentang sikapnya bang Gibran yang bersikap dingin. " " Memangnya ada apa ? " " Kenapa kau terlihat bingung begitu ? " " Astaga kenapa aku jadi gugup begini ? " " Ekhem! " " Sejak kapan aku membohongi sahabatku? " " Will you be my first love and my last? " " Apa yang sudah terjadi kepadamu? " " Kalian bicara tentang apa? " " Kenapa? Apa ada yang salah denganku? " " Kau tenang Anna disini ada kita, kita siap melindungi mu dari jangkauan pria seperti dia. " " Kurasa tidak perlu karena semuanya sudah jelas. " " Kamu salah faham Na, aku mohon kepadamu tolong kali ini dengarkan aku. " " Ingat Anna kau harus memberitahu kita jika terjadi apa-apa dengan mu. " " Dengar baik baik pukulan mu tidak ada apa-apa nya bagiku. " " Cukup! Aku menyerah! " " Kau berhutang cerita denganku Bilqis. " " Kenapa kau terlihat sangat gelisah? " " Siapa? " " Awww... Shh.. Pelan pelan dong Na. " " AKU TIDAK SEDANG BERCANDA BILQIS! " " Gibran apa kau sudah berhasil menemukan Anna? " " Maaf mah, pah, aku sama sekali tidak menemukan nya. " " Ayolah Gibran, satu kali saja turuti aku. " " Mah, Pah.. Aku sangat merindukan kalian... " " Pah bagaimana jika kita menjodohkan mereka? " " Tidak perlu mah biarkan anak kita yang mengungkapkan perasaannya sendiri. " COMING SOON 15 November 2020

Taeyoonna_Kim · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
49 Chs

Problem Pt.2

"Anna kenapa wajahmu terlihat murung? Apa kau tak menyukai keberadaan Evans disini?. " Tanya Rey curiga.

~New Chaps~

"Rey kau tak boleh berburuk sangka dahulu, aku yakin Anna senang kalau Evans sekolah disini. " Tutur Bilqis.

"Ya maaf, habisnya Anna kelihatan murung begitu seperti tidak menyukai Evans. " Ujar Rey.

"Iya, tidak masalah kok Rey. " Sahut Anna sambil tersenyum paksa.

"Oh iya, kalian mau kemana?. " Beo Evans penasaran.

"Mau ke kantin. " Jawab Bilqis.

"Bolehkah kita ikut kalian? " Tanya Evans sok basa-basi.

"Oke." Jawab Bilqis singkat.

"Kok Bilqis bolehin dia ikut sih, aku kan jadi makin takut. " Ujar Anna dalam hati.

"Ini baru permulaan Anna. " Bathin Evans sambil tersenyum menyeringai.

~Kantin~

Sesampainya dikantin, mereka tak sengaja bertemu dengan kedua senior waktu tempo hari.

"Hy kak. " Sapa Anna dan Bilqis berbarengan.

"Hy juga. " Sahut Tiara mewakili.

"Kita ketemu lagi nih. " Ujar Becca sambil tersenyum tipis.

"Hehe iya. " Jawab Bilqis cengengesan.

"Berhubung sekarang kita bertemu, kita gabung aja yuk, gimana? Kalian tidak keberatan kan?. " Usul Tiara.

"Setuju banget. " Sahut Bilqis mewakili.

Tanpa berfikir panjang mereka duduk dimeja yang masih kosong, setelah itu segera memesan makanan.

"Kalian mau pesan apa? " Tanya Bilqis.

"Biasa." Sahut Tiara mewakili.

"Kalau aku samakan saja dengan kalian. " Ujar Evans.

"Aku juga. " Timpal Rey.

"Ibu nasi goreng dan Orange Juice masing-masing 6." Ucap Bilqis setengah teriak.

"Oke." Jawab Ibu Kantin singkat.

Sambil menunggu pesanan datang mereka berbincang-bincang kecuali gadis mungil itu, ia hanya melamun sambil berkata dalam hati.

"Ya Tuhan darimana dia tahu bahwa aku sekolah disini padahal kan tidak ada yang mengetahuinya kecuali kedua orang tuaku. " Ucap Anna dalam hati.

"Anna kau kenapa dari tadi diam saja? " Tegur Bilqis.

"Aku tidak apa-apa kok. " Sahut Anna sambil tersenyum tipis.

"Yakin? " Tanya Tiara ragu.

"Iya kak. " Jawab Anna singkat.

"Ini kesempatanku agar Anna dianggap salah oleh teman-temannya sendiri. " Ujar Evans dalam hati. "Na, kamu pasti sebenarnya tidak suka ya dengan keberadaanku disini? " Tanya Evans dengan memasang wajah pura-pura sedih.

"Anna kamu jangan begitu dong, bagaimanapun Evans juga teman kamu. " Celetuk Rey.

"Na, apa benar yang diucapkan oleh Evans? " Tanya Becca tidak percaya.

"Itu tidak benar kak, aku senang kok Evans ada disini. " Sahut Anna.

"Sudahlah Na, lebih baik kamu jujur saja, tidak masalah. " Ujar Evans.

"Kuatkan hatiku ya Tuhan, aku tahu Vans kamu pasti sengaja bilang seperti itu dihadapan sahabat dan kak senior. " Bathin Anna sendu.

"Anna tidak mungkin begitu, kalau masalah diam saja, itu pasti dia tidak ingin banyak bicara. Benar kan Na? " Cecar Bilqis.

"Iya Bil. " Jawab Anna sambil tersenyum lega.

"Sial! Si Bilqis pake segala membela Anna, membuat rencanaku gagal. " Umpat Evans dalam hati.

Tak lama kemudian makanan yang mereka pesan pun datang.

"Ini pesanannya neng. " Ujar Ibu Kantin.

"Makasih bu. " Sahut Becca mewakili.

Kemudian mereka segera menyantap makanannya berbeda dengan gadis mungil itu, dia hanya meneguk minumannya saja. Entah apa sebabnya tiba-tiba gadis berjuluk chipmunk itu merasakan sesuatu yang tidak beres dengan pria berkulit tan itu.

"Kenapa ya firasat ku mengatakan bahwa Evans sedang merencanakan sesuatu kepada Anna, duh aku jadi khawatir sama dia. " Ucap Bilqis dalam hati.

"Iya Bil, aku juga merasakan firasat buruk. " Sahut Tiara menimpali seolah-olah dia mendengar suara hatinya Bilqis.

"Firasat? Maksudnya apa Ra? " Tanya Becca tidak faham.

"Iya nih kok tiba-tiba bicara tentang firasat? " Beo Rey heran.

"Bukan apa-apa kok, lupakan saja. " Ujar Tiara.

"Tidak jelas banget sih. " Umpat Rey dalam hati.

Sedangkan pria berkulit tan itu sudah misuh-misuh karena orang-orang terdekat dengan gadis mungil itu menaruh curiga kepada dirinya.

"Aduh gawat nih Bilqis dan Tiara sudah mulai mencurigai ku, kalau begitu aku harus lebih berhati-hati lagi dan jangan sampai rencanaku gagal. " Ucap Evans dalam hati.

Dilain sisi ketiga pria tampan sedang menyantap makanannya, namun tiba-tiba salah satu dari mereka memikirkan Anna.

"Sebenarnya Evans tuh siapa? Kenapa kedatangannya membuat Anna murung? " Tanya John dalam hati, ya karena waktu pagi pria berlesung pipi itu memperhatikan perubahan sikap sepupunya.

"John, kenapa makanannya tidak dihabiskan?. " Tanya Gibran datar.

"Iya nih, kenapa sih?. " Timpal Adnan.

"Kenyang bang. " Sahut John seadanya.

Pria berkulit putih pucat itu hanya menganggukkan kepalanya saja pertanda mengerti.

"Maaf bang sebenarnya aku sedang memikirkan Anna, kalau aku jawab jujur nanti dikiranya berlebihan. " Ucap John dalam hati.

Kringggg

Tak lama kemudian waktu pulang pun tiba seperti biasanya gadis mungil itu dan John menunggu kedatangan pria berkulit putih pucat di parkiran, gadis itu terlihat lemas dan murung tentu saja hal ini mengundang perhatian John.

"Na, kamu kenapa lemas begitu?. " Tanya John khawatir.

"Aku tidak apa-apa kok bang, mungkin hanya lelah. " Sahut gadis itu beralibi.

"Serius hanya kelelahan? Tidak ada masalah dengan anak baru itu kan?. " Tanya John penuh selidik.

"Serius bang. " Jawab Anna singkat. "Maaf bang lagi dan lagi aku harus membohongimu. " Sambungnya dalam hati.

Baru saja Anna bicara seperti itu tiba-tiba pria berkulit putih pucat datang lalu menimpali dengan wajah andalannya.

"Kalau lelah ya tinggal istirahat saja, apa susahnya sih?. " Ujar Gibran datar.

"Iya bang, nanti kalau sudah sampai di rumah aku akan segera istirahat." Sahut Anna sambil tersenyum tipis.

"Yaudah ayo kita pulang. " Ajak Gibran.

"Iya bang. " Jawab John mewakili.

Lalu pria berkulit putih pucat itu segera menancapkan gasnya, setelah itu meninggalkan area parkiran SMA 8 JAKARTA yang luas.

Selama perjalanan pulang tak ada yang membuka suara, semuanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Pradipta Mansion

Lamborghini Aventador masuk kedalam pekarangan megah milik keluarga Pradipta, tak lama setelah itu keluar tiga makhluk berbeda jenis kelamin dengan seragam lengkap yang masih melekat ditubuh mereka dan segera masuk kedalam rumah tersebut.

"Mah kita pulang. " Teriak John kekanakan.

"Hmmm kau ini kebiasaan banget teriak begitu. " Omel Mamah Maria.

Yang di omelin hanya cengengesan saja.

"Mah aku masuk ke kamar dulu ya. " Pamit Gibran.

"Iya." Sahut Mamah Maria singkat.

Tanpa berpikir panjang pria berkulit putih pucat itu segera beranjak ke kamarnya. Mamah Maria mengerutkan keningnya ketika mendapati wajah gadis mungil itu yang masih terlihat lemas dan murung.

"Na, kamu kenapa?. " Tanya mamah Maria.

"Aku tidak apa-apa kok mah, hanya lelah. " Sahut Anna sambil tersenyum tipis.

"Kalau kamu lelah sebaiknya istirahat. " Ujar mamah Maria.

"Iya mah, ini juga mau istirahat. " Jawab Anna. "Yaudah mah aku kekamar dulu ya. " Sambungnya.

Mamah Maria hanya menganggukkan kepalanya saja.

Kemudian gadis mungil itu segera masuk ke kamarnya, sementara itu John mengadu kepada mamah Maria tentang pria berkulit putih pucat itu yang masih bersikap dingin kepada sepupunya.

"Mah, bang Gibran masih saja bersikap dingin kepada Anna, tolong mamah memberinya nasehat supaya dia mau berubah. " Celetuk John.

"Masa sih Gibran belum berubah?. " Tanya mamah Maria dalam hati.

"Mamah kenapa diam saja? " Tanya John kesal.

"Kamu jangan khawatir nanti mamah akan memberikan nasehat untuk kakakmu. " Sahut mamah Maria sambil tersenyum tipis.

"Makasih banyak mah. " Ucap John dengan dimple smile nya. "Yaudah kalau gitu, aku masuk kekamar dulu ya mah. " Sambungnya.

"Iya." Jawab mamah Maria singkat.

Usai pria berlesung pipi itu pergi menuju kamarnya, mamah Maria segera beranjak menuju kamar milik putra sulungnya.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk saja, pintunya tidak dikunci. " Terdengar suara pria berkulit putih pucat itu menyahut didalam sana.

Kriett

Wanita paruh baya itu segera membuka pintunya, ia melihat reaksi dari putranya yang terperanjat, namun setelahnya dia segera mempersilahkan mamah Maria duduk disofanya.

"Ada perlu apa mah?. " Tanya Gibran ketika baru saja mendaratkan bokongnya disofa miliknya disamping sang mamah.