webnovel

Pria Dingin

" Maaf ya Na. " " Untuk apa? " " Maaf atas bang Gibran yang selalu bersikap dingin kepadamu." " Senang bisa mengenalmu, tak apa kan jika kita bersahabat ? " " Justru aku lebih senang jika kau mau bersahabat denganku." " Memangnya apa yang membuatmu penasaran ? " " Tentang sikapnya bang Gibran yang bersikap dingin. " " Memangnya ada apa ? " " Kenapa kau terlihat bingung begitu ? " " Astaga kenapa aku jadi gugup begini ? " " Ekhem! " " Sejak kapan aku membohongi sahabatku? " " Will you be my first love and my last? " " Apa yang sudah terjadi kepadamu? " " Kalian bicara tentang apa? " " Kenapa? Apa ada yang salah denganku? " " Kau tenang Anna disini ada kita, kita siap melindungi mu dari jangkauan pria seperti dia. " " Kurasa tidak perlu karena semuanya sudah jelas. " " Kamu salah faham Na, aku mohon kepadamu tolong kali ini dengarkan aku. " " Ingat Anna kau harus memberitahu kita jika terjadi apa-apa dengan mu. " " Dengar baik baik pukulan mu tidak ada apa-apa nya bagiku. " " Cukup! Aku menyerah! " " Kau berhutang cerita denganku Bilqis. " " Kenapa kau terlihat sangat gelisah? " " Siapa? " " Awww... Shh.. Pelan pelan dong Na. " " AKU TIDAK SEDANG BERCANDA BILQIS! " " Gibran apa kau sudah berhasil menemukan Anna? " " Maaf mah, pah, aku sama sekali tidak menemukan nya. " " Ayolah Gibran, satu kali saja turuti aku. " " Mah, Pah.. Aku sangat merindukan kalian... " " Pah bagaimana jika kita menjodohkan mereka? " " Tidak perlu mah biarkan anak kita yang mengungkapkan perasaannya sendiri. " COMING SOON 15 November 2020

Taeyoonna_Kim · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
49 Chs

Amnesia

"sepertinya hanya itu saja dulu, tapi jika ada perkembangan dan sebagainya, tolong segera sampaikan kepadaku, " Ujar pria berdimple itu sambil tersenyum tipis.

"oke, " Jawab Rama singkat.

~New Chaps~

Happy Reading 📖 💜

2 𝘉𝘶𝘭𝘢𝘯 𝘒𝘦𝘮𝘶𝘥𝘪𝘢𝘯....

Sudah genap 2 bulan gadis mungil itu belum terbangun dari komanya, tentu saja hal ini sangat berpengaruh pada orang-orang terdekatnya salah satunya adalah Gibran, dia kembali bersikap dingin bahkan lebih parah dari sebelumnya. Pria berkulit putih pucat itu sudah tidak peduli dengan misi besarnya, menurutnya semua itu hanya akan membuang waktunya saja.

Malam ini adalah gilirannya untuk menjaga pujaan hatinya, dia menggenggam jemari kecilnya Anna dengan posesif sambil menciumi punggung tangannya, sorot matanya terlihat kosong seperti tak ada nyawanya.

"Na, kapan kau bangun sayang? Aku sangat merindukanmu, kau tega telah membuatku terluka seperti ini, aku tidak bisa tidur dengan nyenyak semenjak kau terbaring lemah disini, kumohon bangunlah, " Ucapnya lirih.

𝘛𝘦𝘴

Air matanya tiba-tiba jatuh dari pelupuk manik kelamnya, membasahi sebuah tangan yang berada di genggamannya. Namun tak lama kemudian dia merasakan sebuah jemari bergerak kecil, pria berkulit putih pucat itu terus memperhatikan gerakan-gerakan kecil disertai suara gumaman yang terdengar purau.

"mah, pah, "

Senyumnya yang telah lama menghilang kini muncul kembali, sedangkan gadis mungil itu terlihat seperti orang yang kebingungan apalagi melihat sosok pria yang tak dikenalnya dia menjadi merasa takut.

"mah, pah, kalian dimana? " Tanya gadis mungil itu dengan suara bergetar.

"Na, kamu yang tenang oke? Om dan tante sudah pulang karena sekarang giliranku untuk menjagamu, " Jelas Gibran gelagapan.

"menjagaku? Memangnya kau siapa? " Beo Anna waspada.

"hahhaha Anna kau sedang bercanda ya? Aku bang Gibran pria yang selama ini mencintaimu" Tanya pria berkulit putih pucat itu sambil tertawa pecah.

"Aku serius tidak mengenalmu sama sekali," Sahut gadis mungil itu apa adanya.

𝘋𝘦𝘨!

Jantungnya terasa berhenti berdetak kala mendengar ucapan bahkan menatap tak percaya gadis mungil itu, dia mendadak jadi orang linglung. Kenapa Anna tidak mengenalnya? Apakah dia hanya ingin mengerjai nya saja? Dan apakah, apakah yang lainnya, lalu dia memutuskan memanggil dokter untuk memastikan keadaan pujaan hatinya selain itu pria berkulit putih pucat itu menghubungi keluarga besar Pradipta karena bagaimanapun juga mereka harus mengetahuinya.

Tak lama kemudian seorang pria dewasa lengkap dengan berbalut blazer putih memasuki ruangan tersebut sambil tersenyum tipis.

"dok, bagaimana bisa dia tidak mengenaliku? " Keluh Gibran cemas.

"biarkan saya periksa kondisi pasien terlebih dahulu, " Ucap Dr. Ryan.

Dokter muda itu segera memeriksa keadaan gadis mungil dengan stetoskop nya, dahinya terlihat mengkerut ketika memegang kening pasiennya dengan alat tersebut.

Setelah selesai pria dewasa itu menghela nafasnya kasar, entah karena apa hatinya Gibran merasa cemas.

"bagaimana keadaannya dok? Dia baik-baik saja kan? " Tanya pria berkulit putih pucat itu penasaran.

"keadaannya sudah membaik..." Sahut Dokter Ryan sambil menjeda ucapannya.

Pria berkulit putih pucat itu hampir saja ingin memeluk Anna dengan erat, namun ketika dia mendengar penjelasan dari dokter muda tersebut, waktu terasa seperti berhenti seketika.

"namun sayang sekali, pasien mengalami amnesia karena benturan di otaknya sangat keras, " Jelas Dokter Ryan, "saya harap anda atau orang-orang terdekatnya jangan terlalu memaksakan pasien untuk mengingat memorinya, karena itu akan semakin lama untuk sembuh dari derita yang dialaminya, " Sambungnya panjang lebar.

Sungguh Gibran terlihat seperti orang linglung, otaknya tak mampu mencerna setiap penjelasan dari dokter muda tersebut sedangkan Dokter Ryan sendiri hanya bisa menatapnya iba.

"baiklah kalau begitu saya permisi, " Pamit dokter Ryan, '𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩𝘢𝘯, 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘥𝘪𝘢 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘵𝘦𝘳𝘱𝘶𝘬𝘶𝘭, ' gumamnya.

Baru saja dokter muda itu keluar dari ruangan tersebut, selang 5 menit setelahnya keluarga besar Pradipta datang dengan wajah yang terlihat sumringah terutama kedua orang tuanya, mereka segera memeluk putri semata wayangnya. Namun setelah mendengar ucapan dari bibir cerry milik gadis mungil itu membuat mereka mengerutkan keningnya dengan raut wajah bertanya.

"Mah, pah, kenapa kalian meninggalkanku dengan laki-laki asing itu? " Tanya gadis mungil itu sambil mempoutkan bibirnya, tak lupa jari telunjuknya terarah lurus kepada Gibran.

"kamu bicara apa sih? Itu bang Gibran, masa kamu lupa sama kakak sepupumu sendiri? " Ujar mamah Fany sambil menjawil hidung putrinya.

"mamah~ aku serius tidak mengenalnya, " Anna merengek kesal.

"sayang, kamu kalau bercanda jangan kelewatan deh, " Celetuk papah Andre, karena kesal melihat putrinya berakting padahal amnesia.

"AKU SERIUS PAH! MAH! KENAPA KALIAN TIDAK MEMPERCAYAI KU?! " Gadis mungil itu berteriak dengan manik bambi yang sudah berkaca-kaca dan bahu bergetar hebat. "apa aku terlihat berbohong? " Sambungnya melirih.

Suara teriakan Anna mampu membuat pria berkulit putih pucat itu sadar dari lamunannya, namun dia hanya menatap sendu pujaan hatinya padahal sebelum gadis mungil itu siuman Gibran mempunyai niat untuk menjadi orang yang pertama memeluknya erat dan posesif.

"Cha, kau tenang saja aku mempercayaimu, tapi apakah kau masih mengenalku? " Ujar Arrian pelan.

"yakk bodoh, tentu saja aku ingat kepadamu, karena kau adik sepupuku paling ogeb, " Umpat gadis mungil itu kesal.

Pria berkulit tan itu meringis sendiri mendengar umpatan manis dari sepupunya sendiri, untung sayang.

"Om, tan, sepertinya ada yang salah dengan kondisinya Anna, " Ujar pria ber𝘥𝘪𝘮𝘱𝘭𝘦 itu mantap.

"benar, aku juga merasakan seperti itu Dre, " Sahut papah Yanuar menimpali.

"bukankah hari ini giliran Gibran? Mungkin saja dia mengetahui semuanya, " Tanya papah Andre dengan nada sedikit curiga.

"nak, apa kau mengetahui sesuatu? " Tanya mamah Maria penasaran.

"iya mah, Anna mengalami amnesia, mungkin dia pun tak mengenal keluarga kita, " Jelas pria berkulit putih pucat itu dengan tatapan kosong.

"kenapa dari tadi bang Gibran diam saja?" Tanya John dingin.

"Aku sangat shock waktu mendengar penjelasan dari dokter Ryan, " Sahut Gibran tak kalah dingin.

"sudahlah, semuanya sudah terjadi, " Ucap papah Andre dengan suara 𝘥𝘦𝘦𝘱nya.

"daripada berdebat, lebih baik kita membantu mengembalikan ingatannya saja, " Tutur mamah Fany bermaksud melerai ketiga pria berbeda umur tersebut.

Semuanya mengangguk setuju mendengar ucapan dari wanita paruh baya yang telah melahirkan Anna. Sedangkan gadis mungil itu sendiri menggulirkan manik bambinya seperti sedang mencari sesuatu sehingga mengundang perhatian mereka terutama Pradipta bersaudara.

"mah, pah, bang Rama dimana? " Tanya gadis mungil itu heran.

"sudah pulang, memangnya kenapa? " Sahut papah Andre sambil balik bertanya.

"kenapa dia tidak ikut menjenguk ku? Ishh punya kakak sepupu satu saja tidak ada pengertiannya sama sekali, " Celetuk Anna sambil mempoutkan bibirnya kesal.

Mereka dibuat tercengang tak percaya mendengar ucapan frontal dari bibir gadis mungil itu sendiri.

"kenapa kalian diam? Apakah ada yang salah denganku? " Tanya Anna heran.

"tentu saja salah, karena akulah kakak sepupumu yang sebenarnya, " Sahut pria 𝘣𝘦𝘳 𝘥𝘪𝘮𝘱𝘭𝘦 itu kesal.

"kkkk~ apa kau sedang bercanda John? " Tanya Anna sambil terkekeh geli.

"hey, ternyata kau masih mengenalku, " Ujar John sambil tersenyum bahagia.

"tentu saja, kau kekasihnya Bilqis bukan? " Jawab gadis mungil itu bermaksud menggoda tanpa mengetahui bahwa John merasa tertohok dengan ucapannya.

"bang Yanuar, maafkan putriku, karena tidak mengenal kalian sebagai saudaranya, " Ujar papah Andre sendu.

"tak apa Andre, kami memaklumi nya, karena bagaimanapun juga dia ponakanku satu-satunya, " Tutur papah Yanuar sambil tersenyum tipis.

"benar, selain itu kami tidak akan memaksanya untuk mengingatnya secepat mungkin, sebagai seorang ibu aku tidak ingin melihat Anna merasa tertekan, " Jelas mamah Maria panjang lebar.

"nah, sekarang kalian harus bisa menerima kenyataan ini, jangan sampai memaksa apalagi menekannya untuk mengembalikan memorinya, mengerti? " Sambungnya sambil menatap kedua putranya.

"iya mah, tapi kenapa harus bang Ram_" Pria berdimple itu merutuki dirinya atas ucapan laknatnya yang hampir saja keluar.

"sudahlah lupakan! " Dia meralatnya dengan cepat.

Semuanya tampak menerima kenyataan tersebut, namun pria berkulit putih pucat itu masih belum menerima sepenuhnya karena dia tidak terima bahwa hanya dirinyalah yang tidak dikenal oleh pujaan hatinya sendiri.

'''''

Keesokan harinya kedua Pradipta bersaudara itu berangkat dengan raut wajah yang sulit diartikan, John meringis sendiri ketika mengingat gadis mungil itu asal menebak statusnya sedangkan Gibran merasa tak adil karena gadis mungil itu benar-benar lupa semua tentang dirinya.

Mereka berjalan dengan pikirannya masing-masing tanpa ada yang berniat membuka suara sedikitpun, sesampainya dipersimpangan koridor kedua pria tampan itu berpisah karena letak kelasnya berbeda arah.

Kelas XI 𝘈

𝘛𝘢𝘱!

Pria ber 𝘥𝘪𝘮𝘱𝘭𝘦 itu berhenti sejenak diambang pintu, manik hazel nya mencari keberadaan seseorang yang merupakan sahabat dari pujaan hatinya tujuannya ingin menyampaikan kabar gembira sekaligus kabar buruk namun nihil sepertinya gadis berjuluk chipmunk itu belum berangkat.

"yakk John, jangan menghalangi pintu! "

Pria berdimple itu terjengit mendengar teriakan familiar diindera pendengarannya. Dia hanya pasrah ketika gadis berjuluk chipmunk itu mendorongnya dengan sedikit kasar, FYI Bilqis mengerahkan semua tenaganya untuk melakukan itu kepada sepupu sahabatnya, ya tahu sendirilah tenaga seorang wanita tidaklah seberapa.

"ck, kau kasar sekali, " Ujar John sambil berdecak sebal.

"jika tidak seperti itu, aku tak yakin kau langsung menyingkir, " Cerocos Bilqis kesal.

"hmm baiklah, perempuan memang selalu benar, " Sahutnya dengan nada menyindir. "awalnya aku ingin memberitahumu tentang keadaannya Anna, tapi ketika kau berlaku seperti itu sebaiknya tidak perlu, " Sambungnya santai.

"aisshh kau benar-benar menyebalkan! Masa hanya gara-gara masalah sepele kau merajuk seperti itu?! Dasar pria manja! " Umpat Bilqis.

"baperan banget sih, lagipula aku hanya bercanda, " Cibir John kesal.

"biarin! " Jawabnya ketus, "cepat katakan, bagaimana keadaannya? " Sambungnya tidak sabaran.

"sebenarnya ada kabar baik dan kabar buruk, " Ujar pria berdimple itu tenang.

"huh? " Sahutnya bingung.

"kabar baiknya adalah Anna sudah siuman dari semalam, lalu kabar buruknya yaitu_" John menggantungkan ucapannya sehingga membuat gadis dihadapannya sangat penasaran.

"kabar buruknya apa John? Kau jangan membuatku geregetan, " Tanya gadis berjuluk chipmunk itu kesal.

"kabar buruknya dia mengalami amnesia, " Sahut John sambil menundukkan kepalanya.

"Dia mengenalku bukan sebagai sepupunya melainkan kekasihmu, lalu dia justru menganggap bang Rama sebagai sepupunya dan yang lebih parahnya Anna tidak mengenal bang Gibran sama sekali, " Sambungnya.

"Tuhan, kenapa jadi seperti ini? Kembalikanlah ingatannya, " Ujar Bilqis seraya berdo'a untuk kesembuhan sahabatnya.

TBC