webnovel

PORTA LOKA : Land of 12 Gates

Volume 1: Major Hiroki Kazo, seorang anak laki-laki berumur empat belas tahun, berambut biru perak dan memiliki mata merah seperti batu Ruby. Ia hidup bersama kakaknya Arga dan juga ayahnya di pemukiman kumuh bernama Aras. Kehidupannya biasa saja dan tampak normal sperti anak-anak pada umumnya, walaupun mereka serba kekurangan. Hingga suatu hari kakaknya memberi sebuah buku yang mengisahkan tentang sebuah Negeri dari dimensi lain bernama Porta Loka. Kazo hanya menganggap itu sebagai dongeng biasa. Sampai suatu ketika, seorang gadis berpakaian nyentrik mendatanginya dan mengatakan bahwa Porta Loka itu nyata. Dia adalah seorang Penjelajah Arya. Kazo tidak ingin percaya, sampai sebuah peristiwa besar membuatnya harus percaya bahwa Porta Loka itu nyata. Dan semenjak hari itu, kehidupan Kazo yang normal berubah total. Dirinya harus menghindari kejaran Penjelajah Arya yang terus memburunya atas perintah dari Raja negeri tersebut. Kazo lalu pergi bersama Arga dan ayahnya menuju Porta Loka, mereka dibantu oleh Edward Kyuron, Penjelajah Rania yang selama ini sudah menetap lama di Bumi. Mereka melalui banyak rintangan dan halangan oleh Penjelajah Arya yang terus memburu mereka saat melewati Verittam. Volume 2

Harny_Deidara · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
219 Chs

Chapter 25 : Kasatria Biru dan Batu Ruby

"Menungguku?" Tanya Kazo sambil menautkan alisnya. "Kenapa? Siapa sebenarnya kalian?"

Kentaurus itu tidak langsung menjawab pertanyaan Kazo dan malah melangkah menuju patung lelaki berjubah yang berdiri ditengah - tengah lapangan luas di dekat danau. Kazo mengikuti Aragon dan ikut menatap patung yang sudah hampir hancur sebagian.

"Monumen ini dibuat hampir dua ratus tahun yang lalu. Saat kekekmu, Tuan Jakarri, memindahkan kami ke dalam Verittam ini. Inilah beliau."

"Apa? Jadi.." Kazo tidak menyelesaikan kalimatnya dan langsung kembali memandang patung Monumen di hadapannya yang ternyata adalah kakeknya buyutnya sendiri. Kazo langsung meraba ujung rambutnya yang berdiri tegak saat melihat rambut patung itu yang sama persis dengannya model rambutnya. Jadi inilah rupa kakek buyutnya? Orang yang begitu dihormati dan seorang penyelamat negeri kelahirannya yang belum pernah Kazo lihat.

"Kau sangat mirip dengannya." Sahut Aragon sambil mengulas senyum.

"Apa rambutnya juga biru sepertiku?"

"Tidak. Warna rambutmu adalah milik ibumu, dan hanya kau satu-satunya keturunan Bangsawan Hiroki yang memiliki warna rambut biru. Karena kakekmu dan keturunannya yang lain memiliki ciri yang sama, yaitu rambut model tegak tapi berwarna hitam."

Mendengar itu Kazo kembali meraba-raba rambutnya. Menjadi berbeda itu adalah sesuatu yang tak disukainya sejak dulu, karena selama tiga belas tahun ini dia sudah hidup dengan banyak perbedaan dalam dirinya. Dan ternyata itu akan terus berlanjut hingga ia beranjak dewas. Tapi setidaknya pernyataan Aragon kembali membuatnya tersenyum dan mengingat akan memori mimpi yang pernah ia alami beberapa hari lalu. Wanita cantik berambut biru yang ia lihat, wanita yang selalu dia rindukan setiap saat. Ibu.

"Apa yang terjadi dengan Monumen ini? Dan kenapa kalian ada di dalam Verittam ini jika kalian penghuni Gerbang Hiroki?" Tanya Kazo.

"Itu terjadi sudah hampir dua ratus tahun yang lalu. Saat peristiwa terburuk pernah menimpa Gerbang Hiroki dan juga Porta Loka."

"Maksudmu, pengkhianatan itu?"

Aragon mengangguk. "Kami sudah hidup di dalamnya selama ribuan tahun, menjaga kekuatan besar yang ada di dalamnya. Tapi kami tidak bisa mencegah apa yang terjadi saat itu ketika Sang Penguasa di bangunan secara paksa."

"Sang Penguasa?"

"Ya. Setiap gerbang memiliki penguasa yang menjadi pemimpin dan mengendalikan seluruh tatanan dalam gerbang itu. Tapi penguasa gerbang Hiroki memiliki kekuatan kelam yang sudah ratusan ribu tahun tidak boleh terjamah. Kekuatannya tidak hanya mempengaruhi gerbang itu sendiri, tapi juga kehidupan yang ada di Porta Loka. Dan juga alasan gerbang itu tidak boleh dibuka yaitu untuk menjaga habitat kami sebagai makhluk langka yang dulu sering di buru oleh para penghuni Porta Loka."

"Tuan Jakarri adalah satu-satunya orang yang bisa memasuki gerbang Hiroki tanpa membuat Sang Penguasa marah. Bahkan hingga saat ini, belum ada keturunan Hiroki lainnya yang bisa memasuki gerbang itu dengan aman."

"Lalu bagaimana dengan peristiwa itu?"

"Kami sudah kehilangan lebih dari setengah saudara kami ketika Tuan Jakarri berhasil memindahkan kami ke dalam Verittam ini dengan kekuatan Vimalnya. Jika tidak, mungkin saat itu kami sudah benar-benar musnah dan tidak ada satupun yang tersisa dari habitat kami. Dan Monumen ini kami bangun atas dasar rasa hormat dan rasa terima kasih kami kepadanya."

Tiba-tiba raut wajah Aragon menjadi berubah." Dulu, semua makhluk yang ada di dalam Verittam Labirin ini hidup damai, meskipun kami punya golongan masing-masing tapi kami tidak pernah menganggu satu sama lain. Namun semua menjadi tak terkendali setelah peristiwa yang membuat kami semua kehilangan harapan terjadi. "

"Peristiwa?"

"Kami semua mengingat janji Tuan Hiroki untuk mengembalikan kami ke dalam Gerbang Hiroki setelah semuanya pulih. Meskipun kami bisa hidup di dalam Verittam ini, tapi kami kekurangan pasokan makanan dan akhirnya membuat kami kehilangan saudara kami lagi. Namun harapan itu padam saat Tua Jakarri gugur setelah beliau menyegel Sang Penguasa dengan Hira. Dan sampai sekarang belum ada keturunan Hiroki yang bisa menepati janji itu pada kami. "

"Dan itu yang memunculkan perpecahan di antara kami. Pertempuran tidak dapet di elakkan terjadi di antara kami yang masih setia dan percaya pada keturunan Hiroki, dan juga dengan mereka yang kini memilih untuk melawan kami dan bergabung dengan Raja Rodra. "

"Apa? Jadi para makhluk di sini sebagian pengikut Rodra? "

Aragon mengangguk." Dan salah satunya adalah Harpy dan Minotaur yang menyekap Arga waktu itu. Mereka mendapat janji manis yang ditawarkan oleh Rodra bahwa ia bisa mengembalikan kami semua ke dalam gerbang Hiroki jika kami mempercayainya. Dan mereka yang mengikutinya karena sudah putus asa dan terlanjur membenci Bangsawan Hiroki yang terus mengingkari janjinya. "

Kazo mendengarkan cerita itu dengan perasaan campur aduk. Kenapa segalanya terasa begitu rumit dan membingungkan?

"Lalu, kenapa kalian masih mempercayai Bangsawan Hiroki? Padahal mereka tidak bisa mengembalikan kalian ke dalam Gerbang Hiroki."

Aragon tiba-tiba menatapnya lekat dengan mata cokelat yang tegas dan tajam.

"Karena kami percaya, Tuan Jakarri tidak akan pernah mengingkari janjinya pada kami. Kami hanya harus bersabar, hingga waktu kami pulang akan tiba pada saatnya." Jelasnya. Kentaurus itu lalu maju perlahan mendekati Monumen Tuan Jakarri dan menyentuh batu datar yang ada di bawahnya. Beberapa kalimat tulisan dengan bahasa asing terlihat terukir di atas batu itu. Tapi sebagian sudah terlihat hancur dan terhapus.

Aragon tiba-tiba mengucapkan kata-kata yang terdengar seperti sebuah petuah ramalan."Kami percaya tentang keturunannya yang akan muncul suatu saat nanti. Keturunan Bangsawan Hiroki yang membawa matahari dan juga petir. Tenggelam dalam kebekuan dan juga panas yang menyatu, lalu muncul sebagai kasatria biru yang akan menaklukkan Gerbang Hiroki dengan ruby merahnya." Aragon lalu kembali menatap Kazo." Itulah yang tertulis di batu ini. Tuan Jakarri sendiri yang mengukirnya, satu hari sebelum ia gugur di medan tempurnya."

"Lalu apa artinya itu, apakah itu orang yang akan menyelamatkan kalian?"

"Ya. Itu seperti wasiat dan ramalan yang beliau buat sebelum ia gugur. Dia sengaja melakukan itu karena beliau tahu tidak akan selamat setelah menyegel makhluk itu dengan Hira. Kami menunggu keturunan Hiroki hampir dua ratus tahun lamanya, tapi tidak ada yang muncul. Sampai kami mendengar tentang kelahiranmu. Keturunan terakhir yang lahir saat badai matahari dan juga badai petir menyapu Porta Loka. Kaulah orangnya."

"Apa maksudmu? Aku tidak mungkin orang yang kau maksud." sangkal Kazo sambil menggeleng.

"Itu kau. Kasatria biru yang akan menaklukkan Gerbang Hiroki dengan ruby merahnya." tegas Aragon sambil menunjuk rambut birunya dan juga mata Kazo yang berwarna merah seperti batu ruby.

"Tidak mungkin. Kau salah orang!"