webnovel

PORTA LOKA : Land of 12 Gates

Volume 1: Major Hiroki Kazo, seorang anak laki-laki berumur empat belas tahun, berambut biru perak dan memiliki mata merah seperti batu Ruby. Ia hidup bersama kakaknya Arga dan juga ayahnya di pemukiman kumuh bernama Aras. Kehidupannya biasa saja dan tampak normal sperti anak-anak pada umumnya, walaupun mereka serba kekurangan. Hingga suatu hari kakaknya memberi sebuah buku yang mengisahkan tentang sebuah Negeri dari dimensi lain bernama Porta Loka. Kazo hanya menganggap itu sebagai dongeng biasa. Sampai suatu ketika, seorang gadis berpakaian nyentrik mendatanginya dan mengatakan bahwa Porta Loka itu nyata. Dia adalah seorang Penjelajah Arya. Kazo tidak ingin percaya, sampai sebuah peristiwa besar membuatnya harus percaya bahwa Porta Loka itu nyata. Dan semenjak hari itu, kehidupan Kazo yang normal berubah total. Dirinya harus menghindari kejaran Penjelajah Arya yang terus memburunya atas perintah dari Raja negeri tersebut. Kazo lalu pergi bersama Arga dan ayahnya menuju Porta Loka, mereka dibantu oleh Edward Kyuron, Penjelajah Rania yang selama ini sudah menetap lama di Bumi. Mereka melalui banyak rintangan dan halangan oleh Penjelajah Arya yang terus memburu mereka saat melewati Verittam. Volume 2

Harny_Deidara · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
219 Chs

Chapter 14 : Serangan Kebencian Glara

"Apakah tidak cukup kalian mengasingkan kami di dalam gerbang? Kenapa kalian harus membunuh semua keluargaku? Untuk apa aku selamat dan bisa melihat dunia luar tapi aku tidak bersama keluargaku. Apa kau tau rasanya itu?" teriak Glara dengan suara bergetar.

Rasa sakit yang ia tahan selama bertahun-tahun telah menumpuk menjadi kemarahan dan kebencian. Glara menempa dirinya untuk menjadi sosok yang kuat dan tangguh agar bisa membalaskan dendam keluarganya.

Gadis itu sudah berjanji dia tidak akan pernah menangis lagi ataupun menyesali hidupnya. Tapi hari ini, dinding kokoh yang ia bangun selama ini runtuh seketika. Gadis itu menangis sejadi-jadinya dengan binar mata kemarahan yang sepertinya tidak akan pernah padam.

"Aku tidak akan berterima kasih pada orang yang menolongku, untuk apa dia menyelamatkan hidupku jika dia juga membunuh keluargaku. Kalian tidak lebih baik dari kami yang kalian anggap pengkhianat. Bahkan kalian lebih buruk dari itu."

Kazo menatap dengan wajah tercekat pada gadis itu. Selama ini dia juga tidak pernah tahu tentang keluarganya. Bagaimana rupa ayahnya, dia juga tidak tahu secantik apa wajah ibu yang melahirkannya, dan juga sekeren apa penampilan kakaknya. Apakah dia juga seperti Arga? Kalimat-kalimat itu sering berputar dikepalanya akhir-akhir ini. Kazo mengepalkan tangannya sambil menatap lekat pada Glara yang masih bersimpuh dengan rasa sakit di hatinya.

"Lalu apa bedanya kau denganku?" seru Kazo.

Gadis itu mendongak perlahan, menatap nyalang pada bocah yang usianya 11 tahun lebih muda darinya.

"Aku tidak mengenal Ayah ataupun Ibuku. Aku tidak akan pernah tahu jika saat itu kau tidak muncul di kios Ayahku. Aku juga membenci kenyataan bahwa keluarga yang merawatku saat ini bukan keluarga kandungku. Dan aku juga lebih membenci kenyataan tentang diriku yang sebenarnya."

"Aku juga marah pada orang yang sudah membuat keluargaku hancur dan terpisah-pisah. Sama sepertimu aku juga ingin lebih kuat agar aku bisa mengalahkan semua musuhku. Tapi aku juga tidak berhak untuk menghancurkan hidup dan kebahagian orang lain hanya demi rasa sakit hati ini. Karena aku tahu betapa menyakitkannya kehilangan. Aku ingin melindungi apa yang ingin kulindungi, dan jika aku tidak punya siapapun aku akan melakukannya untuk diriku sendiri. Karena aku yakin kau juga akan melakukan hal yang sama denganku."

"Omong kosong! Kau dan aku jelas berbeda. Lagipula semua orang yang ingin kulindungi sudah tidak ada. Jadi aku tidak peduli meski Porta Loka akan hancur, karena kalian pantas mendapatkannya." Glara berkata berapi-api. Gadis itu bangkit dan mencabut senjatanya.

Tapi Kazo masih berusaha.

"Benarkah? Tapi kurasa kau masih memiliki orang yang ingin kaulindungi," ucap Kazo. "Kau menjadi penjelajah karena kau tidak menemukan penolongmu di Porta Loka bukan?"

Glara tersentak, ia menatap nanar pada Kazo yang memberikan tatapan yakin bahwa ucapannya benar.

"Kau tidak akan mengabaikan orang yang sudah menyelamatkan hidupmu bukan? Meskipun kau juga membenci orang itu."

"Tutup mulutmu! Kau tidak tahu apapun dan aku tidak ingin mendengar omong kosongmu. Sejak awal semua itu berawal dari keluargamu, dan aku akan menghabisi semua Bangsawan Hiroki dan juga Bangsa Rania. Dan itu dimulai dari kau!" Glara lalu menyarungkan Daggernya.

Melihat itu Kazo langsung mengerutkan dahi. Namun Kazo langsung menyadari saat gadis itu tiba-tiba membuat pergerakan pada tangannya. Dia baru saja menceritakan bahwa dia keturunan dari Bangsawan Nolan dan itu berarti dia juga seorang Vimal.

Kazo mengambil langkah waspada saat tiba-tiba retakan es yang dipijaknya terasa bergetar. Dengan sigap dia langsung meloncat ke hamparan es yang lebih luas. Lapisan es yang baru beberapa saat dipijaknya tadi tiba-tiba melayang, diikuti dengan bongkahan batu es lainnya yang tiba-tiba bergerak dan terangkat sendiri.

"Jangan meremehkanku lagi Kazo. Aku sudah lelah berpura-pura menutupi jati diriku untuk bertahan hidup. Dan sekarang saatnya kalian harus tahu, bahwa Bangsawan Nolan masih ada meskipun kalian berusaha memusnahkannya. Dan aku tidak akan membiarkan kalian menginjak-injak harga diriku dan keluargaku lagi!"

Suara gemuruh tiba-tiba terdengar saat balok-balok es itu terangkat dan membumbung tinggi di udara. Kazo menatap tajam pada bongkahan batu es di hadapannya yang memecah menjadi ratusan keping.

"Crash!"

Glara berseru lantang yang membuat kumpulan bongkahan es itu tiba-tiba menghujam dengan kecepatan seperti batu meteor ke arah Kazo. Kazo langsung menginjak lapisan es di bawahnya mencoba membentuk dinding pertahanan.

Tapi karena energinya sedikit melemah, dinding pertahanannya terbentuk cukup lambat dan itu membuat Kazo harus berlari menghindari dan menangkis hujan balok es yang menghujamnya.

TRANG, TRANG

"Sial, ini tidak akan ada habisnya," serunya sambil menangkis hujan balok es itu dengan tongkat. Kazo membuat gerakan berputar pada tongkatnya seperti pengguna Nunchaku. Entah sejak kapan ia mempelajari seni bela diri itu, yang jelas gerakan itu terlintas di kepalanya begitu saja.

Tidak sia-sia selama ini kepalanya selalu dipenuhi dengan buku bacaan yang bermanfaat, setidaknya dia bisa menggunakan itu untuk situasi yang mendesak seperti saat ini.

Hujan balok es itu semakin lama semakin banyak dan datang dari segala penjuru. Energi Kazo semakin lama semakin menipis, dia mulai kelelahan. Bahkan lapisan es yang di pijaknya kini sudah mulai tergenang oleh air es yang mulai mencair.

"Dimana kekuatanmu yang hebat tadi?" teriak Glara dengan senyum mengejek di bibirnya. Gadis itu kembali membuat pergerakan pada tangannya. Tiba-tiba lapisan es di sekitar Kazo yang mulai mencair kini memecah dan terangkat satu persatu. Membuat keseimbangan Kazo mulai goyah karena tempat berpijaknya mulai menipis.

"Sial, aku tidak bisa memulihkan lapisan es ini lagi. Bahkan untuk memadatkan saja aku sudah tidak sanggup," serunya dengan nafas tersengal-sengal.

Belum sempat dia bangkit kumpulan bongkahan es tiba-tiba datang menghujam dari arah lain. Kazo terperangah karena dia tidak bisa menyiapkan pertahanan apapun. Tenaganya sudah hampir habis sama sekali.

BRUSH

Bunyi ledakan dan juga hantaman terdengar menggaung saat ratusan batu es itu menghujam tepat dimana Kazo berada. Kepulan asap dingin tampak mengepul membawa serpihan lapisan es yang hancur karena serangan itu. Sebuah hembusan angin dingin terlihat berpusar mengelilinginya.

Glara tersenyum menyaksikan bongkahan balok es yang terlihat menumpuk di hadapannya. Gadis itu menatap puas saat tumpukan balok es itu sudah mengubur tubuh Kazo di bawah sana. Tidak akan ada yang selamat dengan serangan secepat itu. Seharusnya.

"Jangan senang dulu Nona. Kau tidak mungkin melupakanku bukan?"

Glara tersentak dan langsung menoleh saat mendengar suara seseorang di belakangnya. Gadis itu menyeringai geram saat melihat Arga yang tampak tersenyum sambil membopong tubuh Kazo yang sudah hampir kehabisan tenaga.

Bocah sialan!