webnovel

Pieces of Memories

Awalnya Keisha kira mimpi buruk yang ia alami selama ini, hanyalah mimpi buruk biasa. Namun, lama-kelamaan Keisha merasa aneh. Pasalnya Keisha terus memimpikan hal yang sama dan selalu ada anak laki-laki. Membuat Keisha bertanya-tanya, sebenarnya siapa anak laki-laki itu? Farel yang merupakan teman masa kecilnya, menyembunyikan fakta yang tak terduga. Farel tidak ingin Keisha mengingat kembali masa lalunya. Keisha tidak tinggal diam begitu saja, ia mencari tahu sendiri dengan harapan ingatannya kembali. Lelah rasanya dihantui mimpi buruk terus menerus. Tentu saja ini tidaklah mudah karena Keisha harus menghadapi segala macam cobaan yang didapat dari temannya sendiri. "Mengingat kembali saja sudah sulit bagiku, ditambah masalah yang terus datang bahkan yang tak aku lakukan sekalipun," batin Keisha.

Clariinnaaa · Teenager
Zu wenig Bewertungen
98 Chs

Ch 30. Ujian Akhir Semester Ganjil

Ceklek!

"Ibu!" seruku ketika ibu membuka pintu.

Ibu tersenyum menghampiriku disusul ayah, "oh ternyata ada temen Kei. Maaf ya Tante ngga ada di rumah," ucap ibu pada Mia yang berdiri di sampingku.

"Ngga apa-apa kok tante, saya juga mau pulang," ucap Mia sopan.

"Aduh udah mau pulang pagi aja, gimana kalau makan malam dulu? Masakan Tante ngga kalah sama restaurant bintang 5 lho," ujar ibu selingi candaan.

"Sayang banget ngga bisa nyobain masakan Tante. Kalau gitu, lain kali saya makan malam disini," balas Mia menanggapi candaan ibu.

"Asik banget ya sampe lupa Ayah" celetuk ayah yang berada di samping ibu.

Ibu mengabaikan ayah.

Aku menyenggol lengan Mia lalu berbisik, "maaf ya Mia, Ibu sama Ayah emang seneng bercanda."

"Ngga apa-apa kok Kei ... justru ibu sama ayahmu asik," balas Mia berbisik.

Tak lama setelah itu, datanglah Nadine sehabis buang air kecil. Sebenarnya sudah lama Nadine selesai dengan urusannya. Hanya saja, Nadine belum siap ketika orang tuaku tahu kalau ia berada di sekolah yang sama denganku. Nadine khawatir rencana mengembalikan ingatanku tidak berhasil. Menghadapi Farel aja cukup sulit, apalagi harus menghadapi kedua orang tuaku.

"Oh Nadine!" ucapku begitu melihat Nadine.

"Lama ya? hehehe ..." balas Nadine.

"Lumayan sih ... padahal cuma buang air kecil aja," sahut Mia.

Nadine hanya terkekeh-kekeh.

Di samping itu orang tuaku memandang Nadine tak percaya. Bagaimana ia bisa ada disini? Bagaimana bisa bertemu denganku kembali? Bagaimana bisa ia berteman denganku? Aku di dekat Farel saja sudah membuat orang tuaku khawatir, takut-takut Farel tidak sengaja menceritakan kejadian itu. Sebisa mungkin orang tuaku ingin menjauhkan aku dari Nadine.

"Ma, ini Nadine. Temanku juga dan kita sekelas," ucapku memperkenalkan Nadine.

Ibu tersenyum sebagai balasan atas ucapanku guna menyembunyikan keterkejutannya.

"Kami pulang dulu ya Tante, Om. Permisi ..." pamit Mia disusul Nadine.

Setelah Mia dan Nadine pulang, aku kembali masuk kamar. Sekilas aku melihat raut wajah ibu yang tadinya tersenyum menjadi khawatir.

***

Keesokan harinya aku berangkat ke Sekolah bersama Farel. Tanpa diduga, Farel datang menjemputku. Aku kira Farel menjemput Mia. Saat aku tanya pun, terlihat jelas kalau Farel mengalihkan pembicaraan.

"Aku harap mereka sedang tidak ada masalah," batinku mengkhawatirkan hubungan Farel dan Mia.

Drrtt ... drttt!

Aku berhenti sejenak guna melihat pesan masuk. Senyum merekah saat aku membaca isi pesan tersebut. Aku pun membalasnya dengan hal serupa.

'Kamu juga, semangat ujian!'

Farel terheran-heran dengan perubahan raut wajahku. Siapapun yang melihatnya pasti mengira seorang gadis yang dapat pesan dari sang kekasih. Begitulah aku dimata Farel saat ini.

Aku memasukan kembali ponsel, berlari sedikit menghampiri Farel.

"Hayo kenapa senyum-senyum?" goda Farel menusuk-nusuk pipiku pelan.

Aku langsung menepis tangannya, "ada deh hahaha ...."

"Gitu ya, udah main rahasia-rahasiaan. Ngga inget apa waktu kecil pernah mandi bareng," ledek Farel.

"Apaan sih Rel? Ampun deh, udah kaya pacar aja. Terus kenapa masa kecil dibawa-bawa? Ngga ada hubungannya tau!" sanggahku.

"Makannya kasih tau aku, tadi kamu kenapa?" tanya Farel lagi.

"Farel ngeri," ucapku bergidik ngeri, lalu lari meninggalkan Farel.

Farel menatapku dan berharap orang itu tidak akan membawaku ke dalam kesedihan.

***

Seperti biasa seluruh murid SMA Raya Indonesia duduk sendiri saat ujian sedang berlangsung dengan satu pengawas di setiap kelasnya.

Kali ini, aku tidak begitu gugup. Aku cukup percaya diri dengan soalnya nanti karena aku yakin usaha tidak mengkhianati hasil. Bagaimanapun juga, aku sudah belajar selama seminggu dibantu Shella dan Farel.

Mia dan Nadine menghampiriku, ujian di hari pertama ialah Bahasa Indonesia dan Matematika. Kami bersama-sama mengulang materi, aku beruntung berteman dengan mereka.

"5 menit lagi nih ... aku duluan ya," ucap Mia.

"Eh iya, aku juga. Semangat Kei!" sambung Nadine.

"Nadine juga, semangat!" balasku.

Aku memasukan semua buku catatan, menyiapkan alat tulis, serta mematikan ponsel. Bersiap untuk ujian.

Tak lama setelah itu, pengawal memasuki kelas. Semua tas disimpan di depan untuk meminimalisir kecurangan saat ujian, ya bahasa lebih mudahnya itu mencotek. Meski aku tahu, ada saja murid yang memiliki caranya tersendiri.

Soal dibagikan dari depan, lalu dioper ke belakang. Hal yang sama dilakukan untuk membagikan lembar jawaban. Aku langsung menulis data diri sebagai murid dan mengerjakannya dengan sangat teliti, sebisa mungkin mengerti maksud dari pertanyaan.

Di sisi lain, Farel dan Shella mengerjakannya dengan santai. Mereka tidak terlalu memusingkan soal pertanyaan. Bagi mereka ini sudah makanan sehari-hari. Lain halnya dengan Mia dan Nadine yang mengerjakannya dengan serius.

Semua ini terus terulang selama ujian akhir semester ganjil berlangsung.

***

Aku cukup percaya diri dengan ujian kali ini. Aku yakin kalau tidak ada yang diremedial. Maka dari itu, aku dapat ke karaoke dengan perasaan senang.

Nadine mengajak kami ke karaoke sebagai perayaan sudah menyelesaikan tugas sekaligus refreshing. Mia dan Farel langsung menyetujuinya. Farel ikut karena aku, Mia ikut karena Farel. Shella yang awalnya menolak pun ikut, tentunya dengan sedikit paksaan.

Kami pergi ke sebuah mall menggunakan angkutan umum. Sebuah kemajuan yang luar biasa aku dapat naik angkutan umum. Jika begini, aku akan perlahan-lahan memberanikan diri untuk tidak takut naik mobil pribadi.

"Sepertinya Kei baik-baik saja," batin Farel yang tak melepaskan pandangannya sedikit pun dariku. Membuat Mia memandangku iri.

Setelah sampai, kami langsung memilih lagu yang akan dinyanyikan. Semuanya bingung sampai Nadine memilih lagu 'Ya Sudahlah' dinyanyikan oleh 'Bondan Prakoso dan Fade 2 Black' bukan tanpa alasan Nadine memilih lagu ini. Nadine memilihnya karena ini adalah lagu kesukaan Devan. Selain puisi, Devan selalu menyanyikan lagu ini setiap mereka sedang bersama.

Nadine mulai bernyanyi. Saat mendekati reff, terlintas ingatan tentang Devan yang sedang menyanyikan lagu ini. Aneh sekali, kok aku bisa mendapatkan serpihan ingatanku? Apa lagu ini penyebabnya? Apa Nadine mengetahui sesuatu? Saat aku sedang berpikir keras. Farel mengganti lagunya.

"Eh, sorry ngga sengaja," ucap Farel pada Nadine.

Nadine memperlihatkan wajah kesal pada Farel.

"Hahaha ... ternyata Farel udah ngga sabar," celetuh Mia.

Shella memperhatikan kami bertiga secara bergantian.

Lalu aku tersadar dari lamunanku.

"Kei, kamu ngga apa-apa?" tanya Shella khawatir.

"Ngga apa-apa kok, maaf ya ... padahal kita lagi seneng-seneng," balasku tersenyum.

Setelahnya Mia bernyanyi dengan Farel.

***

Seorang anak laki-laki berambut hitam dengan kacamatanya tengah duduk dibangku sekolah memandang lembar ujian yang telah diselesaikannya. Akhirnya ia dapat bertemu denganku. Perasaan rindu yang menyelimutinya membuat laki-laki itu tidak sabar bertemu denganku.

Keisha Ayudia, nama yang selalu ia ingat. Sekaligus cinta pertamanya. Ia mengeluarkan selembar foto. Foto yang sama dengan milik Farel dan Nadine.

"Tunggu aku Kei ..." ucapnya dalam hati.

***

Halo~

Selain penyebab Kei hilang ingatan, apalagi sih yang buat kalian pensaran? xixixii

Clariinnaaacreators' thoughts