webnovel

The Trouble Maker!

Jakarta, 12 Desember 2011

Duk.

Brakkk.

Kevin merasakan sakit di bagian pergelangan kakinya saat baru saja ada orang yang menjegalnya dengan sengaja.

Tidak ingin membuat masalah, akhirnya Kevin berdiri dari posisi terjatuhnya, memunguti makanan miliknya yang sudah terlempar kemana-mana, lalu berjalan menjauh dari sana.

Tetapi sebelum itu bisa terjadi, seseorang lebih dulu menahan lengannya.

"Mau kemana lo, cupu?!" tanya seseorang. Dia adalah Mischa, cowok yang selalu mencari masalah dengannya.

"Gak punya mulut kayaknya dia!" sahut seseorang lainnya, yang Kevin tahu, salah satu teman atau lebih tepat disebut sebagai bawahannya Mischa.

"Gue tanya itu dijawab, Bodoh!"

Mischa mendorong bahu Kevin, membuat tubuh Kevin mundur beberapa langkah. Namun, Kevin lebih memilih untuk tetap diam.

Dia benar-benar tidak suka mencari masalah, sekalipun Mischa sepertinya selalu ingin mencari masalah dengannya.

"Lo gak dengar gue ngomong apa barusan?"

Mischa masih memojokkan Kevin, memancing perhatian dari seluruh orang yang ada di kantin.

"Gue nggak pernah mau cari masalah sama lo." Hanya itu yang Kevin katakan, membuat Mischa semakin naik pitam.

"Belagu lo!"

Buggh.

Satu pukulan Mischa berikan pada perut Kevin, membuat Kevin membungkukkan badan dengan sebelah tangan memegangi perutnya.

Mischa tidak pernah main-main jika menyerang korbannya.

Pukulannya terhitung lumayan sakit karena dia ikut dalam ekstrakurikuler taekwondo di sekolahnya.

Namun, Kevin tetap tidak ingin mempedulikannya, sekeras apapun Mischa mencoba mencari masalah dengannya.

"Benar-benar cari masalah dia!" kata salah satu teman Mischa.

"Bawa dia ke lapangan sekarang!" ujar Mischa, membuat kedua temannya segera memegang kedua lengan Kevin.

Satu di sebelah kiri, dan satu lagi di sebelah kanan.

"Mau apa kalian?! Lepasin gue!"

Kevin memberontak, tetapi tenaganya kalah kuat dengan dua orang yang memegangnya. Ditambah lagi, pergelangan kakinya terluka karena ulah Mischa yang menjegalnya tadi.

"Ikat dia di bawah ring basket," suruh Mischa pada kedua temannya, membuat kedua temannya segera melaksanakan perintah.

Sementara Kevin sudah berusaha melepaskan diri tetapi tidak bisa.

"Mischa, lepasin gue!"

Mischa mendekati Kevin dengan senyuman evil kemudian berkata, "Gue akan lepasin asal lo mau cium kaki gue, gimana?"

"Gue nggak sudi!" umpat Kevin, sudah cukup dia bersabar.

Rasanya makhluk di depannya itu bukan manusia, tetapi iblis. Mischa menunjuk kedua temannya dengan jari telunjuk kemudian berkata, "Kalian, mundur!"

Setelahnya, Mischa membuka sebuah kotak yang berisi penuh dengan telur. Lalu dia mengambil telur itu satu per satu untuk dilemparkan pada Kevin. Membuat Kevin hanya bisa terdiam di tempatnya dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya karena lemparan Mischa barusan.

Saat Mischa ingin mengambil kotak keduanya, tiba-tiba seseorang menahannya lebih dulu.

"Cukup, Kak! Kakak kenapa sih nggak ada puas-puasnya ngerjain orang?"

"Mila, ngapain kamu di sini?" tanya Mischa, terkejut karena melihat gadis yang dia taksir berada tepat di depannya.

Mischa terkejut karena gedung anak kelas X berbeda dengan kelas XII, jadi seharusnya Mila tidak di sini.

"Lepasin dia, Kak," tegas Mila.

"Ini bukan urusan kamu ya!"

"Lepasin dia sekarang atau aku nggak akan mau kenal lagi sama Kakak," ancam Mila, mengeluarkan jurus jitunya.

Biasanya jika Mila mengancam seperti itu, Mischa akan luluh. Namun sayangnya kali ini tidak semudah itu. "Kali ini, lebih baik kamu nggak perlu ikut campur, Mila."

Baiklah, kalau seperti ini maka Mila yang harus bertindak.

Tidak kehilangan akal, akhirnya Mila mendekat ke arah Kevin dan melepaskan ikatan tali yang melilit pada tubuh pria itu yang sudah dipenuhi dengan bekas lemparan telur.

Sementara Mischa dan teman-temannya hanya bisa diam saat Mila melakukan itu.

"Kakak baik-baik saja?" tanya Mila, dia tahu kalau Kevin pasti kakak kelasnya, karena terlihat dari badge seragamnya.

Saat Mila akan membantu Kevin dengan memegang sebelah lengannya, tangan Kevin justru menangkisnya. "Nggak perlu sok baik sama gue!" ujarnya sarkas.

Sementara Mila hanya bisa memutar bola mata malas, merasa terkejut dengan respon kakak kelasnya itu. Sudah dibantu bukan terima kasih, malah ketus begitu.

Bukan tanpa alasan Kevin bersikap sedingin itu pada Mila.

Kevin mengenalnya, karena meski gadis itu masih kelas X, Mila terkenal karena kecantikan, kekayaan dan juga kebaikan hatinya.

Bahkan gadis itu juga mengikuti banyak ekstrakurikuler di sekolahnya seperti dance, voli, dan juga taekwondo.

Dia juga anggota OSIS yang cukup terkenal karena sikap humble-nya.

Namun, semua orang juga tahu kalau Mischa, anak dari ketua yayasan sekolahnya tengah mengincar gadis itu dan menjadikannya sebagai hak miliknya yang tidak bisa disentuh oleh siapapun.

Setelah berhasil keluar dari lapangan, Kevin berjalan menuju toilet di dekat kelasnya.

Beruntung karena dia selalu membawa seragam ganti sebagai jaga-jaga jika terjadi sesuatu seperti hari ini.

"Akhh!"

Kevin merintih saat merasakan sakit di beberapa bagian tubuhnya karena ulah Mischa tadi, membuatnya hanya bisa menghela napas pasrah.

Kevin bukan tidak bisa membalas Mischa.

Dia tentu bisa, apalagi kekuasaan yang dimiliki oleh kakek dan neneknya melebihi kekuasaan ayah Mischa yang hanya seorang ketua yayasan.

Tetapi Kevin sudah berusaha keras menyembunyikan identitas yang sebenarnya, jadi tidak mungkin jika dia membongkarnya.

Bukan Kevin tidak ingin dikenal sebagai salah satu murid dengan latar belakang keluarga kaya.

Kevin hanya tidak suka terlihat menonjol dan menjadi pusat perhatian. Meski dengan menjadi peringkat satu di sekolah sejak kelas X sudah membuatnya sedikit unggul dari yang lainnya.

Setelah menyelesaikan kegiatannya di toilet, Kevin melangkahkan kaki keluar dari sana. Kemudian merasa cukup terkejut saat melihat gadis yang tadi sempat menolongnya sekarang berada tepat di depannya.

"Mau ngapain lagi, sih?" tanya Kevin ketus.

Membuat Mila hanya memutar bola matanya kembali. "Aku cuma mau ngasih ini aja kok," katanya, seraya memberikan kotak P3K dan juga kompres dingin di tangannya pada Kevin.

"Nggak perlu, gue nggak butuh!" ujarnya, lalu berjalan melewati Mila sebelum ...

"Aduh!"

Kevin mendelik, menatap tajam pada gadis di hadapannya. Dia baru saja memukul lengannya yang membiru karena bekas lemparan telur dari Mischa.

"Sakit 'kan? Makanya kalau sakit nggak usah sok-sokan deh!" Setelah mengatakan itu, Mila lalu menarik lengan Kevin untuk ikut bersamanya.

Kevin ingin memberontak, tetapi dengan keadaan kaki dan seluruh tubuhnya yang memar, kekuatannya tidak bisa menandingi Mila yang merupakan salah satu anggota taekwondo terbaik di sekolahnya.

"Siniin tangannya!" pinta Mila saat mereka sudah berada di taman belakang sekolah.

"Mau ngapain?"

"Nurut aja kenapa sih Kak, cerewet banget deh kayak cewek!" keluh Mila, membuat Kevin berhasil terkejut dengan perkataan gadis itu.

Baru kali ini, ada yang mengatakan kalau dia cerewet. Dia justru lebih terkenal pendiam.

Setelah itu, Mila mengkompres beberapa luka memar di lengan Kevin, dan mengolesinya dengan salep yang sudah disiapkan sebelumnya.

"Udah selesai," ujarnya, dengan senyum menawan.

Membuat Kevin hampir, hampir saja terpesona dengan kecantikannya, sebelum dia sadar bahwa mengagumi gadis itu bisa saja menambah masalah dalam hidupnya.