"Ara mau ditemeni sama papa juga, boleh ya dokter cantik?"
Diva terdiam beberapa saat, lalu tersenyum ke arah Ara. "Sayang, saat kamu kemoterapi papa kamu pasti temenin kamu tapi di luar karena kalau nanti di dalam ganggu dokter yang lain!"
"Oh, gitu ya." Ara menjawab dengan sedikit sedih, Diva mengangguk mengusap lembut pucuk kepala Ara.
"Yang penting kan udah ada dokter di sana!" Gadis itu tersenyum kecil.
Gibran menggendong anaknya ke kursi roda lalu membantu mendorongnya, sedangkan Diva memilih berjalan lebih dulu. Karena tak ingin berdekatan dengan mantan kekasihnya itu.
"Diva, setelah selesai kemoterapi nanti, bolehkah aku berbicara berdua denganmu?" Diva sempat terkejut kala mendengarnya, namun sebisa mungkin dia menyembunyikan perasaan itu.
"Maaf, aku sibuk!"
Diva segera mengambil alih kursi roda Ara, mendorongnya masuk ke dalam ruangan kemoterapi yang sudah ada Dr. Famela di sana.
"Hai cantik, kau sudah siap?" tanya Dr. Famela.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com