kayaknya dia marah sama aku, karena aku post fotoku berdua sama David", kata Sara sambil menunjukkan sesuatu dari ponselnya.
Kami berhenti sejenak, sambil aku mendekatkan wajahku ke ponsel milik Sara untuk melihatnya lebih jelas.
Aku menatap Sara dengan tatapan lekat.
"emangnya, apa hubungannya kamu post foto ini dengan dia marah sama kamu?"
Wajah Sara merona dengan ekspresi menebak nebak dan kedua tangannya naik memegang pipinya.
"emm. Cemburu?", jawab Sara.
Aku langsung menjauhkan wajahku dari Sara dan raut wajahku berubah menjadi penuh tanya.
"dia suka sama kamu, atau kamu yang suka sama dia", kataku dengan nada menggoda, hingga seluruh wajah Sara sudah seperti udang rebus.
Sara jadi salah tingkah dan gagap menjawab.
"eg..gak kok. Dianya aja yang perhatian banget sama aku, ka..kalo gak suka, terus kenapa dia kayakknya berubah, kayak yang pengen jaga jarak gitu", jawab Sara mengeluhkan kegelisahannya.
Aku hanya memperdengarkan hembusan nafasku yang kasar, dan memutar bola mataku.
"gini yah Sar, terlalu cepat mengambil kesimpulan tanpa bukti yang jelas itu keliru", kataku dengan serius.
Sara pun juga memperdengarkan hembusan nafasnya, seakan akan dia memahami perkataanku.
"kau benar, seharusnya kita harus perbanyak pikiran positif, cari tahu kebenarannya, bukannya merisaukan hal yang tak pasti", jawab Sara yang bicara bak orang bijak.
Aku mendengarkan dengan kagum sambil tersenyum.
"tuh tau", kataku menekankan perkataan bijak yang baru saja keluar dari mulut Sara.
Sara balik menatapku dengan majah memelas penuh permohonan.
"bantuin aku yah. Berhubung dia kayaknya males ngomong sama aku, kamu aja yang ngomong juga chattan sama dia skalian cari tahu apa yang sebenarnya" , kata Sara dengan mata berbinar penuh harapan.
Aku memasang ekspresi heran.
"loh kok aku sih", tanyaku agak kaget.
Sara menyatukan kedua tangan dan memohon.
"tolongin dong", kata Sara membujukku.
Aku hanya pasrah pada temanku itu.
"iya iya", jawab Nath yang terlihat malas melakukannya.
Sara pun senang dengan bantuan yang telah tiba. kami pun kembali berjalan menyusuri jalanan kelurahan yang sesekali ada kendaraan yang lewat.
Waduh, aku jadi perantara hubungan orang dong. Keluhku dalam hati, yang baru saja sadar dengan apa yang akan terjadi.
Aku jadi orang ketiga dong, kan yang ketiga biasanya setan, arrggh. *tepuk jidat.