"Belva bangun, Sayang. Itu Abangmu sudah siap. Kamu tidak mau 'kan, ke kantor menggunakan angkutan umum." Omelan seorang ibu memang selalu menjadi mimpi buruk bagi siapapun, terlebih lagi dipagi hari seperti ini. Nyonya Raypraja berdiri di samping ranjang kamar putri bungsunya, menatap pada tubuh yang terbaring pulas di atas tempat tidur itu. Langkahnya kemudian bergerah ke arah jendela, membuka tirai warna ungu itu hingga cahaya matahari pagi dapat masuk ke kamar itu.
Sleeping beauty tergerak dalam zona nyamannya, menarik selimut putih yang menaunginya hingga menutupi kepala. Tak perduli dengan titah Sang Kanjeng Ratu yang memintanya untuk bangun. Juga mengabaikan Abangnya yang bersungut kesal di ruang makan. Melihat keengganan dari Sang Putri, Nyonya Raypraja memilih untuk keluar kamar dan membiarkan putrinya tidur lagi.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com