webnovel

PARTNER IN CRIME : FRIENDZONE

Partner in crime, sebuah hubungan yang mereka jalani. Hanya sebatas sahabat tapi terkadang melebihi kekasih. Chakra adalah moodboster Lova, selalu jadi tempat bercerita saat dia senang, sandaran saat dia bersedih. Chakra selalu mengusahakan bahwa apapun keadaannya, dia harus bisa berada di samping Lova saat gadis itu membutuhkannya. Pria itu selalu menyediakan bahu untuk tempat bersandar, jari untuk menghapus airmatanya, dan tangan yang senantiasa menggenggamnya kemanapun mereka pergi. Bagi Chakra, Lova memiliki tempat tersendiri di hatinya. Bukan sebatas sahabat namun juga bukan sebagai kekasih. Meskipun banyak orang yang bilang hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan itu tidak lepas dari yang namanya love and lust….

seinseinaa · Geschichte
Zu wenig Bewertungen
94 Chs

17. Secret [Milik Naka]

Partner in crime, sebuah hubungan yang mereka jalani. Hanya sebatas sahabat tapi terkadang melebihi kekasih. Chakra adalah moodboster Lova, selalu jadi tempat bercerita saat dia senang, sandaran saat dia bersedih. Chakra selalu mengusahakan bahwa apapun keadaannya, dia harus bisa berada di samping Lova saat gadis itu membutuhkannya. Pria itu selalu menyediakan bahu untuk tempat bersandar, jari untuk menghapus airmatanya, dan tangan yang senantiasa menggenggamnya kemanapun mereka pergi.

Bagi Chakra, Lova memiliki tempat tersendiri di hatinya. Bukan sebatas sahabat namun juga bukan sebagai kekasih. Meskipun banyak orang yang bilang hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan itu tidak lepas dari yang namanya love and lust….

***********

Suasana kantin sekolah siang ini terasa sangat ramai karena memang sudah jamnya makan siang, semua siswa-siswi ROMA siap antri dengan rapi menuggu giliran mendapat jatah makanan dari Bu Retno, seorang wanita paruh baya yang bertugas mengatur makanan yang untuk penghuni sekolah.

Siang itu menu makanan yang dihidangkan adalah ayam krispy dengan sambal terasi, sup iga, kentang goreng serta desertnya puding mangga dengan taburan keju dan coklat, benar-benar mengundang selera makan semua orang yang ada di situ.

Terlihat di pojok ruangan di meja favorite mereka yang viewnya langsung kearah taman belakang sekolah yang di desain seperti taman tulip di Belanda, ke tiga anggota mostwanted sedang ngobrol santai karena sesekali mereka tertawa bersama entah membicarakan lelucon apa.

Sedangkan disekitar mereka, bangku bangku yang dipenuhi anak ROMA dengan mayoritas perempuan berbisik-bisik membicarakan ketiga pentolan sekolah itu. 2 bangku ke kanan dari bangku Naka Cs di huni oleh Lova Cs yang terlibat pembicaraan mengenai bolosnya Lova tadi pagi saat pelajaran pertama.

Tadi sewaktu Lova masuk kelas untuk memulai pelajaran kedua, Pak Sekta sudah keburu masuk kelas dan dalam keadaan apapun sipapun tidak akan berani untuk membuka mulut atau mengeluarkan bunyi sedikitpun karena guru Fisika ini memang terkenal killer.

"Jadi... kemana aja lo saat jam pelajaran Pak Wiratama tadi? Lo bolos kemana, Neng?" tanya Sana memecah keheningan. Gadis itu mengaduk baksonya yang siap untuk di lahap.

"Gue tadi pagi telat ke sekolahnya. Si Chakra sakit, jadi dia nggak bisa jemput gue ke rumah," oceh Lova menjelaskan kronologi menghilangnya dia saat pelajaran Pak Wiratama tadi pagi.

"Chakra sakit apa?" tanya Sana ingin tahu.

"Masuk rumah sakit?" imbuh Winta juga ingin tahu.

"Hanya demam, nggak sakit parah kok. Nanti sepulang sekolah gue mau jenguk dia. Kalian mau ikut?" tawar Lova sembari meminum jusnya.

"Enggak deh," sahut Sana teringat dengan rencananya. "Gue mau ke rumah Tante gue," imbuhnya kemudian.

"Lo gimana, Ta?" tanya Lova pada Winta.

"Gue juga enggak, Va. Gue sama Nyokap mau ke rumah sepupu gue Mbak Astrid. Ada acara syukuran di sana," sahut Winta juga menolak tawaran Lova.

"Oh, gitu. Ya udah, gue sendiri aja." Lova manggut-manggut mengerti.

Suasana kantin semakin heboh. Para siswa yang selesai makan tak segera meninggalkan kantin dan justru sibuk bergosip atau bernyanyi tidak jelas. Membuah suasana menjadi gaduh.

"Eh, ngomong-ngomong tadi kenapa bisa bolos sih? Lo pergi kemana coba?" tanya Sana mengalihkan topik. "Untung nggak ketahuan sama guru BK. Bisa kena skors kalau samlai Lo ketahuan bolos pelajaran," imbuhnya kemudian. Ia terlihat penasaran karena tak biasanya Lova membolos jam pelajaran.

Lova diam sejenak. Bingung harus memulai dari mana. "Eeh, tadi sebenarnya gue udah mau masuk ke kelas, meskipun gue gugup pas lihat Pak Wiratama udah di kelas. Gue takit kena omelan atau hukuman dari Beliau," ucapnya pada akhirnya.

"Terus kenapa nggak masuk?" tanya Winta.

Lova tersenyum kikuk. "Waktu gue udah mau masuk, hh, tiba-tiba aja Naka narik tangan gue. Dia ngajak gue cabut," celotehnya cengengesan.

"Naka?" Sana terdengar kaget. "Kok bisa? Jadi kalian berdua bolos bareng?" tanyanya penasaran.

"Dia telat juga mungkin," komentar Winta.

"Iya bener, katanya guru yang ngajar kelas Naka pagi tadi killer kayak Pak Wiratama. Makanya kita sepakat bolos berdua," ujar Lova mengiyakan ucapan Winta.

"Terus kalian pergi kemana tadi?" tanya Sana lagi. Gadis itu memainkan sendoknya di atas kue dessert yang disediakan ileh kantin hari ini.

"Kita ke…"

Tinnnn….tinn...

Jawaban Lova harus terinterupsi lantaran bel tanda masuk sudah berbunyi.

Semua penghuni kantin harus siap-siap menuju kelasnya karena sudah menjadi keharusan murid Roma meninggalkan kantin secepatnya tidak peduli dalam keadaan apapun sebelum di usir oleh Bu Retno sang kepala pengurus kantin, wanita dengan tubuh tinggi di atas rata-rata perempuan Indonesia, kaca mata yang cukup tebal karena umur beliau yang sudah menginjak kepala 4, serta wajahnya yang jarang sekali tersenyum.

Pelajaran kembali berlangsung. Pelajaran selanjutnya di kelas Lova adalah Fiskika. Salah satu dari 4 serangkai pelajaran yang tidak disukai oleh kebanyakan orang. Kimia, Fisika, Biologi, Matematika.

Bu Kiara tengah menjelaskan di depan kelas. Para murid mendengarkan dengan seksama dan serius. Tidak ada yang sibuk sendiri, bermain sendiri atau pun tidur di kelas. Bu Kiara ini adalah tipe guru yang suka mengadakan kuis dadakan setelah pelajaran yang ia berikan selesai. Jadi mereka semua harus bisa memahami setiap pelejaran yang beliau berikan kalau tidak ingin mendapatkan nilai yang rendah.

Pelajaran berlangsung selama kurang lebih 75 menit. Berhubung materi fisika hari ini materi yang dibahas cukup banyak, makanya Bu Kiara tidak mengadakan kuis. Semua orang mengucap syukur dalam.

"Tapi Ibu akan memberikan tugas individu untuk kalian semua!" seru Bu Kiara membuah bungah di hati murid-muridnya hilang.

"Yah," seru semua murid mengeluh. Tugas lagi, lagi lagi tugas.

Bu Kiara tersenyum geli melihat murid-muridnya yang mengeluh. "Tugasnya gampang kok, kalian cukup mengerjakan kuis yang akan saya kirim lewat google class. Semua rumusnya ada di buku ini, jadi kalian tinggal menyalinnya saja. Dan kalau kalian masih bingung, kalian bisa chat atau telfon ibu. Nanti ibu bantu ngerjainnya." Bu Kiara mengacungkan buku di tangannya ke udara supaya semua murid dapat melihatnya. "Nanti saya foto dan saya kirimkan ke grub kelas. Kalian tinggal mencari bukunya di perpustakaan. Tugasnya harus kalian kumpulkan minggu depan."

"Baik, Bu!" seru semua murid dengan lesu.

"Ya sudah, saya akhiri pelajaran hari ini. Selamat istirahat," ujar Bu Kiara sebelum keluar kelas.

"Selamat istirahat juga ibu guru cantik!" teriak Lukman dari pojokan. Celotehannya barusan mengundang tawa dari semua teman teman sekelasnya.

"Va, temenin gue ke ruang klub mading di lantai 2 dong. Gue harus nyerahin tugas gue buat materi mading minggu ini," celoteh Winta pada Lova.

"Ya udah yuk! Sekalian refreshing. Kepala gue cenat cenut mikirin rumus dan angka pelajaran Bu Kiara tadi," sahut Lova tersenyum senang. "Lo nggak ikut, San?" tanya menoleh ke samping, dimana Sana tengah merapikan buku bukunya.

"Enggak, deh. Gue mau ke perpus aja nyari buku fisika. Kapan-kapan kita kerjain bareng, biar gue aja yang pinjam," celoteh Sana menggeleng pelan.

"Wih, rajin banget sih Lo!" seru Lova tersenyum cerah. "Tapi gue setuju sih," imbuhnya kemudian.

Lova dan juga Sana segera pergi ke ruang mading sedangkan Sana pergi ke perpustakaan sendirian.

Sana berjalan menelusuri lorong perpustakaan dalam diam, sesekali melihat ke sekitar dimana hanya terdapat beberapa anak yang berseliweran. Tidak banyak memang yang tertarik ke perpustakaan, kalau pun ada mungkin di area novel dan komik. Ia berjalan di deretan buku pelajaran. Menelusuri rak-rak berisi buku-buku dengan judul dan pengarang yang berbeda-beda.

Gadis itu tengah mencari buku fisika yang akan ia gunakan untuk mengerjakan tugas. Bergerak dari satu rak ke rak lain. Sampai akhirnya ia ketemu dengan buku yang ia cari. Buku itu ada di rak nomor dua dari atas blok 234c.

Sana berusaha menggapai buku tersebut. Ia bahkan sampai berjinjit namun tetap saja ia tak bisa meraih buku tersebut. Sangat sulit mencapai buku tebal itu karena jaraknya yang tinggi. Saat ia berusaha menggapai buku itu, dari arah belakangnya ada sebuah tangan yang terulur ke atas dan mengambil buku tersebut.

Sana sontak menoleh ke belakang dan tubuhnya nyaris menabrak tubuh Naka karena jarak mereka yang cukup dekat. Gadis itu menatap mata Naka yang tengah menunduk menatapnya.

"Lo perlu buku ini buat tugas dari Bu Kiara?" tanya Naka seraya menyerahkan buku di tangannya kepada Sana.

"Hehm," gumam Sana sembari menerima buku tersebut. "Makasih," ucapnya pelan.

Sana hendak pergi namun Naka mencegahnya. Gadis itu berbalik badan dan menatap Naka tak mengerti.

"Gue perlu jelasin sesuatu sama lo," ucap Naka menatap Sana serius.

"Apa?" tanya Sana tanpa ekspresi.

"Gue..."

"Nak!" Seruan dari seseorang di ujung lorong membuat mereka berdua menoleh ke arah suara tersebut.

"Kalian ngapain di sini?" tanya Baja heran.

"Gue mau pinjam buku," sahut Sana cepat. Gadis itu mengacungkan buku di tangannya ke udara supaya Baja dapat melihatnya. "Eh, gue balik ke kelas duluan ya," imbuhnya kemudian berlalu pergi.

"Lo sendiri ngapain, Ka?" tanya Baja pada Naka. Bukan apa apa nih. Ada dua hal yang akan dilakukan Naka jika sudah ada di perpustakaan. Pertama, nyari buku. Kedua, tidur. Jadi Baja perlu mengkonfirmasi apa yang dilakukan oleh Naka hari ini.

"Gue juga nyari buku. Inget tugasnya Pak Wiratama nggak lo?" celoteh Naka kembali menelusuri rak-rak buku untuk mencari buku yang ia butuhkan.

"Oh, iya. Gue lupa! Deadlinenya 3 hari lagi, 'kan?" seru Baja panik. Teringat dengan tugas yang diberikan oleh guru Biologinya yang killer. "Gue mau pinjem juga," serunya kemudian menyusul Naka.

*****

Jangan lupa guys! Komen dan juga kasih review yaa..

Jangan lupa mampir ke cerita saya yang lainnya.

1. Not a CLassic Wedding

2. Jodoh [Aku yang Memilihmu], Partner In Crime [Sequel Jodoh [Aku yang Memilihmu]]

3. Black Tears

4. Selingkuhan

5. Merakit Perasaan

6. Cinderella Scandal's : I'am CEO, Bitch!

Dukung terus anak anak saya yaa....

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semuanya yang sudah mengikuti cerita ini sampai sejauh ini. Nunggu upnya luama banget, jangan lupa tab love terus komen ya guys. Biar anak saya rankingnya semakin naik. Saya jadi tambah semangat buat nulis kalau rangkingnya naik. wkwkwkwk

PYE! PYE!

Note : Saya akan lebih sering up lagi lho, stay tune....