Adel keluar dari ruangan Prof. Burhan dengan wajah sembab. Dadanya masih bergemuruh mengingat Yusuf, kata - kata yang baru saja dia dengar dari Prof. Burhan masih membuatnya kesal.
Mereka berdua adalah kedua orang tua dari Yusuf, tapi kenapa mereka tidak bisa menjawab pertanyaan dari Adel? Kekesalan Adel bertambah karena dia tidak bisa mendapatkan informasi tentang Yusuf padahal statusnya adalah tunangan dari Yusuf.
Adel melangkah menuju kantin, perutnya sudah terasa lapar sekali karena memang dia belum makan sama sekali sejak kemarin malam. Adel merasa nafsu makannya turun drastis, rasanya selalu malas hanya untuk memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Adel malah memilih untuk tidur daripada makan, karena rasa makanan itu semua akan terasa hambar setelah masuk ke dalam mulutnya.
"Aduh yang katanya punya tunangan tapi belum lama tunangan sudah ditinggalin!" Ledek Rania.
Adel hanya memutar bola matanya mendengar apa yang dikatakan oleh Rania. Bukan hal baru lagi kalau Rania membenci Adel, dan selalu suka membuat Adel kesal dengan ulahnya yang luar biasa bagi Adel.
"Eits! Dia pura-pura tuli guys! Kira-kira ini orang hanya pura-pura bertunangan nggak sih ya? Atau kebanyakan ngehalu?"
Adel mengepalkan tangannya dengan keras sambil terus berlalu, Adel menebalkan telinganya juga agar kata-kata Rania tidak masuk ke dalam hatinya. Berkali-kali Adel mengucap istighfar agar tidak terpancing emosi dengan ulah Rania yang semakin menjadi.
"Guys, sepertinya dia pakai kerudung ini untuk menutupi telinganya yang hilang. Lihat saja, selain tidak punya malu dia juga sekarang tidak punya telinga!" Imbuh Rania.
Teman-teman dari gadis itu tertawa meledek Adel yang sedang mengantri makanan, sejak Adel masuk ke dalam kantin Rania mengikuti Adel kemanapun Adel melangkah.
Rania tidak berhenti disitu saja, melihat tidak ada tanggapan dari Adel membuat Rania merasa kesal. Rania menghadang Adel saat Adel mau mencari tempat untuk menikmati pesanannya.
"Eits! Kamu mau kemana?" Tanya Rania. Tangannya dia rentangkan untuk menghalangi Adel melewati dia.
Adel hanya melirik Rania, dia sama sekali tidak ingin mencari masalah dengan wanita yang ada di depannya ini apalagi disini masih dalam lingkup kampus.
Sekitar Adel dan Rania sudah banyak sekali mahasiswa dan mahasiswi yang penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh Adel dan Rania, ada juga yang sudah menyiapkan kamera ponselnya untuk merekam kejadian pertengkaran Rania dengan Adel.
Sebenarnya semua mahasiswa sudah tau kalau sejak awal Rania lah yang selalu mencari gara-gara dengan Adel meski Adel tidak menanggapinya. Adel adalah mahasiswi yang selalu mendapatkan perhatian dari para dosen karena kepandaian yang dimiliki otaknya dan juga dengan para senior-senior pria karena kecantikan Adel yang natural membuat semua orang terpikat.
"Mau kamu sebenarnya apa? Tidak bosan kamu selalu menggangguku? Apa tidak ada pekerjaan lain yang bisa kamu lakukan, misalnya belajar begitu? Biar nilai - nilai kamu itu bisa bagus dan tidak remidi terus," Ucap Adel dengan suara sedikit keras agar seluruh mahasiswa yang ada di dalam kantin ini mendengarnya.
"Kamu! Memangnya kamu tau kalau nilai ku jelek dan selalu remidi?"
"Jelas tau lah, aku tau seluruh nama - nama yang sering remidi saat ujian semester karena akulah yang merekap semua itu. Jangan blagu jadi orang, ingat di atas langit masih ada langit!" Jawab Adel dengan hati dongkol.
Rania mendengus karena mendengar ucapan Adel yang lancang mengatakan dirinya selalu melakukan remidi. "Kamu itu tidak tau apa-apa, buktinya aku tidak pernah melakukan remidi. Dasar pembohong! Persis seperti kamu yang berbohong dan mengatakan kalau kamu bertunangan dengan kak Yusuf."
Lagi-lagi itu yang dibahas oleh Rania. Kesal dan marah membuatnya ingin sekali berteriak di depan wajah Rania agar wanita di depannya ini tidak bisa lagi menyepelekannya.
"Kamu tidak pernah remidi? Hebat sekali?" Ucap Adel sambil bertepung tangan. "Kalau begitu, aku boleh bukan mengatakan semua nilai-nilai kamu sebelum rayuan kamu dan video kemesraan kamu dengan para dosen itu aku sebar?"
Bisikan Adel membuat mata Rania langsung melotot mendengar ancaman Adel, Rania sendiri tidak pernah tau kalau semua yang dia lakukan kepada para dosen untuk bisa mendapatkan nilai bagus tanpa lagi melakukan remidi ada yang mengabadikannya.
"Sialan kamu! Aku yakin kalau kak Yusuf memang tidak menyukai kamu yang sok cantik dan sok pintar seperti ini." Pancing Rania.
"Hei! Jangan salah, orang sok cantik dan sok pintar ini mendapatkan beasiswa penuh untuk kuliahnya lo!" Ejek Adel semakin menjadi-jadi.
Kata-kata Rania sudah sering di dengar Adel selama dia menimba ilmu di kampus ini. Rania selalu kalah dari Adel yang berpenampilan biasa saja dan dengan sangat jelas banyak sekali pria yang menginginkan Adel menjadi kekasihnya.
Banyak pria yang membicarakan tentang Adel tapi tidak ada satupun yang menjadi kekasih Adel, sampai sosok Yusuf yang datang dan bertemu dengan Adel, langsung melangsungkan lamaran.
"Aku beritahu kepada kamu ya, jangan terlalu dengki dan iri dengan yang lainnya daripada kamu mendapatkan balasan yang sangat luar biasa dengan kedengkian yang kamu tanam ini saat semuanya berakhir," Ucap Adel setengah memberikan nasehat.
Rania memutar bola matanya, bosan dan jengah mendengar Adel yang selalu berkata baik karena bagi Rania apa yang dilakukan Adel hanyalah sebuah kamuflase, Adel tidak sebaik itu.
"Kamu mau ceramah mentang - mentang sekarang sudah memakai kerudung? Begitu? Jangan sok suci kamu!" Bentak Rania.
"Sok suci bagaimana? Memang kamu saja yang buruk sehingga pikiran kamu selalu buruk kepada orang lain. Yasudah lah! Aku mau makan dan jangan ganggu aku, kamu sudah membuat nafsu makan ku berkurang," Ucap Adel. Adel memilih untuk berbalik arah dan mencari tempat duduk yang lain saja daripada harus berdebat dengan Rania yang tidak memiliki faedah sama sekali.
"Kamu takut ya berhadapan denganku?" Ejek Rania.
Adel menghentikan langkahnya lalu berbalik. "Takut? Tidak salah itu? Aku tidak pernah takut kepada siapapun kecuali kepada Tuhanku, dan kalau aku menghindari kamu bukan berarti aku takut, aku hanya malas saja meladeni orang seperti kamu yang tidak ada manfaatnya sama sekali."
Rania semakin kesal, kedua tangannya mengepal erat mendengar kata-kata Adel. Adel membalikkan tubuhnya kembali menuju tempat yang akan dia gunakan untuk menikmati makanan yang berada di atas nampan yang dia bawa.
"Aku belum selesai dengan kamu, PELACUR!" Teriak Rania penuh emosi.
Adel merasa telinganya sudah panas dan ingin sekali menampar wajah Rania sekarang juga tetapi semua itu akan membuat pakaiannya percuma, jilbab yang dia gunakan akan ternodai jika dia membalas perkataan Rania dan meladeninya.
"Heh, lihatlah kalian semua! Seorang pelacur akan biasa saja jika dipanggil sesuai dengan pekerjaan yang dia jalani, kalian semua melihatnya bukan?" Teriak Rania sambil menunjuk Adel yang tetap dia di tempat duduknya.
"Biasanya pelacur yang selalu berteriak pelacur, diam karena tidak merasa melakukan apa yang dituduhkan."