webnovel

One Piece: Boundary Master (Penguasa Batas)

Sinopsis: Seorang pemuda terlempar ke dunia One Piece dengan ingatan yang masih utuh. Dan memanfaatkan berbagai pengetahuannya tentang One Piece dan juga kekuatan buah iblis untuk memanipulasi Batasan, dia akan memulai kisah petualangannya dan menggapai puncak! ==== ===== ====== ======= Catatan Penulis: Ini adalah pertama kalinya saya menulis fan-fiksi. Dan jujur saja, saya sendiri hanyalah pemula dan bukanlah seorang penulis yang baik sebenarnya. Ada beberapa/banyak kekurangan dalam fan-fiksi ini, jadi jangan terlalu banyak berharap ini adalah mahakarya yang luar biasa!

rtlps_360 · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
108 Chs

Chapter 21 - East Blue

3 hari berlalu sejak Muret menerima untuk ikut bersama Lepus dan Brisa.

Muret sudah selesai melakukan persiapan dan perpisahannya.

Lepus pun sudah memutuskan kemana tujuan mereka selanjutnya.

Siang ini, mereka telah berangkat dan pergi meninggalkan Notice.

Di tengah perjalanan, Muret bertanya pada Lepus.

"Kita akan pergi ke mana?"

Mendengar Muret yang tiba-tiba menanyakan kemana tujuan mereka, Lepus hanya menjawab singkat.

"... East Blue."

Mendengar jawaban Lepus, Muret cukup bingung dan terkejut.

"East Blue...? East Blue!?"

"Ya."

"Itu... Bagaimana caranya?"

Tidak aneh jika Muret menanyakan ini. Karena saat ini mereka berada di North Blue, sementara East Blue berada di sisi lain di balik dinding besar Red Line, jadi Muret cukup bertanya-tanya bagaimana mereka akan ke sana.

Melihat Muret yang bingung dan bertanya-tanya, Lepus hanya menjawab singkat dengan senyum.

"Heha... Nanti kau akan tahu. Tenang saja."

"Hmm... Baiklah."

~~~

Setelah beberapa lama berjalan, mereka berhenti.

"Kenapa berhenti?"

"Sudah cukup jauh dari keramaian. Kita ke pepohonan di sana."

"Untuk apa?"

"Tentu saja ke East Blue."

"Hah?"

"Sudah ikuti saja...."

Mereka pun kemudian sampai di tengah pepohonan yang rindang.

"Kita mulai...."

Lepus kemudian melambaikan tangannya membuka gap.

"Apa ini!?"

"Aku menyebutnya gap. Nanti akan kujelaskan. Muret, Brisa, genggam tanganku. Kita masuk."

""Um.""

Mereka pun memasuki gap dan kemudian Lepus menutupnya.

Tak lama kemudian, Lepus kembali membuka gap.

"Sudah sampai. Kita keluar."

Setelah mereka keluar dari gap, yang mereka lihat adalah mereka berada di suatu tebing dekat laut.

Muret kemudian bertanya.

"Di sini... East Blue?"

"Benar. Tepatnya di Desa Cocoyasi, Kepulauan Conomi."

Muret tentu tidak mengerti meskipun Lepus mengatakan ini dimana. Tapi Muret lebih penasaran bagaimana caranya mereka bisa sampai disini.

"Bagaimana bisa?"

"Aku pernah mengatakan kalau aku memakan buah Kara Kara no Mi, kan? Dan aku bisa membuat tubuhku menjadi hampa seperti hanya ilusi kan?"

"Um."

"Sebenarnya, kekuatan sejati dari buah itu adalah bisa memanipulasi Batasan."

"Batasan?"

"Benar. Hampir segala hal memiliki batasan dan aku bisa memanipulasinya. Misalnya, aku membuat tubuhku menjadi hanya seperti ilusi, tapi sebenarnya aku hanya memanipulasi Batasan Realita-Fantasi. Dan yang baru saja kulakukan, aku bisa membuka robekan ruang yang kusebut gap itu dengan memanipulasi Batasan Ruang-Hampa. Dan dengan gap itu juga bisa berpindah dari tempat yang letaknya berjauhan dengan memanipulasi Batasan Jauh-Dekat. Karena itulah kita bisa berpindah dari North Blue ke East Blue dalam waktu singkat. Selain itu, aku juga bisa memanipulasi batasan-batasan lain seperti Terang-Gelap, Panas-Dingin, Berat-Ringan, Cepat-Lambat, dan lain-lain."

"Itu!? Itu sangat mengerikan!"

Lepus hanya tersenyum melihat reaksi tercengang Muret.

"Sebaiknya kita tidak menggunakan kekuatan kita di hadapan orang lain selain kita bertiga sendiri, mengerti?"

""Um.""

Muret dan Brisa mengangguk.

Kemudian Lepus berjalan sambil tetap menggenggam tangan Brisa dan Muret.

Setelah beberapa lama berjalan, mereka sampai di sebuah tempat yang sepertinya adalah kebun. Kebun jeruk lebih tepatnya, dengan sebuah rumah yang tak jauh dari sana.

Melihat kebun jeruk ini, di dalam hati menyadari sesuatu.

(Kebun jeruk? Berarti....)

Kemudian, Lepus membawa Brisa dan Muret menghampiri seseorang yang tampak sedang memanen di tengah kebun jeruk ini.

Setelah lebih dekat, sosok itu ternyata adalah seorang wanita.

Wanita itu memiliki penampilan yang cukup nyentrik dengan kepala berambut merah model mirip mohawk.

Melihat ada 3 orang asing yang jelas menghampirinya, wanita itu menatap tajam.

Lepus kemudian dengan senyum berkata pada wanita itu.

"Selamat siang. Kau Bellemere, kan?"

Benar. Wanita itu adalah Bell-mere. Ibu angkat dari Nami dan Nojiko.

Bellmere kemudian bertanya balik dengan curiga.

"Siapa kalian?"

"Namaku Lepus, Rex Lepus. Dan dua gadis ini, yang besar Muret dan yang kecil Brisa.

"Aku tidak kenal kalian."

"Kau tidak tahu kami, tapi aku tahu kau, Bellmere. Mantan Marine. Pensiun dan pulang kampung setelah suatu pertempuran dan membawa serta dua gadis kecil dan menjadi ibu angkat mereka. Jangan tanya aku tahu darimana."

Bell-mere dengan mengernyit kemudian kembali bertanya.

"Siapa kau sebenarnya?"

"Hmm.... Jika kau menanyakan itu, aku akan jawab.... Bajak laut."

Mendengar jawaban Lepus, Bellmere terkejut dan bersikap waspada.

"Bajak laut!? Apa mau kalian!? Kenapa kalian datang kesini!?"

"Tenanglah, Bellmere-san. Kami tidak kesini untuk niat buruk."

"Kenapa juga aku harus percaya bajak laut!?"

"Karena bajak laut juga manusia. Ada yang buruk juga ada yang baik. Benar, kan?"

"...."

Bellmere terdiam sesaat.

Setelah sedikit lebih tenang, Bellmere kembali bertanya.

"Apa tujuan kalian kesini?"

"Hmm.... Sebenarnya tidak ada. Tujuan utamaku adalah tempat lain di East Blue ini. Tapi itu masih nanti. Aku tak buru-buru. Jadi kami ke desa ini untuk... anggap saja istirahat sejenak."

"'Di East Blue ini'? Kalian bukan dari East Blue?"

"Benar. Kami dari North Blue. ... Jangan tanya bagaimana kami bisa datang kesini."

Kemudian dengan agak ragu-ragu, Bellmere bertanya.

"Berapa... nilai Bounty kalian?"

"Nilaiku 20,000,000 B."

"20 juta...."

Bellmere kembali terdiam.

Itu karena dia tahu di East Blue ini rata-rata nilai buronan hanya 3 juta!

"Bellmere-san, seperti yang kukatakan, kami tidak kesini untuk membuat masalah. Kau bisa melaporkan kami ke Marine jika kami melakukannya. Kami berjanji."

"Itu.... Baiklah. Akan ku pegang janjimu!"

Lepus dan lainnya akhirnya bisa merasa lega.

"Baguslah. Lalu... Apa ada rumah dijual atau disewakan di desa sini?"

"Rumah?"

"Ya. Kami akan tinggal di desa ini untuk beberapa waktu."

"Hmm.... Baiklah akan kuantarkan ke desa setelah ini."

~~~

"Bellmere-san!"

Tak lama setelah Lepus mencapai sepakat dengan Bellmere, terdengar suara seruan dari gadis kecil.

Kemudian dari kejauhan, terlihat ada dua gadis kecil yang berlari menghampiri mereka.

Dua gadis kecil itu masing-masing memiliki rambut berwarna jingga dan biru-keunguan.

Melihat mereka berdua, Lepus tidaklah terkejut. Karena dia tentu tahu mereka adalah Nami dan Nojiko, dua gadis anak angkat Bellmere.

Bellmere tersenyum melihat mereka datang.

"Nami, Nojiko kalian sudah pulang?"

Nami dan Nojiko mengangguk. Tapi kemudian mereka menyadari ada orang tak dikenal di sini dan mereka pun bertanya-tanya.

"Un? Bellmere-san, itu... mereka siapa?"

"Mereka...."

Bellmere ragu-ragu dan tak tahu bagaimana harus menjelaskan.

Lepus pun dengan tersenyum pada Nami dan Nojiko, menjawab.

"Halo, Nami-chan, Nojiko-chan! Namaku Lepus. Dan ini Muret serta Brisa."

"Halo, aku Muret."

"Namaku Brisa."

Lepus dan lainnya memperkenalkan diri.

Kemudian Lepus berkata pada Bellmere.

"Bellmere-san, sekarang sudah hampir waktunya makan siang, bagaimana kalau kita semua makan siang bersama? Lagipula kau bilang akan mengantar kami ke pusat desa. Sekalian kita makan di restoran atau semacamnya di sana. Tenang saja, aku yang traktir."

"Itu... Baiklah."

Mereka pun kemudian pergi menuju ke pusat desa Cocoyasi.