webnovel

Memastikan

Bagi Raza moment itu sangat berarti karena bisa menghabiskan liburan berdua bersama Tiara di suatu tempat yang masih hijau sejauh mata memandang.

-Flashback On-

"Za, fotoin gue dong," pinta Tiara pada Raza yang sedang asyik memotret pemandangan di sekitarnya, "ZA!!"

"Iya tunggu dulu dong, sebentar." Satu jepretan berhasil diabadikan oleh Raza kemudian mengambil handphone yang sudah disodorkan sedari tadi oleh Tiara.

"Yang bagus, bentar gue gaya dulu," ucap Tiara mengatur pose terbaiknya yaitu menangkupkan wajahnya dengan kedua tangannya sambil tersenyum.

Raza menyembunyikan senyumnya melihat Tiara berpose seperti itu, baginya kini Tiara terlihat imut dan cantik. Raza mengambil beberapa jepretan Tiara dengan pose berbeda-beda.

"Sini Za, foto bareng," ajak Tiara pada Raza.

Raza pun tidak menolak dan tersenyum bahagia saat mulak mengambil gambar dirinya dan Tiara.

-Flashback Off-

Ddrrtt.. ddrrtt. ddrrtt..

Getaran handphone membuyarkan lamunan Raza dan membaca nama yang memanggil dirinya. Be Mine.

Raza menyimpan nomor Tiara dengan nama be mine karena Raza ingin sekali Tiara menjadi miliknya. Sudah lama Raza memendam perasaan pada Tiara tetapi selalu dianggap lelucon oleh Tiara sehingga Raza lebih memilih menyimpannya sampai Tiara mengerti dan melihat perasaan Raza sesungguhnya itu.

"Halo, Za. Lagi ngapain?" jawab Tiara saat Zabran menerima panggilannya.

"Abis mandi, ini mau rebahan. Pegel banget duduk seharian tadi," keluh Raza bermaksud mendapat perhatian dari Tiara.

"Oo mau rebahan. Yaudah lanjutin aja."

Tut.. tut.. tut..

"Ni anak maunya apa si, nelpon cuma buat ngomong gitu doang. Gabut banget lu, Ra," kata Raza heran sendiri.

Di kamar Tiara.

Tiara mengingat kejadian tentang bertemunya dengan penyejuk hati baginya yaitu Zaidan. Sosok yang mampu membuat Tiara tersenyum tanpa sebab dikala mengingat satu nama itu. Bahkan Tiara berharap bisa dekat dengan Zaidan bukan hanya sekedar bertemu saat ada acara di mushola ataupun pengajian.

Drrt.. ddrrtt.. ddrrtt..

Satu pesan whatsApp datang di handphone Tiara. Betapa terkejutnya saat membaca nama dari pesan itu.

Kak Zaidan: Selamat malam Tiara. Kakak ganggu kamu gak malam-malam whatsapp kamu.

Tanpa menunggu lama Tiara langsung membalas pesan dari Zaidan dibarengi dengan senyum di wajahnya.

Tiara: Selamat malam juga kak. Engga kok kak, aku baru selesai ngerjain peer.

Kak Zaidan: Mau ingetin jangan lupa ya hari minggu datang ke mushola.

Tiara: Iya kak, aku gak lupa kok.

Kak Zaidan: Hari sabtu bisa temenin kakak gak?

Deg...!

Satu pertanyaan yang membuat Tiara seperti sedang meletupkan kembang api di langit dengan berbagai warna. Satu pertanyaan yang mampu membuat otak Tiara bertraveling ria dan mengembangkan senyum dibibirnya. Sehingga Tiara bingung bagaimana cara membalas agar tidak ketahuan perasaannya. Tiara mengetik, menghapus, mengetik lagi dan menghapus lagi berulang kali.

Tiara: Kira-kira mau kemana ya, kak?

Kak Zaidan: Temenin kakak nyari makanan buat isi kotak snack.

Mendapat jawaban dari Zaidan terlihat sedikit rasa kecewa saat membacanya. Tiara pun langsung membalas pesan Zaidan dengan membalas dia bisa menemani Zaidan hari sabtu nanti.

____

Tok.. Tok.. Tok..

"Tiara, bangun nak. Udah jam setengah tujuh," ucap Sartika sambil mengetuk pintu.

"Iya mah, aku udah bangun. Ini lagi make seragam," saut Tiara dari dalam kamar.

Setelah memakai seragam putih abu-abu dengan rambut di kuncir kuda dan menyemprotkan parfum di tubuhnya sehingga menimbulkan wangi yang fresh. "Ok, perfect!"

Tiara keluar kamar dan langsung duduk di bangku meja makan serta menyapa selamat pagi kedua orang tuanya. Terdengar pintu rumah diketuk serta mengucapkan salam. Mendengar salam dari suara yang tidak asing, Tiara langsung bangun dari duduknya dan berpamitan pada kedua orang tuanya.

"Tumben udah rapi," kata Raza saat melihat pintu terbuka.

"Udah dari tadi kali, gue juga udah sarapan. Lu mau?" tanya Tiara sambil menunjukan sepotong roti berselai cokelat.

Raza menggigitnya tanpa memegang roti tersebut dan dibalas dengan tatapan tajam dari Tiara.

"Pegang sendiri lah, masa gue yang megang," ucap Tiara sambil memaksa Raza memegang rotinya.

Sesampainya di sekolah..

"Tiara, lu tau berita hari ini?" tanya Zia antusias saat melihat Tiara datang ke kelas.

Tiara menggeleng dan menghiraukan Zia yang terlihat antusias memberikan berita seperti mendapatkan lotre.

"Gue denger Ria nembak Raza," bisik Zia.

Tiara tidak terkejut justru dia merespon dengan tawa yang terbahak-bahak bahkan membuat semua siswa siswi yang di dalam kelas menoleh kearahnya. Tiara memukul-mukul pelan pundak Zia sambil tertawa tiada hentinya.

"Kok lu ketawa atau jangan-jangan lu jadian sama Raza."

"Enak aja lu," jawab Tiara cepat sambil menoyor kepala Zia, "Kaya baru kenala Raza lu, dia gak bakalan suka sama Ria."

Tiara mengatakan penuh penekanan dan percaya diri. Sebenarnya Tiara tau siapa yang Raza suka tetapi Tiara memilih untuk tidak mengetahuinya karena suatu alasan. Tiara lebih memilih berpura-pura dari pada harus berhadapan dengan statusnya nanti. Tiara lebih memilih zona aman dari pada zona bahaya. Bagi Tiara status sahabat sudah membuatnya nyaman dan bebas melakukan apapun dengan Raza.

Tidak ada kata canggung, marah, iri, sirik, cemburu dan kata buruk lainnya. Tiara lebih memilih kata nyaman sebagai sahabat dari pada harus merubah statusnya dengan Raza.

"Ngomongin gue ya!" kata Raza mengagetkan Tiara yang terlihat berpikir.

"Apaan si lu, Za!" jawab Tiara tidak terima.

"Muka lu serius banget, kenapa si?" tanya Raza sambil duduk di bangkunya.

Tiara merubah posisi duduknya menghadap belakang dan mulai bertanya pada Raza, "Lu suka sama Ria?"

"Gue?" jawab Raza tanpa melihat Tiara yang sedang bertanya.

Tiara mengangguk dan setia menunggu jawaban dari Raza, meskipun sudah tau jawabannya tetapi Tiara ingin memastikan.

"Kalo gue suka kenapa?" pancing Raza.

"Oh, lu suka. Ya gak papa," jawab Tiara terkejut dan merubah raut wajahnya menjadi datar serta merubah posisi duduknya seperti semula.

Zia yang melihat perubahan sikap Tiara menyipitkan matanya, seakan bertanya dalam tatapannya itu. Zia berpikir ada sesuatu yang tidak dia ketahui sendiri lalu melotot ke arah Raza sekilas.

Tidak lama kemudian guru pelajaran pertama masuk ke kelas dan memulai pelajarannya. Semua siswa siswi fokus ke arah guru yang sedang menerangkan pelajaran. Lain halnya dengan Tiara, tatapannya mengarah ke paapn tulis tetapi pikirannya entah berada dimana. Tiara sibuk memainkan pulpen di tangan kanannya, jika di teliti Tiara seperti orang yang sedang melamun.

"Sampai sini kalian paham?" tanya bu guru kepada siswa siswinya.

"Paham bu," jawab siswa siswi kompak.

Tiara terkejut dan kembali sadar saat bu guru bertanya seperti itu lalu menjawab asal mengikuti siswa siswi lainnya. Zia langsung menyikut lengan Tiara karena mengetahui teman sebangkunya tidak memperhatikan pelajaran terlebih mendengar hembusan napas panjang yang dikeluarkan Tiara.

"Tiara! Get up," kata Tiara dalam hati.