webnovel

Res please

Saga hari ini mengendarai mobilnya menuju apartemen Vinny. Sejak tadi ia kesal sendiri, apalagi saat Reres meninggalkan dirinya dan terlihat begitu bahagia. Setelah memarkir mobil sang CEO segera berjalan ke luar menuju lantai enam, lalu berjalan menuju kamar sang kekasih. Tadi, Reres sudah menghubungi dan ia tau pasti Vinny kini telah menunggu. Setelah sampai di depan pintu, Saga segera menekan bel masuk. Tak lama pintu terbuka menunjukkan sosok Vinny yang kini masih mengenakan pakaian tidur.

Saga segera masuk disambut pelukan dan kecupan mesra dari Vinny. Keduanya segera berjalan masuk, Saga duduk di ruang tengah sementara Vinny duduk di sampingnya.

"Ada sesuatu sampai kamu ke sini pagi-pagi begini?" Tanya gadis itu.

Saga menatap Vinny, sejujurnya dari semua gadis yang ia kencani, Vinny lah yang cukup bisa mengerti dirinya. "Aku rasa hubungan kita sudah harus diakhiri."

"Kamu sudah mulai bosan sama aku?" tanya Vinny.

Saga anggukan kepala. Sejak awal ia menjalin hubungan dengan Vinny, pria itupun sudah mewanti-wanti kalau ia lekas bosan dan semua gadis yang ia pacari harus siap di putuskan kapan saja. Vinny cukup mengetahui dengan ini meski sedikit terluka karena ia benar-benar menyukai Saga.

"Lauren?"

"Aku juga akan ngomong ke dia setelah ini."

"Okey, aku enggak masalah meski sedikit sakit hati karena aku tulus sayang sama kamu." Jawab Vinny.

"Sorry," sesal Saga.

"Hmm, dari awal aku udah tau kalau hubungan ini akan berjalan singkat. Karena kamu juga udah katakan itu dari awal. Harusnya aku enggak terlalu kecewa dan enggak pakai perasaan cukup menikmati apa yang kita lakukan di ranjang." Vinny benar-benar kecewa. Hanya saja, ia tak ingin larut dalam kekecewaan. Pasalnya Saga sudah memberitahu dari awal kalau ia akan memutuskan hubungan kapan saja.

"Maaf, aku juga enggak tau kenapa kau jadi kaya gini."

Vinny tatap pria di hadapannya, Saga terlihat kesal sejak pertama kali datang. "Kamu kesel or something? Aku lihat kamu kaya lagi marah."

"Sedikit, tadi Reres malah pergi sebelum dia selesaikan kerjaan." Jawab Saga lalu merebahkan diri ke sofa.

Vinny anggukan kepala, ia menatap Saga yang baru kali ini terlihat gelisah. "Hmm, aku mau tanya deh kamu dan Reres itu teman sejak kecil?"

Saga mengangguk. "Aku udah kasih tau kamu kan?"

"Iya, aku cuma penasaran aja. Apa kamu juga melakukan hubungan seperti kita sama dia? Maksud aku, kalian tuh ada something spesial gitu enggak sih? Jujurly, terakhir kita ke Bali kamu banyak bahas dia." Vinny mengungkapkan.

"Aku bahas Reres?"

Vinny anggukan kepala. "Kamu bahkan minta aku tahan desahan karena takut kedengaran Reres. Kamu bilang itu ke aku. Seolah kamu mau jaga perasaan dia."

"Big no lah, aku kebetulan aja ngomong kaya gitu. Hmm? Kamu kecewa?"

Vinny merubah posisi duduknya menjadi menyamping menatap Saga yang kini juga menatapnya. "kecewa sih enggak. But i think, masuk akal banget kalau kamu jatuh cinta sama Reres."

"Aku jatuh cinta sama Reres?" Saga bertanya dengan nada iklan sampo yang khas.

"Hahaha, serius aku tuh suka mikir gitu sih. Apalagi kalian sama-sama terus. Dia perempuan yang tau segalanya tentang kamu, layanin kamu, nemenin kamu saat kamu down, dia tuh lebih ke istri sih daripada baby sitter menurut aku."

"Vinny please, enggak mungkin lah. Reres tuh sahabat dan enggak bisa aku jatuh cinta sama dia. Udah lah, aku mau ke Lauren. Aku makasih untuk apa yang kita lewati selama ini."

Saga segera bangkit, Vinny mengikuti lalu memeluk dan mengecup kedua pipi Saga. Ia lalu mengantarkan mantan kekasihnya itu ke luar dari apartemen.

"Aku kirim sedikit uang ke tabungan kamu untuk shopping." Saga memberitahu.

"Thanks." Ucap Vinny.

Setelah selesai urusan dengan Vinny, Saga segera menuju apartemen Lauren. Lauren tak jauh beda dengan Vinny ia bisa menerima apa yang Saga inginkan. Sejak awal Saga sudah mengatakan kalau ia lekas bosan dan wanita-wanita yang ia kencani harus siap di putuskan kapan saja. Lauren menerima saja, apalagi sejak awal Saga lebih terlihat condong ke Vinny dibandingkan dirinya.

Saga kembali saat hari cukup larut karena ia mampir ke beberapa tempat sebelum kembali pulang. Lalu kini perbincangan tentang Reres bersama Vinny sebenarnya kini jadi menganggu dirinya. Apa ia benar menyukai Reres? Apa ia mencintai Reres? Jika jawabannya tidak. Mengapa ia begitu kesal karena gadis itu pergi bersama Hari? Kenapa ia kehilangan rasa bersama Vinny saat mereka seharusnya adu ranjang?

Saga memarkirkan mobil, lalu berjalan cepat menuju kamar belakang dan segera masuk ke kamar Reres. Gadis itu kini menatap saga dengan terkejut, tadinya ia tengah mengeringkan rambut. Kegiatannya terhenti saat pria itu berjalan masuk lalu duduk di samping tempat tidur.

"Gimana lancar?"

Reres anggukan kepala sambil menatap Saga dari cermin. "Lo mau mandi?"

"Hmm, gue mau di sini dulu." Saga melepaskan sepatunya dan kini rebah di tempat tidur.

Reres membalik posisi duduknya, menatap Saga yang tertidur sambil menatapnya. Saga memerhatikan Reres yang kini sudah mengenakan piyama polos berwarna pink, Reres memang manis memiliki kulit yang putih, meskipun ia gemuk Reres punya tatapan sayu yang cantik. Saga menepuk kasur meminta Reres berjalan mendekat. Gadis itu menurut lalu duduk di samping Saga. Sementara Saga bangkit lalu duduk buat ia dan Reres saling menatap.

"Gimana sama Haris tadi?"

Reres tersenyum, "seru, ternyata enak juga ya pergi sama temen tuh. Mungkin gue bakal sering jalan-jalan sama Mas Haris setelah ini."

Saga telan saliva, jantungnya bergemuruh, ia jadi begitu kesal mendengar nama Haris diucapkan oleh Reres dengan cara yang seperti ini. Seolah ia begitu mengagumi laki-laki itu.

"Lo udah test kehamilan?" Saga bertanya dengan wajah yang serius.

"Belum," jawab Reres.

"Belum ada tanda-tanda mual atau sebagainya?" Tanya Saga lagi.

"Belum juga, kenapa?"

Saga menyentuh wajah Reres, buat gadis itu menjauhkan sedikit tubuhnya. Reres menolak tentu saja, ia tak ingin ada lagi hubungan fisik di antara dirinya dan Saga. Apalagi ini di rumah.

"Gue mau cium Lo, boleh?"

"Enggak, udah enggak boleh ada hubungan diantara kita."

"Kenapa?"

"Ya karena kita itu beda, Lo atasan dan gue bawahan. Gue juga memang ingin punya anak. Dan kalaupun ini jadi anak kita. Gue harap Lo tetap bungkam."

"Proses hamil itu enggak sekali langsung jadi tau." Saga berucap lembut buat Reres terdiam dan menatapnya.

"Lo kenapa?"

"Gue mau Lo. Hmm? Malam ini Res. Please."

Reres bangkit, menurunkan kaki Saga, lalu memakaikan sepatu dengan kesulitan. "Kita ke kamar Lo. Lo harus mandi, gue rasa Lo kesurupan."

Reres menarik tangan pria itu yang terlihat enggan, tapi tetap mengikuti Reres untuk berjalan ke arah kamar. Saga hanya mengikuti meskipun ia terlihat sedikit enggan. Sampai di kamar, Saga menarik Reres, memposisikan diri di hadapan gadis itu dan mengunci pintu.

Reres telan saliva, menatap Saga yang kini tepat berada di hadapannya. Saga mengusap wajah Reres, menyentuh bibir Reres.

"Gue harus buktikan sesuatu." Ucap Saga.

"Apa?"

"Cium gue," pinta Saga.

"Enggak," jawab Reres tegas.

"Gue masih meminta baik-baik Res, cium gue."

"Untuk apa?!"

"Untuk buktiin kalau gue enggak ada rasa sama Lo! Setelah hubungan kita yang terkahir."

Reres hela napas, ia juga tak ingin ada rasa dengan Saga apalagi ia sudah memantapkan hati untuk tak jatuh cinta pada pria manapun. Ia dengan cepat mencium bibir Saga, buat Saga cukup terkejut, tapi kemudian memejamkan mata. Reres lalu berniat melepaskan panggutan di antara mereka. Hanya saja Saga menariknya makin dalam. Mengecup, menggigit, melumat melakukan hal yang ia mau di bibir Reres. Reres lalu coba lepaskan, sedikit mendorong tubuh Saga.

Saga terengah. "Gue mau Lo, please."

"Enggak."

"Res, Lo enggak cinta kan sama gue? Anggap aja kita cuma partner in bed selama Lo belum hamil. Hmmm?"

"Ga—" ucapan Reres terputus saat Saga kembali menarik dirinya untuk mencium bibirnya lagi dan lagi.

Tentu saja semua sudah berbeda bagi Reres yang tak menampik kalau melakukan hubungan intim menjadi hal yang menyenangkan untuk dilakukan. Saga semakin kuat dan liar saat ia coba raba tubuh Reres. Reres mendorong tubuh Saga kemudian segera berusaha membuka pintu dan berjalan cepat ke luar meninggalkan Saga.

Saga kesal karena Reres menolaknya, membuat memukul dinding beberapa kali. Ia tak pernah ditolak dan kali ini rasanya menyebalkan sekali.