Briena berusaha mendoktrin otaknya untuk tidak melakukan hal konyol yang nanti akan disesalinya. Seperti kejadian kemarin saat ia lepas kontrol.
Lamunan Briena buyar lantaran suara decit pintu yang terbuka sedikit mengusiknya. Menatap pria gagah yang terpantul di kaca karena letak pintu yang berseberangan dengan meja rias di kamar itu.
"Apa yang membawamu kemari, Tuan Vian?" sapa Briena sinis pada pria yang sebentar lagi akan meminangnya itu.
"Aku harus memberitahumu aturan mainnya, jika kau ingin semuanya berjalan lancar," balas pria itu menatap tajam kedua mata milik Briena melalui pantulan kaca.
"Apa?"
"Tubuhmu," Vian berkata dengan raut wajah yang cukup serius. "Dari ujung kepala hingga ujung kaki adalah milikku... dan itu di mulai saat kau melangkahkan kakimu di depan penghulu nanti. Berlaku selama pernikahan ini berlangsung yang artinya itu selamanya," jelas Vian.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com