webnovel

Pesta Lajang 2

Hyun Jung membuatkan pesta di sebuah kamar hotel mewah untuk Brielle. Benar jika dia tak akan datang, tapi dia menyediakan banyak sekali penjaga untuk mengawasi pesta itu.

"Hanya akan ada sekitar 20 orang saja. Semua hanya teman dekat Brielle dan beberapa orang dari managementnya," jelas Hyun Jung melalui sambungan telepon.

"Baiklah, Tuan," jawab pengawal itu.

Pria berperawakan tinggi besar itu di bantu oleh beberapa anak buah yang berjaga lebih awal. Tak lama Brielle datang dengan seorang pengawal wanita yang calon suaminya pilih. Dia masuk dengan sebuah gaun malam super mewah. Riasan wajahnya juga sangat cantik, dipadukan dengan flower crown di atas kepalanya membuat Brielle terlihat seperti seorang ratu.

"Nyonya Muda sudah masuk, Tuan," kata pengawal.

Ternyata sebuah alat yang berada di telinga pria itu terhubung langsung dengan telinga Fabio yang berada di mansionnya. Sayup terdengar suara pengawal itu pada Brielle. Perempuan itu menatap ke arah pengawal dan beranjak pergi.

"Dia tak datang tapi dia memasang banyak sekali telinga di sini, apa bedanya dengan kau datang, Hyun Jung," umpat Brielle.

Tak lama berselang satu persatu tamu itu datang dan masuk. Semua menunjukkan sebuah id card yang mereka dapat dari kiriman paket Brielle. Hingga akhirnya Seo Yeon dan Hyo Shin sampai juga.

Pengawal itu langsung tertuju pada wajah canggung Seo Yeon. Dia meneliti dengan seksama wajahnya karena tampak sangat aneh.

"Tunggu, Nona," kata pengawal itu.

Hyo Shin menghentikan langkahnya dan menuju Seo Yeon.

"Tunjukkan id undanganmu," perintah pengawal.

Seo Yeon dengan luwesnya mengambil kartu itu dari dalam tasnya. Dia bersikap kemayu karena memiliki firasat akan terjadi sesuatu jika tak melakukan sebuah sandiwara.

Pengawal itu tampak sedikit bingung hingga akhirnya dia meloloskan Seo Yeon.

"Apa ada masalah?" tanya Hyun Jung dari seberang.

"Tidak, Tuan. Saya hanya sedang mencocokan undangan saja," jalasnya.

"Ada yang tak beres?" tanya bosnya lagi.

"Tidak, Tuan. Hanya saja saya merasa ada yang aneh, seorang perempuan berjalan dengan sangat canggung," jelasnya.

"Canggung?" tanya Yeon Su.

"Tenang saja, Tuan. Saya sudah pastikan aman," balas pengawal itu.

Sementara di sisi lain suasana mulai riuh. Ruangan yang bernuansa merah muda dan emas itu terlihat sangat indah. Dipadu dengan lampu beraneka warna membuatnya tampak sangat syahdu.

"Brielle," panggil Hyo Shin.

"Eonnie," lirih Brielle.

Keduanya saling memeluk, Brielle merasa sangat tersentuh dengan apa yang dia alami hingga dia bisa menitikan air mata. Saat keduanya sedang saling memeluk, Seo Yeon mendekat dan mengambil tangan Brielle dari pundak Hyo Shin.

Dia menggenggamnya erat, tapi Brielle belum sadar siapa yang datang memegang tangannya itu.

"Siapa dia?" batin Brielle.

Dia sedikit menepis karena merasa tak kenal. Merasakan tubuh Brielle yang sedikit berontak, Hyo Shin membisikan sesuatu pada wanita itu.

"Dia Produser Min. Jangan merasa canggung." Hyo Shin berbisik dengan hati-hati.

Mata Brielle menuju wajah pria yang berubah menjadi seorang wanita.

"Dia ingin bicara padamu," ujar Hyo Shin.

Brielle menganggukkan kepalanya. Wanita itu mencoba untuk tenang karena ada beberapa pengawal di depan pintu kamar itu.

Setelah melepaskan pelukan Hyo Shin, Brielle menuju pelukan Seo Yeon. Dia melihat dengan jelas setelah aroma parfum pria itu masuk menusuk hidungnya.

"Kau lakukan ini untukku?" tanya Brielle.

"Tentu saja, untuk siapa lagi?" sahut Seo Yeon.

"Terima kasih. Tapi mengapa kau harus datang? Mengapa tak menunggu semuanya ada kesempatan?" tanya Brielle lagi.

"Aku merindukanmu, Sayang," jawab Seo Yeon.

Brielle mengeratkan pelukannya. Dia menumpahkan rindu di hatinya pada pria itu.

"Ayo masuk dan bicara," ajak Brielle dan keduanya masuk ke ruang tidur.

Brielle mengunci pintu dan memberikan waktu berdua dengan Seo Yeon.

"Aku akan pergi setelah ini selesai. Aku tak tahan dengan penampilan ini," ujar Seo Yeon.

"Hm," balas Brielle.

Sementara dua orang sedang mencoba melepas rindu, Hyo Shin mengatur para tamu untuk sibuk dan tak ingat pada Brielle yang hari itu menjadi ratu pesta.

"Nikmati semuanya, kalian harus bersenang-senang di sini," ucap Hyo Shin.

Mereka semua berpesta kecuali Brielle. Dia masih berada di pelukan Seo Yeon saat ini. Mereka benar-benar saling merindu sehingga berusaha mencurahkan selagi memiliki kesempatan.

"Dia sudah menyentuhmu?" tabya Seo Yeon.

"Kau ini tanya apa? Mengapa menanyakan hal seperti itu?" desak Brielle.

"Aku hampir gila saat kau bergandengan tangan dengannya. Otakku selalu menjadi sakit saat membayangkan dirimu dijamah oleh pria itu," jelas Seo Yeon.

"Tidak. Dia sama sekali tak menyentuhku untuk bagian itu. Dia arogan, tapi dia begitu menghormati aku," jelas Brielle.

"Sungguh? Bukankah kalian tidur serumah?" tanyanya lagi.

"Kami sekamar, bahkan kami tidur dalam satu ranjang yang sama. Tapi dia sama sekali tak menyentuhku." Brielle menjelaskan.

Seo Yeon merasa tenang, kekhawatiran yang dia rasakan selama ini sia-sia.

"Tapi, bukankah dia akan segera menikahimu? Bahkan dia membuatkan dirimu pesta lajang," tanya Seo Yeon.

"Kau benar, aku tetap harus menikah dengannya. Maafkan aku," sebut Brielle.

"Tidak, Sayang. Ini bukan salahmu. Ini adalah salahku, seharusnya aku tak selenggah ini. Aku seharusnya menjagamu sampai akhir," balas Seo Yeon yang merasa ada yang tak beres dengan perasaan kekasihnya.

"Aku akan menikah dan benar-benar pergi darimu. Aku akan menjalani hidupku yang baru dengan berbagai rintangan yang akan menempaku. Aku berharap kau bisa hidup dengan baik," ujar Brielle.

"Bagaimana bisa aku hidup dengan naik tanpamu?" tanya Seo Yeon.

"Cobalah, kau pasti bisa," jelas Brielle.

"Pasti akan sangat sulit," balasnya.

"Bayangkan saja aku sedang bekerja di luar negeri. Bukankah dua tahun adalah waktu yang sempit?" tanya Brielle.

"Entahlah, tapi aku merasa aku akan mati tanpamu," jawab Seo Yeon.

"Aish, menyerah?" tanya Brielle.

Keduanya bicara empat mata tanpa jeda. Brielle mengatakan semuanya. Dia menjaga semua yang bisa dua jaga. Dia akan menikah dengan pria lain sementara hatinya masih terus tertaut pada Seo Yeon.

"Jaga dirimu baik-baik. Mungkin saja aku tak akan datang ke pernikahanmu sekali pun kalian mengundangku," ujar Seo Yeon.

Brielle menganggukkan kepalanya dan memeluk erat lagi pria itu. Dia merasa begitu sedih dan merasa ini adalah hal yang paling sulit baginya.

"Dia akan baik jika aku baik padanya. Aku menurut dan mengerti dia dan dia akan sangat baik padanya. Aku harus berpura-pura menikmati semuanya." Brielle menjelaskan.

"Setidak dia pria kaya sehingga tak membuatmu harus bekerja," sahut Seo Yeon.

"Kau benar, dia tak perhitungan jika tentang uang. Hanya saja ini tentang hati, dan kau tahu isi hatiku seperti apa," ujar Brielle.

"Aku mencintaimu," lirih Seo Yeon.

* * *