Ketika bell pulang sekolah berbunyi, ia buru-buru mengambil tasnya di kelas. Melangkah cepat menuju gerbang depan sekolah. Tak sedikit teman-temannya mengejek dan menjauh cepat ketika Cesa melintas. Ia hanya menunduk dan diam.
Ia menunggu bus di halte. Banyak orang menjauhinya membuatnya sadar kalau ia memang bau. Kala itu penumpang bus pun mengomelinya karena menganggu Indra penciuman mereka tapi supir bus tetap mengizinkan Cesa naik dan berdiri memegang pegangan bus.
Sampainya di rumah ia langsung berlari menuju kamar, mengunci dirinya. Badannya seketika jatuh ke lantai. Air matanya menetes satu garis. Ia menyeka air matanya.
TOK TOK TOK
Cesa mengelap wajahnya dengan cepat dan membuka pintu kamarnya.
"Kakak~"
Aluna Maharani Pasha - adiknya yang cantik berusia sebelas tahun. Yang selalu ia sayangi dan menurut padanya.
"Baju kakak kenapa?" tanya Aluna.
"Ah ini?! Tadi kakak jatuh, tutup hidung kamu soalnya tadi kakak jatuh di kubangan air," ucap Cesa meraih tangan Aluna untuk menutup hidungnya dan Aluna mengangguk.
"Kenapa kak Eca bisa jatuh? kakak gak liat jalan ya?" tanya Aluna.
Cesa tertawa "Bener, kok kamu tau. Iya tadi kakak gak liat terus jatuh" ucap Cesa yang sebenarnya berbohong.
"Kakak hati-hati ya lain kali, aku gak mau liat kakak jatuh lagi, nanti baju kakak kotor dan kakak bisa luka," ucap Aluna.
Cesa mengangguk "Iya.. kamu barusan pulang sekolah ya, ada cerita apa hari ini? kakak mau denger,"
Kebiasaan Aluna yang ke kamarnya adalah ingin menceritakan semua yang terjadi di sekolahnya. Bocah cantik itu sangat antusias menceritakan semuanya pada Cesa sampai lupa melepas kaus kakinya.
"Aku mau cerita sama kakak ~"
"CESA BURUAN KE SINI, ANGKAT JEMURAN DI DEPAN,"
Cesa maupun Aluna diam menatap satu sama lain. Cesa beranjak berdiri.
"Ceritanya lanjut nanti ya, kakak mau angkat jemuran, kamu salin baju dulu okey," ucap Cesa.
"Iya, kakak jangan lama-lama ya," ucap Aluna mengangguk dan pergi keluar kamar.
Cesa merapikan dirinya lalu keluar kamarnya menuju tempat lani - Mama nya berada.
Lilani Urzan Pasha - Mamanya yang memiliki sifat dingin padanya.
"Maaf, Ma, tadi Cesa jatuh," ucap Cesa karena Lani melihat dirinya.
"Kamu mau angkat baju dengan pakaian begitu? semua baju udah dicuci bersih," ucap Lani.
"Cesa ganti baju dulu, Ma," ucap Cesa.
"Satu menit," ucap Lani.
Cesa buru-buru menuju kamarnya, ganti baju dengan secepat kilat. Walaupun badan yang masih bau tapi itu tidak masalah kalau ia cuma mengangkat baju kering yang akan di letakkan di bak. Ketika selesai, Cesa menaruh di dekat Lani yang sedang duduk.
"Langsung lipat semua ini," ucap Lani.
"Ya?! Iya, Ma, Cesa akan lipat tapi setelah mandi ya, Ma," ucap Cesa.
"Terserah," ucap Lani.
Cesa mengangguk lalu berbalik dan menuju kamar mandi. Ia langsung membersihkan dirinya di atas shower. Tidak tau kenapa hatinya kembali sakit, apa karena kejadian tadi di sekolah. Ia pun tidak tau. Cesa buru-buru menyelesaikan mandinya. Setelah itu ia selesai. Ia mengeringkan rambutnya dengan melilitkan handuk pada rambutnya.
Matanya menangkap jaket yang di kursi itu. Cesa meraih jaket itu. Ia memperhatikan jaket itu.
"Ini jaket siapa ya? kalau benar punya orang tadi di ruangan itu tapi siapa namanya? besok aku tanya Jesin, mungkin dia tau," ucap Cesa.
° ° ° °
Cesa menyeka keringat di dahinya. Sudah setengah jam ia dan beberapa anak yang terlambat menyapu halaman sekolah. Ia terus menyapu sesuai perintah guru kedisiplinan.
"Kamu!" Guru itu memanggil Cesa.
"Saya, Pak?" tanya Cesa memastikan.
"Iya, setalah ini langsung ke perpustakaan untuk membereskan buku-buku di sana," Perintah guru itu.
"Baik, Pak," Cesa mengangguk paham.
Ia menyelesaikan hukuman di lapangan. Ia pun bergegas menuju perpustakaan. Melepas sepatunya lalu masuk dan menuju petugas perpustakaan di sana.
"Kamu yang telat ya?!" ucap petugas itu.
"Iya, Bu,"
"Langsung ke sebelah utara ya, Nak, di sana banyak buku yang belum di letakkan di rak,"
Cesa mengangguk dan menuju perpustakaan sebelah Utara. Di lihatnya banyak buku di sana yang masih tergeletak di lantai. Ia menarik lengan bajunya lalu mulai menata buku-buku itu. Ia harus menaiki kursi untuk sampai rak atas menaruh buku-buku yang seharusnya berada di sana. Tangan yang cepat dan hanya fokus pada satu titik membuatnya cepat menyelesaikan. Ia menaruh buku bagian akhir di rak atas. Ketika rapi semua. Ia berbalik dan ingin turun.
Ia berhenti, saat itu juga di depannya ada seorang cowo tinggi. Yang tingginya sama dengan tinggi Cesa menaiki kursi. Wajah yang lumayan dekat. Cowo itu tidak memperhatikannya melainkan buku di atas situ dengan tangan yang sedang meraih buku itu.
Ketika tatapan mereka bertemu. Cesa diam membatu kala tatapan tajam itu menatap matanya. Wajahnya seketika merah, apa karena malu dan itu pertama kalinya dekat sekali wajah dengan cowo.
"Maaf ~" Saat itu juga cowo itu menyingkirkan tangannya setelah meraih buku itu dan pergi dari situ.
Cesa yang masih diam membatu dan wajahnya memerah. Ia tersadar dan menggelengkan kepalanya. Ia pun melanjutkan aktivitasnya.
Bell istirahat berbunyi. Semua siswa bergegas menyantap makan siang di kantin sekolah. Cesa yang baru saja keluar perpustakaan merasakan dirinya lapar. Ia melangkah ingin ke kelas dahulu sebelum mengambil makan siangnya.
"CEWE CUPU STOP DI SITU,"
Teriakan itu membuat Cesa diam saat itu juga. Ia menoleh mendapati mereka yang mengganggunya. Lalu mereka menjauh dari Cesa dan saat itu juga Cesa tidak mengerti apa maksud menyuruhnya berhenti.
"Air bersih buat lo yang udah kotor,"
BYUURRR
Ternyata mereka menyuruh orang untuk menyiram dirinya. Saat itu juga air itu mendarat padanya hingga dirinya menutup mata.
Tapi dirinya tidak merasakan apa-apa. Ia tidak tersiram. Ketika ia membuka matanya. Dirinya melihat seorang cowo di depannya yang melindunginya seperti memeluk, memeluk tidak menyentuh dirinya hanya seperti pelindung. Cowo itu basah saat itu juga. Orang yang menyiram tadi langsung lari ketakutan karena salah sasaran.
Cowo itu membuka rompi seragamnya di sana yang basah lalu melempar bebas dan pergi dari sana.
"SHITT BANG*AT" Tidak terima salah satu dari mereka karena bukan Cesa yang kena.
Cesa langsung pergi mengejar cowo itu. Cowo itu tidak tau kalau Cesa mengejarnya. Cesa hanya berlari cepat karena langkah cowo itu sangatlah cepat. Ia ingin minta maaf dan berterimakasih karena karena cowo itu menyelamatinya.
"Tunggu!!"
"Tunggu, sebentar!!"
"Sebentar, aku mau ngomong,"
"Sebentar ak-aku mau bil-lang makasih,"
Tapi cowo itu tetap melangkahkan kakinya tidak mendengar apa yang di belakangnya.