Karena merasa lapar dan juga haus, Phoebe pun meninggalkan kamar yang berjalan menuju dapur. Dia juga berpikir untuk memasak untuk majikannya, karena dia merasa tidak pantas untuk mendapatkan gaji jika hanya bekerja membereskan rumah mewah itu.
Setibanya di dapur mewah bernuansa hitam putih dan dilengkapi oleh furniture modern berwarna sesuai dengan nuansanya, Phoebe melihat Travis yang sedang memanggang steak dengan hanya mengenakan celana pendek berwarna hitam, memperlihatkan bagian atas tubuhnya yang kekar, lebih kekar daripada John.
"Dr. Travis," sapanya.
Travis menoleh ke belakang, tersenyum melirik Phoebe yang datang kemudian kembali fokus memanggang daging wagyu.
"Phoebe," sapanya.
"Seharusnya saya yang masak karena saya bekerja sebagai," ucap Phoebe memposisikan dirinya berdiri di samping Travis. "Sebaiknya Anda duduk saja dan biarkan saya yang melanjutkannya," lanjutnya.
"Itu tidak perlu karena saya sudah terbiasa masak sendiri," sahut Travis dengan santai. "Lagi pula saya masak untuk tunangan saya," lanjutnya.
"Tunangan anda?"
"Yeah ... Dia ada di sini," jelas Travis dengan tersenyum.
Phoebe terdiam, membayangkan bagaimana cantiknya tunangan Travis. Dia merasa wanita itu pasti sangat beruntung memiliki Travis yang sangat baik, memiliki segalanya dan penuh perhatian. Tapi dia tidak begitu kagum dengan semua itu karena dulu John juga seperti itu tapi ternyata semua itu hanyalah kedok karena kebaikan tidak menjamin kesetiaan.
"Jika kamu ingin masak sesuatu lakukan saja tapi biarkan saya masak sendiri sekarang," seru Travis, membuyarkan lamunan Phoebe.
"Ehh iya ... Saya hanya akan membuat sandwich dan teh hangat," sahut Phoebe agak gugup. Dia segera mengambil tiga gelas dari dalam rak, lalu membuat teh hangat. Setelah itu dia juga membuat tiga porsi sandwich dengan isian beberapa jenis sayuran, daging kornet, saus dan mayonais.
Travis meletakkan steak yang sudah matang ke atas piring berwarna putih, lalu menambahkan topping sayuran sebagai hiasan. Dia melirik Phoebe yang memanggang sandwich dengan menggunakan mesin yang tersedia di dapur itu.
"Kenapa kamu buat 3 porsi sandwich dan teh panas?" tanyanya.
"Karena Alicia dan pak satpam pasti lapar. Mereka juga butuh makan," jawab Phoebe dengan santai.
Travis tersenyum tipis. "Ya, kamu benar."
Phoebe hanya mengangguk, menunggu sandwich yang sedang dipanggang. Dia beralih mengambil nampan untuk wadah tiga gelas teh panas tadi, sementara Travis hendak meninggalkan dapur.
"Sayang, kamu masak terlalu lama," ucap Rachel sambil berjalan mendekati Travis.
Mendengar suara perempuan, Phoebe pun menoleh ke belakang sambil membawa nampan berisi tiga gelas teh tadi karena hendak meletakkannya ke meja pantry. Dia melihat Travis berhadapan dengan gadis yang ternyata adalah Rachel, selingkuh suaminya.
Prackkk ...
Phoebe tidak sengaja menjatuhkan nampan dan gelas-gelas berisi teh itu karena keterkejutannya. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa tunangan Travis adalah Rachel, dan tentu saja itu membuat dia merasa kasihan pada Travis yang pasti tidak mengetahui tentang perselingkuhan Rachel dan John.
"Phoebe ..!" Travis menatap Phoebe yang masih terkejut, begitu pula Rachel sangat terkejut hingga membelalakkan matanya.
"Ehh ... Ma ... Maaf," ucap Phoebe segera berjongkok, mengambil pecahan-pecahan gelas kemudian meletakkannya ke atas nampan.
Travis meletakkan piring berisi steak ke atas meja, kemudian membantu Phoebe membersihkan lantai dari pecahan-pecahan gelas itu.
"Ya Tuhan, sebenarnya kamu Kenapa sampai bisa menjatuhkan mereka?" tanyanya dengan heran.
"Maaf, Dok. Tadi ...saya benar-benar tidak sengaja," sahut Phoebe sambil mau memungut pecahan-pecahan gelas itu dan hatinya berkata, 'ya Tuhan, Aku benar-benar tidak menyangka bahwa tunangan Travis adalah Rachel. Rachel benar-benar keterlaluan, bisa-bisanya dia menghianati dr Travis yang begitu baik dan ideal sebagai suami.'
Rachel terdiam, menatap Phoebe yang sudah tau tentang perselingkuhannya dengan John. Tentu saja itu membuatnya khawatir jika wanita itu akan membongkar perselingkuhannya dengan John pada Travis sedangkan dia samasekali belum siap untuk menghadapi kekacauan. Dia ingat, John juga mencari-cari Phoebe, dsn ternyata Phoebe ada di sini di rumah tunangannya.
"Travis, memangnya siapa dia?" tanyanya pura-pura tidak kenal.
Travis selesai membantu Phoebe, kemudian beranjak berdiri sementara Phoebe segera membuang pecahan gelas tadi ke tempat sampah dengan memasukannya ke dalam plastik terlebih dahulu.
"Dia adalah maid baru di sini," ucap Travis, mematikan alat panggangan sandwich supaya tidak gosong, lalu menghampiri Rachel. "Dia baru mulai bekerja hari ini dan mungkin saja dia masih dengan situasi di sini karena sebelumnya dia belum pernah bekerja sebagai seorang maid," lanjutnya.
Rachel mengangguk-anggukkan kepalanya, menatapi Phoebe yang kini membuat teh lagi. "Itu berarti dia tidak profesional. Lalu kenapa kamu menerima dia?"
"Karena dia butuh pekerjaan," ucap Travis kemudian mengambil piring berisi steak tadi. "sebaiknya kita makan sekarang selagi steak ini masih hangat," lanjutnya.
"Okay ..," sahut Rachel, segera mengikuti Travis namun dia sering menoleh ke belakang untuk sekedar melihat Phoebe. 'Kurasa John tidak tau dia di sini, dan dia di sini untuk bersembunyi dari John. Aku harus memanfaatkan situasi, aku harus membuatnya bungkam, aku tidak akan biarkan dia mengatakan tentang perselingkuhanku dengan John pada Travis,' batinnya.
Phoebe terdiam dengan perasaan tidak karuan, merasa kesal karena akhirnya malah berada di lingkungan gadis yang menjadi selingkuhan suaminya. Dia tidak bisa memungkiri bahwa mulai teringat dengan kejadian 1 hari yang lalu memergoki John bercinta dengan gadis itu, sungguh itu membuat hatinya kembali merasakan sakit padahal sudah sempat merasa nyaman dan bisa melupakan kejadian menjijikan itu.
'Andai Aku tidak terlanjur bekerja di sini mungkin aku tidak akan bertemu dia. Dan sekarang jikalau aku harus resign, itu sangat tidak mungkin karena di sini sangat nyaman. Dr Travis adalah buah yang sangat baik dan tidak terlalu banyak menuntut. Begitu Malang nasibnya karena dia dikhianati, sama seperti aku yang tulus tapi juga dikhianati,' batinnya sedih.
__
Travis duduk di kursi sambil meletakkan piring berisi steak homemade buatannya ke atas meja makan, kemudian mulai mengirisnya dengan pisau kecil yang tersedia di sana.
Rachel duduk di hadapan Travis, sudah tidak tenang lagi karena dia mulai memikirkan kebohongannya bisa saja dibongkar oleh Phoebe. Dia melahap steak pemberian Travis, kemudian memainkan ponselnya sambil berpikir apakah dia harus memberitahu John tentang keberadaan Phoebe di sini.
"Kenapa kamu diam saja? Apa kamu tidak suka dengan steak buatanku?" tanya Travis.
"Tidak, aku selalu suka steak buatanmu," jawab Rachel dengan tersenyum.
Travis tersenyum lega, kemudian menyuapi Rachel lagi.
Rachel makan, melirik Phoebe yang keluar dari dapur dengan membawa nampan berisi tiga gelas teh dan tiga porsi sandwich.
'Aku baru ingat, dia juga sedang hamil ... Bisa-bisanya dia hamil tapi tetap bekerja. Apa mungkin dia nekat karena tidak mau kembali pada John lagi? Kalau begitu, ini adalah hal yang sangat baik untukku karena John bisa jadi milikku sepenuhnya. Tapi aku harus memastikan dia tidak berani mengatakan kebenaran pada Travis, karena aku belum siap berpisah darinya dan dibenci oleh keluarga ku.'
"Sayang, apa ada yang salah dengannya? Kenapa kamu menatapinya sangat serius?" Travis bertanya-tanya, menatap Rachel yang menatapi Phoebe sampai tak terlihat lagi karena sudah meninggalkan ruang makan.
"Ehh ..." Rachel kembali fokus pada Travis. "Tidak ada yang salah tapi aku hanya penasaran jangan masalah yang dia alami sehingga dia harus bekerja sebagai maid padahal sebelumnya tidak pernah."
"Dia seperti itu karena dia butuh pekerjaan supaya bisa segera membeli rumah baru. Dia bilang suaminya membutuhkan bantuan darinya secara finansial," jelas Travis sambil memotong steak.
Rachel menghela nafas dan menganggukkan anggukkan kepalanya, sudah paham bahwa Phoebe juga telah membohongi Travis.