webnovel

His Little Girl

Alunan musik dansa memenuhi aula, pasangan-pasangan semakin penuh.

Dave melangkah penuh amarah, mengabaikan Alan yang bertanya dia hendak kemana. Lisa masih sekitar sepuluh langkah darinya, masih tertawa kecil dengan pria berambut coklat. Jarak mereka semakin dekat, pria berambut coklat melihat Dave yang berjarak satu meter di belakang Lisa.

Lisa berbalik, mendapati Dave tepat di belakangnya. Beruntung sekali dia tadi meletakkan gelas anggurnya.

Dave menarik pingganya, menguncinya menempel dengan tubuhnya. Lisa sedikit mendongak, menatap wajah Dave. Napas Dave yang tidak beraturan terasa dingin menyentuh kulit wajahnya.

Aura mencekam memenuhi udara di sekitar Lisa, memaksanya diam, Lisa bisa mendengar detak jantung Dave yang lebih cepat.

"Aku sudah mengatakannya dengan jelas nona Redriguez, kau adalah tunangan dan calon istriku!" Dave berbisik ditelinga Lisa, suaranya berat, dalam, terdengar serius. Lisa membeku ditempat, Dave lagi-lagi menyerang titik lemahnya, Lisa mulai khawatir akan mulai terbiasa dengan kebiasaannya ini.

Dave menatap Lisa dalam, membuatnya menelan ludah, gugup. Tidak ada tatapan menggoda seperti biasanya, itu tatapan mematikan, membuat kaki Lisa lemas.

"A-apa yang kau inginkan?" Lisa menyadari suaranya yang sedikit terbata, ragu bertanya.

"Kau! Aku menginginkanmu. Kau baru saja bermain dengan pria lain di depan mataku, kau harus dihukum Lisa!" Dave menatap Lisa lembut, namun suaranya terdengat tajam.

Lisa tidak membalasnya, takut-takut salah menjawab, Dave akan memakannya ditempat.

Dave menarik pinggangnya, menarik tangannya ke arena dansa.

Lisa tidak pernah berdansa sebelumnya, dia semakin gugup, menginjak kaki Dave sesekali. Dave mengajarinya pelan, miminta Lisa hanya mengikuti langkahnya.

Dave masih memeluk pinggang Lisa, tidak melepasnya walau sedetik. Menaruh satu lengan Lisa melingkari lehernya, dan satu lengan yang lain memeluk pinggangnya. Mata mereka bertemu, seolah tengah saling berbicara satu sama lain.

"Setelah hari ini, kau tidak akan bisa lari dariku lagi Lili!" Dave berkata pelan, tersenyum kecil.

Lisa hanya tersenyum paksa, tidak berniat menanggapinya. Cukup sekali dia melihat Dave yang begitu menyeramkan di hadapannya. Dia tidak ingin jawaban yang salah akan membuatnya mati hari itu juga ditangan Dave.

"Jawab aku Lili!" Dave berbisik pelan, menggelitik telinga Lisa dengan ujung bibirnya. Lisa tertawa kecil, geli.

Dave memeluk pinggang Lisa lembut, menempelkan dahinya dengan dahi Lisa. Lisa bisa merasakan kulit Dave yang sedikit panas. Apa dia sedang sakit? Atau mabuk?

"Kau demam?" Lisa menaruh tangannya di leher Dave, memastikan suhu tubuhnya yang lain. Panas. Dave menyunggingkan senyum nakalnya.

"Apa kau akan merawatku jika aku demam Lili?" Suaranya terdengar berat, sedikit menggoda.

"Ada apa dengan nama panggilan itu?" Tangan lisa memegang wajah Dave dengan satu tangannya, panas.

"Kau tidak menyukainya? Aku menyukainya." Dave mengeratkan pelukannya di pinggang Lisa, membuat Lisa bisa merasan suhu badannya yang hangat. Lisa mencoba mendorong tubuh Dave, tapi tentu saja Dave menguncinya semakin kuat.

"Kau harus minum obat Da-" Cup! Dave membungkam Lisa dengan mengecup bibirnya, itu adalah taktik yang ampuh.

"Kau adalah obatku!" Dave mencium Lisa pelan. Lisa tidak menolaknya, percuma saja, dia tidak akan bisa lolos dari Dave. Aroma strawberry yang familiar kembali tercium.

Dave menciumnya pelan, semakin dalam. Pelukan dipinggang Lisa semakin erat, napasnya mulai panas, akibat suhu tubuhnya yang naik. Lisa merasakan kulit wajah Dave yang menyentuh kulitnya semakin panas, demam. Lisa mengeratkan pegangan kedua tangannya di leher Dave, tanpa dia sadari.

Musik dansa berhenti, terjeda. Semua orang berhenti berdansa. Lampu sorot mengarah kepada Dave dan Lisa, menjadi pusat perhatian. Mereka berdua tidak menyadarinya,

Lisa lebih tidak menyadari, dia baru saja membalas ciuman Dave. Sepatu hitam mengkilat Dave dan sepatu sneakers putih Lisa bersentuhan.

Dave mulai menyadarinya, tidak ada suara musik dansa.

Mereka melepas ciuman, melihat sekitar. Semua mata kini tengah menatap mereka. Lisa menunduk canggung menyadarinya. Jessy dan keluarga Wilson melihat mereka heran, kecuali Jane, ekspresinya terlihat sangat bahagia.

Lisa menenggelamkan wajahnya di dada Dave, bersembunyi disana. Kilat-kilat kamera mengarah kepada mereka, mengambil gambar dan video.

Dave memegang tangan Lisa, menaruh dagunya di atas bahu kecil Lisa. Suhu tubuh Dave semakin tinggi, berbeda jauh dengan telapak tangannya yang dingin.

Lisa menarik paksa Dave keluar dari aula pernikahan, meninggalkan hingar bingar di belakang.

Lisa membawa Dave ke ruang rias, menyuruhnya berbaring di sofa.

Dave menurut, Lisa menatapnya galak, menyelimutinya dengan jas hitamnya yang sebelumnya dilepas. Staf yang diminta Lisa untuk mengambilkan air dan obat untuk Dave belum datang.

"Apa kau sedang khawatir Lili?" Dave tertawa kecil, menggoda Lisa.

Lisa menatapnya, galak, "Kau hampir saja membuatku terlihat seperti seorang kekasih yang tidak bisa menjaga pasangannya!" Dave tertawa lagi, senang mendengar jawaban Lisa

"Jadi, kekasihku ini sebenarnya gadis yang baik bukan?" Dave kembali menggoda Lisa, suaranya sedikit serak, efek demam. Lisa memalingkan wajahnya, tidak ingin Dave menyadari wajahnya yang memerah.

Seseorang membuka pintu, mambawakan obat dan segelas air. Lisa segera mengambilnya, memaksa Dave meminumnya.

Dave menggeleng.

"Aku tidak bisa meminumnya dalam posisi tidur Lili, kepalaku pusing!" Dave menutup wajahnya dengan jas hitamnya. Tangannya meraih satu lengan Lisa, memeluknya erat.

Lisa mulai geram, kulitnya beberapa menit lagi sepertinya akan terbakar jika badan Dave yang panas terus memeluknya seperti itu.

Lisa mengembuskan napasnya, kesal. Dave ini senang sekali mempermainkannya, astaga!

Lisa pernah melihat adegan yang mirip seperti yang sedang dialaminya ini dalam salah satu drama yang ditontonnya. Lisa berpikir sebentar. Itu sebenarnya bukan cara yang benar, Dave bukan kekasihnya. Tapi biarlah, sekali saja, batin Lisa.

Lisa memasukkan obat di tangannya ke dalam mulutnya, menyingkirkan jas hitam yang menutupi wajah Dave.

Dave sedikit kaget, Lisa mengeratkan genggaman tangannya lebih erat.

Obat itu telah berpindah dari mulut Lisa ke mulut Dave dengan cepat, misinya sukses. Lisa melepas bibirnya dari bibir Dave, membuat Dave menelan obat itu tanpa meminum air. Rasa pahit dari obat itu tidak dirasakan Dave, digantikan wangi cerry yang memenuhi mulutnya.

Lisa tertawa kecil melihat wajah kaget Dave.

"Kau melupakan satu prosedur meminum obat Lili!" Dave berkata pelan ketika kesadarannya telah kembali sepenuhnya.

Lisa menatapnya sekilas, "Apa yang kurang?" Lisa meraih air di dalam gelas, rasa pahit sisa obat baru terasa sekarang. Meneguk air hingga setengah gelas.

"Air!" Dave menarik lengan Lisa begitu dia meletakkan gelas kembali ke atas meja.

Tubuh Lisa berada di atas Dave, bibir mereka hampir bersentuhan. Lisa mencoba menahan tubuhnya, menopangnya dengan tanganya. Sementara mulutnya masih penuh dengan air, mengembung, belum sempat menelan saat Dave menariknya.

Dave memegang belakang kepala Lisa, agar tidak bisa bergerak.

Dia mengangkat sedikit kepalanya, mencium Lisa pelan. Mata Lisa membulat, hendak bangun dari posisinya, tapi tangan Dave menahannya kuat. Dave memaksanya membuka mulutnya, menyalurkan air.

Lisa pasrah. Menyalurkan air sedikit demi sedikit, beberapa menetes keluar, jatuh melewati kemeja Dave.

Ciuman itu semakin dalam, mereka berdua sama-sama tidak menyadari berapa besar dorongan dari hati kecil mereka, namun memilih untuk mengartikannya dari sudut pandang yang lain.

Dave melepas ciumannya, mengusap wajah Lisa pelan, menatap setiap inci wajah Lisa dalam, memberikan kecupan terakhir di bibir kecil Lisa.