webnovel

Jealous Me?

Dave Pov ;

Mom dan Dad membesarkanku dengan penuh kasih sayang. Mereka menjagaku dengan sangat teliti, terutama Mom, dia tidak akan membiarkanku tergores walau sedikit, Dad sering mengingatkannya agar tidak terlalu memanjakanku. Sementara Dad, mengajarkanku tentang bisnis dari usiaku baru menginjak Sembilan tahun. Membaca buku diperpustakaan kecil yang dibuat Dad khusus untukku, sepanjang pagi. Mom akan membuatkan cemilan dan susu hangat untukku. Aku tidak bermain seperti halnya anak-anak seusiaku, tertawa dan memiliki banyak teman seperti mereka. Bagiku, berada diluar rumah lebih tidak nyaman, ada belasan pengawal yang akan mengikuti hanya untuk pergi ke sekolah.

Di sekolah, aku lebih banyak diam. Ketika jam istirahat aku akan berada di perpustakaan hingga waktu masuk kelas berikutnya. Para gadis kecil memberikan banyak hadiah diatas meja belajarku, menumpuk, melebihi tinggi badanku. Aku tidak menerima pemberian dari orang asing. Aku terbiasa bermain hanya bersam Dad dan Mom beserta pelayan yang telah lama bekerja dirumah. Dad juga sering mengingatkanku untuk selalu berhati-hati dengan dunia luar dan orang sekitar.

Dad dan Mom akan menuruti segala keinginanku. Tanpa bertanya, mereka mempercayaiku. Pada dasarnya, aku adalah Dave William. Aku akan mendapatkan semua yang kuinginkan.

Dan sekarang aku baru saja ditolak. Mungkin termasuk ditolak bukan? Dan oleh seorang gadis kecil yang bahkan usia kami terpaut tujuh tahun. Satu-satunya gadis yang menolakku. Well aku memang tidak pernah mengajak seorang gadis dalam suatu hubungan tertentu sebelumnya, tapi kali ini aku bahkan meminta untuk menikahinya, bukankah itu luar biasa?

Lisa keluar dengan langkah kesal, sedikit membanting pintu. Aku hendak mengejarnya, tapi Jessy menahanku. Dia berkata ketus kepadaku, "Lisa memiliki seorang kekasih, jangan mempersulitnya!"

Aku terdiam, menatap Jessy lamat, mencari kebohongan disana. Dia melangkah menjauh, menutup tirai tempat berganti pakaian. Aku mengingat kejadian di restoran tempat kami bertemu beberapa bulan lalu, dia jelas-jelas menciumku di depan pria yang jika tidak salah kuartikan adalah mantan kekasihnya. Apakah dia sudah menemukan kekasih baru?

Saat aku keluar ruangan, Lisa tidak terlihat lagi disana. Aku hendak mencarinya, namun panggilan dari kantor menghentikanku. Aku melihat jam tanganku, pukul tiga lebih, masih ada dua jam lagi sebelum acara dimulai. Gerry menungguku dibawah, aku harus mengurus pekerjaan sebentar.

....

Dua puluh menit sebelum acara pernikahan Jessy, aku masih setengah perjalanan. Entah mengapa sore ini jalanan menjadi macet, seperti ada kecelakaan lalu lintas didepan. Alan disampingku tengah beristirahat, memejamkan mata, mungkin tertidur. Aku bertemu dengannya diluar pintu perusahaan, dia berkata akan menghadiri sebuah acara pernikahan putra teman lamanya. Kebetulan atau bukan, tujuan kami sama, pernikahan Jessy dan Dalen.

Alan bertanya aku diundang dari pihak keluarga mempelai wanitau atau pria, "Dalen adalah manager Hotel milikku." Aku hanya mendapati kebohongan itu tiba-tiba, tapi Alan bahkan memujiku, "Sungguh aku tidak tahu tuan Dave adalah seorang pemimpin yang peduli kepada karyawannya." Aku hanya tersenyum menanggapinya.

Setelah melewati kemacetan panjang, pukul lima sore, kami akhirnya tiba di gedung acara pernikahan. Aku merapikan kemeja dan rambut, memastikan terlihat rapi. Alan tertawa melihatku.

"Kau terlihat seperti seorang pria yang akan menemui kekasihnya tuan Dave!" Alan tertawa kecil ,membuka pintu mobil, melangkah keluar.

Alunan musik pernikahan terdengar di seluruh koridor lantai dua. Begitu kami tiba, mempelai dan keluarga terlihat sedang berpoto bersama. Mataku menangkap Lisa disana, tengah mencoba berpose manis disebelah seorang wanita berusia setengah baya, jika tidak salah adalah nyonya Wilson. Lisa akan tersenyum riang ketika kamera diarahkan kepada mereka, kemudian akan merubah ekspresinya menjadi datar ketika jeda. Aku tersenyum kecil melihatnya. Lihatlah mata bulatnya, astaga.

"Tuan Dave!" Alan memanggilku, memintaku mengikutinya. Acara berpoto selesai, anggota keluarga turun dari panggung. Aku mencoba mencari sosok Lisa, sambil terus berjalan mengikuti langkah Alan dari belakang.

Seorang pria dan wanita paruh baya menghampiri Alan, memeluknya.

"Kau terlihat sehat Alan!" mereka kemudian tertawa, saling menepuk punggung.

"Oh, perkenalkan, ini Dave William, dan ini Andrea Wilson teman lamaku!" Alan memperkenalkan kami ramah, mereka sepertinya memang terlihat sangat dekat.

"Tentu saja aku tahu siapa pemuda tampan ini, setiap sudut kota London harusnya mengenalnya! Putraku bahkan bekerja untuknya." Andrea menepuk punggungku, membuatku lebih nyaman. Aku tersenyum kikuk.

"Jane Wilson." Jane, istri Andrea menjabat tanganku, tersenyum ramah. Aku menyalaminya, dia terlihat seperti Mom, membuatku sedikit nyaman.

"Apakah Alan menculikmu Dave? Aku mendengar kau adalah orang susah ditemui, tapi hari ini justru kau berada ditengah pernikahan kecil putra kami," Alan tertawa, Andrea ikut tertawa, aku hanya tertawa kecil.

"Maafkan aku tuan Dave, izinkan wanita ini bertanya, apakah kau sudah memiliki seorang kekasih? Aku bisa mengenalkanmu kepada wanita cantik jika kau mau." Jane menatapku antusias, membuatku tersenyum canggung.

"Astaga, maafkan istriku Dave. Dia hanya sedang bersemangat!" Andrea menarik Jane kesampingnya, mebuat Jane menggerutu.

"Jangan khawatir Jane, Dave memiliki seorang kekasih, dan mereka akan segera menikah!" Alan tertawa kecil, senang memberi jawaban atas pertanyaan Jane. Jane melihatku, mencoba mencari kepastian. Oh, aku lupa hal itu. Aku hanya bisa mengangguk pelan sebagai jawaban. Wajah Jane terlihat sedikit sedih, hanya beberapa detik, kemudian kembali tersenyum.

"Tidak apa-apa, aku bisa memperkenalkan Lisa kami kepada pria lain!" meskipun hanya gumaman kecil Jane, tapi aku bisa mendengarnya dengan jelas. Sepertinya tubuhku akan merespon cepat jika itu tentang Lisa. Memperkenalkannya kepada pria lain? Apakah maksudnya dia sedang mencari kekasih untuk Lisa?

"Sungguh beruntung sekali gadis yang akan menjadi istrimu Dave. Memiliki pria tampan setiap kau terbangun dipagi hari adalah kebahagian kecil harapan semua wanita," Andrea menarik Jane yang sejak tadi tidak berkedip melihatku. Memegang tangan istrinya agar tidak menjauh.

"Pesta dansa akan segera dimulai Alan, aku harus menemani putraku menari disana!" Andrea dan Jane melangkah ke tengah aula, entah sejak kapan musik dansa itu diputar, aku tidak menyadarinya. Lampu utama tentu saja menyoroti mempelai wanita dan pria, menjadikan mereka pusat perhatian.

"Dave!" Alan memberikan satu gelas anggur kepadaku, kami menonton pesta dansa itu dari sudut aula.

Mataku menyapu seluruh aula, mencari keberadaan Lisa. Aku menemukannya, tepat disudut lain aula. Dia memakai gaun putih yang dipakainya tadi pagi, dia berkata aku merusaknya, tapi menurutku itu terlihat baik-baik saja, mungkin telah dirapikan. Rambut hitamnya dibiarkan tergerai ke atas punggunya. Dia tidak mengganti sepatunya, aku tebak Jane pasti memaksanya mengganti sepatu senakersnya dengan hight heels, dan lansung dia tolak. Tas putih kecil menggantung disalah satu sisi bahunya. Tangannya sibuk memilih makanan, memakan setiap jenisnya satu persatu. Kepalanya menengok kesana-kemari, memastikan tidak akan adayang menyadarinya. Aku tertawa kecil.

Lisa mengelus perutnya, sepertinya dia kenyang. Dia membalikkan badan, posisi kami seharusnya berhadapan, meskipun jauh, aku bersembunyi dibalik Alan. Aku tidak tahu mengapa aku bersembunyi, tapi aku merasa jika aku menghampiri Lisa sekarang, dia akan marah.

Seorang pria berambut coklat menghampirinya, mengulurkan tangan. Kakiku refleks bergerak, tapi aku berhasil menahannya. Lisa melihatnya sekilas, kemudian menaruh gelas anggur diatas tangan pria yang masih terulur itu, aku bisa menebak nada ketusnya saat ini. Lisa menggeleng, mengabaikan setiap perkataan pria disampingnya. Pria itu tidak pergi, dia mengambil makanan disamping Lisa, tidak menyerah setelah Lisa menolaknya. Tetapi selanjutnya Lisa tertawa, pria itu kembali mengulurkan tangannya, yang disambut oleh Lisa. Mereka mulai bercakap sambil tertawa. Aku hampir saja memecahkan gelas ditanganku karena terlalu geram memegangnya. Alan melihatku, bertanya ada apa.

Aku menjawabnya singkat, "I'll marry her, soon!" menatap tajam kesudut lain aula.