webnovel

Mobile Legends: The Light of Calestine Land (Indonesia)

[PROSES REMAKE] story ini akan dilanjut. --- "Tuan Alucard, bolehkah aku... menyukaimu?" "..." --- Calestine Land, menjadi tempat berkumpulnya para Nobilium-istilah dari seseorang yang memiliki darah ksatria bangsawan-dari berbagai penjuru dunia dan kerajaan. Banyak dari mereka yang ikut bergabung untuk tujuan yang sama; belajar dan berlatih meningkatkan kekuatan. Semua itu mereka lakukan demi menjalankan sebuah misi, yaitu menyelidiki dari menghilangnya wanita, anak-anak, dan para peri penyembuh secara tiba-tiba. Terlebih lagi, menyudahi kekuasaan Dark Witch dan rekan yang dikabarkan menjalin persekutuan dengannya, sang penguasa kegelapan. *** Fan Fiction dari sebuah game moba Mobile Legends: Bang-bang by Moonton. NOTE keras: Latar cerita hero tidak akan sama persis seperti di game, begitu juga dengan kemampuan-kemampuan mereka. Semuanya ditulis berdasarkan imajinasi dan seluruh karakter akan mengalami Out of Character and Out of Back Story.

caramel · Videospiele
Zu wenig Bewertungen
28 Chs

*Order of Imperial Knight (3)

Hari misi uji coba telah tiba. Seluruh anggota bersiap-siap menyiapkan senjata mereka masing-masing. Misi akan dimulai pagi ini juga. Carl dan Luca meminta bantuan para Ksatria Kerajaan untuk berjaga-jaga melakukan pengawasan terhadap anggota yang kemungkinan akan berpencar ke tempat lain.

Dalam misi tersebut para Mentor dan Ksatria Kerajaan hanya akan mengawasi mereka di satu titik tempat dari kejauhan. Sesuatu dapat terjadi dalam pelaksanaan misi itu, maka semuanya harus bisa menggunakan insting mereka sebaik mungkin.

Tigreal sudah sangat siap dengan senjatanya. Dia terlihat memberi pengarahan kecil tentang strategi yang akan mereka gunakan pada teman-temannya yang lain. Hal itu membuat Carl dan Luca yakin mereka semua akan berhasil hari ini.

Sebelum mereka berangkat, Alucard berjalan mendekati Carl dan Luca.

"Ijinkan aku ikut. Aku akan berhati-hati," pinta Alucard.

Luca menggeleng. "Ini bisa jadi berbahaya untukmu meskipun hanya misi uji coba. Kau tunggu di sini, kami akan segera kembali."

"Sebaiknya kau lanjutkan latihanmu. Bukankah kau sedang mengajari Ruby?"

"Benar."

"Maka lakukanlah. Kalian akan jadi rekan yang hebat nanti," kata Carl menyemangati sambil menepuk pundak Alucard. "Apapun yang terjadi, Ayah tetap bangga padamu. Ingatlah kata-kataku."

Alucard mengangguk. Tak lama Tigreal ikut bergabung.

"Kami sudah siap, Master," lapor Tigreal.

"Baiklah. Kita berangkat," ucap Luca.

"Hei, Kapten," sahut Alucard sebelum mereka pergi.

"Hm?"

"Ingat kata-katamu tempo hari padaku, kan? Kupegang janjimu."

Tigreal tertawa kecil. "Tenang saja, Jagoan. Kau bisa memercayaiku."

"Apa ini? Kalian menyembunyikan sesuatu?" tanya Carl curiga.

"Tidak, Ayah. Hanya saja sebuah ucapan janji sesama pria."

"Bukankah aku juga seorang pria? Jadi, aku harus tahu."

Alucard menggeleng. "Tidak berlaku untuk yang tua."

Luca dan Tigreal tertawa. Carl cemberut. Setelahnya, mereka bersama anggota yang lain berangkat menuju sebuah tempat di mana iblis sering menginjakkan kaki mereka di tanah tersebut.

***

Para anggota termasuk Tigreal berjalan di tanah lapang penuh rerumputan dan batu kerikil. Belasan meter di depan mereka terdapat hutan yang sangat luas dan rimbun di mana hanya akan ada kegelapan di dalam sana meskipun hari masih terang. Puluhan anggota yang lain memaksa menyebar ke tempat lain untuk memulai misi mereka. Mereka lebih ingin mempercepat waktu dengan membunuh para iblis di bagian lain, dengan begitu misi akan cepat selesai.

Langkah Tigreal terhenti. Dia memandangi jajaran pohon-pohon tinggi di depan sana. Seketika dia merasa ragu untuk memasukinya.

"Ada apa? Kenapa berhenti?" tanya seorang yang lain.

"Seharusnya mereka jangan berpencar dulu sebelum kita keluar dari hutan itu. Aku bisa merasakan ada aura iblis yang kuat dari dalam sana," kata Tigreal.

"Lalu bagaimana? Waktu kita akan habis jika melewati jalur lain selain hutan itu."

"Apa boleh buat, kita coba saja. Tetap berkelompok, jangan terpisah."

Tigreal berjalan lebih dulu diikuti dengan enam anggota di belakangnya. Pedang dan tamengnya selalu siap menghadapi kemungkinan yang bisa saja terjadi selama perjalanan. Sudah berkali-kali dia memburu iblis, namun baru kali ini Tigreal merasa lebih tertantang.

Jarak hutan semakin dekat. Belum sempat mereka masuk, mereka dikejutkan dengan beberapa kelebatan hitam yang melayang-layang di sekitar mereka. Semua orang bersiap dengan senjata masing-masing. Bayangan hitam nyata itu masih bergerak-gerak dan akhirnya berdiri di dekat mereka.

Tigreal mengamati wajah mereka yang hitam legam tanpa memiliki mata dan hidung. Ini tidak seperti iblis yang sering dia habisi, yang berwujud  tengkorak dan bersifat Undead. Ini iblis yang berbeda dari yang dia ketahui. Tanpa membuat panik rekan-rekannya, dia berusaha memberitahu mereka untuk bersiap bertarung.

"Kita sedang menghadapi iblis yang berbeda, bersiaplah," bisik Tigreal.

Semuanya mengerti. Tanpa menunggu lama mereka menyerbu para iblis yang menghalangi jalan mereka. Tanpa diduga iblis itu pun memiliki senjata yang berupa tongkat hitam dengan ujung yang meruncing. Mereka berusaha melawan para anggota Order.

Tigreal melakukan serangan lebih dulu. Dia mengayunkan pedangnya dan berusaha menjatuhkan senjata iblis di depannya. Dengan stamina yang masih baik, dia dan teman-temannya bisa dengan mudah menghabisi musuh dengan cepat. Namun hal itu belum selesai. Terbunuhnya para iblis itu ternyata mengundang iblis lain yang datang dari segala arah dengan jumlah yang sangat banyak.

Ketujuh pemuda itu semakin siaga.

"Sial, mereka bukan iblis yang biasa kulawan."

"Kita kalah jumlah! Aku tidak menduga misi uji coba ini akan sebegini seriusnya. Aku terlalu meremehkan."

"Tenanglah. Aku akan coba menghabisi mereka di bagian sana," kata Tigreal berusaha menenangkan teman-temannya.

Dengan penuh perhitungan dia melesat dan menabrak beberapa musuh sekaligus di bagian lain. Dia dengan cepat menyabetkan pedangnya dan menghunus beberapa iblis. Dalam sekejap mereka binasa.

Anggota yang lain melakukan hal yang sama. Mereka berjuang menghabisi musuh yang terus-menerus datang.

Tigreal tak tinggal diam. Dia kembali bergabung ke dalam pertarungan teman-temannya. Dia melepaskan gelombang energi dari pedangnya dan semua iblis itu terpental. Seketika Tigreal menghunuskan ujung pedangnya ke tanah dan suara gemuruh tiba-tiba terdengar. Terdapat energi besar yang menguar dari hunusan pedang itu. Tanah menjadi bergetar dan menyeret para iblis dalam keadaan lemas.

Dalam sekejap anggota yang lain membantu mengeksekusi mereka dalam satu tempat. Mereka binasa. Lalu ujung mata Tigreal melihat satu iblis yang masih hidup dan berusaha kabur dengan merangkak kesakitan. Dia segera berlari mendapatkan iblis itu.

"A-ampun, ja-jangan habisi aku," kata iblis itu dengan suara yang persis seperti bisikan. Tangan kanannya mencoba menghentikan pedang Tigreal yang hampir menebasnya.

Tigreal terpaku dengan pedangnya yang masih mematung di udara. "Dari mana kalian datang? Siapa pemimpinmu?!" bentak Tigreal.

Suara bisikan itu terdengar lagi dari sang iblis. "A-ampun. Ini.... ini bukan mauku. Bukan kemauanku menjadi iblis. Aku terjebak dalam tubuh iblis ini... tolong aku... Ksatria, tolong aku..."

"Apa??"

"Tigreal! Cepat habisi dia!" teriak salah satu anggotanya.

Tiba-tiba Tigreal merasa ragu untuk menghabisi satu iblis ini. Dia harus tahu siapa mereka dan mengapa mereka datang ke wilayah Empire. Lalu Tigreal menurunkan pedang serta tamengnya. Dia berniat mencari informasi dari iblis ini.

"Tigreal, di belakangmu!!"

Suara teriakan temannya kembali terdengar dan begitu Tigreal mengalihkan pandangannya, iblis yang baru saja meminta belas kasihan langsung menghunuskan tongkat runcingnya ke lambung Tigreal.

"Ekhhh!!!" pekik Tigreal kesakitan.

Lalu iblis itu berdiri dan menjegal kaki Tigreal. Tigreal tumbang ke tanah. Para iblis kembali datang dari segala arah dan menyerang anggota yang lain. Mereka tak dapat bertahan. Semuanya roboh dengan darah yang mengucur dari tubuh mereka.

Belum puas membuat Tigreal terluka, iblis itu mencabik tubuh Tigreal dan menusuk dadanya dengan jari-jarinya yang tajam. Sang iblis menyeringai. Dia berhasil menjebak seorang Ksatria yang menurutnya sangat bodoh.

Tigreal muntah darah. Dia tak mengira akan dipermainkan oleh musuhnya dengan mudah. Kini dia terluka parah. Dia tak mampu lagi untuk melawan.

"Bodoh. Sangat bodoh," kata sang iblis. Lalu dia mencabut tongkat yang menusuk lambung Tigreal dengan kasar.

"AAKKKHHH!!!"

Tongkat itu kembali teracung padanya. Kali ini iblis itu mengarahkan tongkatnya ke dada Tigreal. Dia berniat menusuk jantung pemuda itu. Dalam hitungan detik tongkatnya hendak menusuk, tetapi sebuah anak panah datang dari arah lain dan menjatuhkan tombak itu.

"Tigreal! Bertahanlah!"

Carl dan Luca datang. Mereka melenyapkan para iblis yang berdatangan dengan pedang dan panah mereka. Banyak dari mereka yang binasa.

Tigreal yang tengah sekarat dan berlumuran darah menolehkan kepala dan memandang kedua mentornya yang berusaha keras menghabisi musuh mereka. Dengan gemetar tangan Tigreal berusaha meraih udara seakan ingin mengucapkan sesuatu pada Carl dan Luca.

"M-Mas-Master... per-gi... ce-pat pergi dari... si-sini...," ucap Tigreal terbata dan tentu saja tidak bisa didengar oleh kedua mentornya.

Carl dan Luca mulai kewalahan menghadapi iblis yang terus digantikan dengan iblis lain. Tenaga mereka menjadi cepat terkuras. Dalam satu serangan berkelompok, para iblis itu berhasil melumpuhkan dan menyergap keduanya. Carl dan Luca dibuat bertekuk lutut di hadapan mereka.

"Kalian boleh membawa kami, tapi lepaskan anak itu," kata Carl mulai bernegosiasi.

Salah satu iblis yang hendak menghabisi Tigreal berjalan ke arah mereka. Dia mencakar wajah Carl dan Luca.

"Bawa mereka," katanya, lalu berubah menjadi kelebatan hitam dan menghilang.

Mereka semua pergi membawa Carl dan Luca.

Airmata Tigreal berjatuhan dan menetes ke tanah menyaksikan kedua mentornya dibawa oleh para iblis itu. Dia tak berdaya. Dia menyesali sikap cerobohnya.

"Ti-tidak! Ma-Master... K-kembali...!!!" ratapnya sambil menahan rasa sakit yang teramat sangat di sekujur tubuhnya.

"TIDAKKK! AYAH! IBU!"

Tiba-tiba suara Alucard terdengar di telinganya. Remaja itu muncul bersama beberapa Ksatria Kerajaan yang berusaha ingin menolong tetapi kedatangan mereka sudah terlambat. Alucard berlari ke arah para iblis yang menghilang. Di tangannya sudah tergenggam pedang peraknya. Dia mengutuki iblis yang membawa kedua orangtuanya.

"Sialan! Kembali dan lawan aku, iblis sialan!!!" teriak Alucard.

Tigreal tambah menyesal. Dalam sekejap dia telah mengingkari janjinya pada remaja itu.

Lalu Alucard berlari ke tempat Tigreal terbaring dan menatapnya penuh kemarahan. Dia mengacungkan pedangnya tepat di wajah Tigreal tanpa peduli kondisi pemuda itu yang kian memarah dan memerlukan pengobatan.

"Sialan kau Tigreal!!! Kau melupakan janjimu padaku!! Kembalikan mereka padaku, sialan!!" teriak Alucard marah.

"Tu-Tuan Mu-da. Ak-aku tidak—"

"Aku tidak butuh penjelasanmu!! Lebih baik kau mati!!"

"Tuan Muda, jangan!" Salah satu Ksatria Kerajaan menahan Alucard yang hendak menghunuskan pedangnya ke tubuh Tigreal. Kemarahannya tak terbendung lagi. Lalu dia berjalan mundur dan menatap Tigreal dengan ganas. "Aku akan mengingat hari ini Tigreal!! Aku bersumpah tidak akan pernah memaafkanmu!!!"

Alucard pergi. Dia berlari ke arah di mana para iblis itu membawa kedua orangtuanya.

Tigreal tak bisa berkata-kata lagi. Dia semakin banyak kehilangan darah. Perlahan dunia yang dilihatnya menggelap.

"Aku akan mengingat hari ini, Tigreal!! Aku bersumpah tidak akan pernah memaafkanmu!!!"