20 Peringatan Kecil untuk Zilong

Hari semakin terang. Raja Tigreal menatap awan-awan yang bergerak perlahan di langit. Ingatannya tentang si remaja Alucard baru saja kembali muncul ke permukaan. Aaron sang pengikut setia masih menemaninya hingga kini.

"Sejak saat itu dia tidak pernah kembali. Hari itu adalah hari terakhirku melihatnya dengan keadaanku yang sekarat. Dia pergi tanpa jejak," kata Raja Tigreal mengakhiri kisahnya.

Aaron kini mengerti mengapa Raja Tigreal tak berdaya saat Alucard mencecarnya di ruang pertemuan. Keduanya memang memiliki masa lalu yang begitu rumit.

"Tapi kenapa saat itu anda ragu membunuh iblis itu?"

"Itulah kebodohan terbesarku, Aaron. Aku melakukan kesalahan dengan tetap membiarkannya hidup. Kupikir aku bisa mendapatkan semua informasi darinya tentang asal usul mereka dan aku dengan bodohnya memberi belas kasihku padanya. Aku benar-benar bodoh."

"Semuanya sudah terjadi, Yang Mulia. Anda tidak perlu menyalahkan diri sendiri. Sekarang anda sudah bertemu lagi dengan Alucard. Kuharap Flavian bisa cepat datang supaya kita semua tahu kebenarannya."

Raja Tigreal mengangguk. "Baiklah, aku akan istirahat setelah memeriksa semua pesan diplomasi. Kau kembalilah ke tempatmu."

"Baik, Yang Mulia," hormat Aaron.

***

Tempat pelatihan tak begitu ramai karena sebagian penggunanya masih disibukkan dengan jadwal kelas. Zilong, Clint dan Hayabusa sedang duduk-duduk di tepiannya tepat di bawah pohon nyiur. Ketiganya sudah selesai mengikuti kelas mereka beberapa jam yang lalu.

Di tengah asiknya mereka memperbincangkan sesuatu, tiba-tiba seseorang datang dan menendang punggung Zilong dengan keras. Pemuda itu langsung terguling ke depan.

"Ekkhh!" rintih Zilong merasakan ngilu di punggungnya yang hanya terbalut dengan pakaian biasa.

Clint dan Hayabusa berdiri membantu Zilong. Mereka terkejut melihat siapa yang berani menendang teman mereka.

"Kau??" ucap Clint dan Hayabusa bersamaan.

Miya sudah berdiri di depan Zilong dengan tatapan marah. "Beraninya kau melakukan tindakan bodoh seperti itu, hah, Dragon Knight!"

"Hei, ada apa denganmu? Kenapa menendangku?" protes Zilong.

"Kau masih bersikap tenang seolah tidak terjadi apa-apa? Dasar si bodoh ini." Miya menjewer telinga Zilong dengan kencang sehingga pemuda itu harus mengaduh-aduh.

"He-hentikan, memangnya apa yang sudah kulakukan?"

"Aku sudah tahu semuanya tentang tujuan Tuan Alucard datang ke sini. Dan duel bodohmu dengannya kemarin itu hanya karena kau salah paham padanya. Seharusnya kau minta maaf karena sudah melukainya."

"Salah paham bagaimana? Sudah jelas-jelas dia—aduh!"

Miya menempeleng kepala Zilong. Dalam sekejap pemuda itu jadi tak berdaya di depan sang gadis Elf. "Makanya cari tahu dulu kebenarannya, bodoh. Kau hanya mengandalkan kecurigaanmu tanpa mencari tahu kebenarannya apa kau pikir itu adalah sikap seorang kesatria? Aku bahkan malu menyebutmu Nobilium."

"Hei, Miya. Kau ini tangguh juga, ya," sahut Clint tiba-tiba. Dia mengerling usil pada gadis itu.

Miya menoleh pada Clint. "Apa maksudmu?"

"Yahh, kau agak menakutkan. Sekarang baru kusadari kalau kami tidak perlu bertarung karena sudah ada kau yang bisa menghabisi semuanya dengan pukulanmu itu."

Miya mencebik. "Kau pikir itu lucu? Aku tidak sedang bercanda, Clint."

"Kau bilang Zilong salah paham dengan pemuda itu? Apa yang terjadi?" sela Hayabusa penasaran.

"Aku mendengarnya bicara dengan Ruby dan aku juga sudah mengetahuinya dari kakakku. Dia datang ke sini memang dengan membawa misi, tapi misi itu bukan untuk mencelakakan kita."

"King Estes mengenalnya?" tanya Hayabusa lagi. Dia makin penasaran dengan sang Demon Hunter itu.

Miya mengangguk. "Mereka pernah bertemu jauh sebelum aku dan King Estes datang kemari. King Estes tahu benar siapa Tuan Alucard dan si bodoh ini berani-beraninya bersikap idiot menyerangnya tanpa mencari tahu dulu kebenarannya."

Zilong menggaruk pipinya. "Kalau memang benar begitu lalu kenapa dia bersikap mencurigakan dan mengendap-endap ke perpustakaan waktu tengah malam. Aku melihatnya sendiri. Apa yang dia cari?"

"Kalau soal itu aku tidak tahu. Kakakku tidak memberitahuku tentang itu."

"Meskipun begitu bukan salahku kalau aku menyerangnya. Salah sendiri dia membicarakan tentang misi yang dia jalankan pada King Estes dengan nada yang tidak jelas."

Miya mengerutkan kening. "Jadi kau menguping pembicaraan kakakku? Berani-beraninya kau—"

"Bukan menguping, hanya saja saat itu aku memang ingin menemui King Estes dan tidak sengaja mendengar sedikit pembicaraannya dengan Demon Hunter," jelas Zilong.

Miya menggeleng-geleng tak habis pikir. "Bersyukurlah karena Tuan Alucard tidak menghabisimu. Dia sengaja mengalah darimu dan bukan berarti dia memang kalah dalam duel kalian."

"Alucard sengaja mengalah?" tanya Clint bingung.

"Ya, si bodoh ini tidak tahu tentang kekuatan Tuan Alucard. Kuakui Dragon Knight memang kuat, tapi Demon Hunter yang kalian kenal itu jauh lebih kuat."

Zilong tak menimpali lagi perkataan Miya. Dia kembali berpikir, jadi memang benar apa yang dia rasakan di akhir duelnya kalau sang Demon Hunter memang sengaja kalah dalam duel mereka? Tapi kekuatan seperti apa yang dimaksud Miya dia benar-benar tidak tahu. Mungkin saat itu dia sedang beruntung karena Alucard tidak menggunakan kekuatannya yang sebenarnya.

"Hei, Putri cantik, apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Clint pada Miya.

Miya menatap Clint. "Apa?"

"Apa kau tertarik pada Demon Hunter?"

Zilong dan Hayabusa saling padang. Kini pertanyaan Clint jadi lebih masuk akal bagi mereka setelah kejadian ini.

Miya melotot. "Apa maksudmu? Aku? tertarik padanya?"

"Benar juga, kau tiba-tiba datang menendangku hanya untuk membela si Demon Hunter itu. Sekarang aku jadi mengerti kenapa kau melakukan ini," sahut Zilong. Dia merasa memiliki celah untuk membalas Miya.

Clint sudah tertawa kecil melihat ekspresi sang gadis Elf yang agak tersipu.

"Dengar ya, bodoh. Aku tidak membela siapapun, aku hanya ingin menunjukkan kesalahanmu dan kau harus memperbaikinya. Pertarungan sesama Nobilium tidak diperbolehkan di sini. Itu saja."

"Tapi sepertinya wajahmu menunjukkan jawaban yang lain," imbuh Hayabusa.

Miya ternganga. "Hayabusa? Kau juga?"

"Aku hanya menyampaikan pendapatku," jawab Hayabusa cepat-cepat.

Miya menggeleng kesal. "Terserah kalian saja. Tapi aku tidak akan membiarkan hal semacam itu terjadi lagi. Kalian dengar??"

Ketiga pemuda itu saling pandang. Akhirnya mereka memilih mengalah daripada memperpanjang perdebatan mereka. Gadis itu bisa saja berceloteh sepanjang hari.

"Ya, kami mengerti."

Sang gadis Elf pergi meninggalkan ketiga pemuda yang terheran-heran melihat sikapnya. Mereka, kecuali Zilong, berencana membuktikan ucapan Miya tentang sang Demon Hunter itu nanti.

avataravatar
Next chapter