webnovel

Satu-satunya Orang Yang Tak Pernah Melupakannya (4)

Redakteur: Wave Literature

Meskipun He Jichen sedang sibuk bekerja, sesekali ia menoleh ke arah Ji Yi. Ketika melihat pandangan Ji Yi beralih dari dirinya, lalu ke ranjang, alis He Jichen bertaut. Ia berhenti sejenak dan menyadari apa yang ada dalam benak Ji Yi.

He Jichen menoleh pada laptopnya dan melihat bahwa saat itu sudah jam sepuluh. Memang sudah waktunya istirahat. Ia mengambil ponselnya dari meja, mengetikkan pesan, dan mengirimkannya ke Ji Yi.

Saat ponselnya bergetar, Ji Yi segera memeriksa layar ponselnya dan mendapati nama "Kak Yuguang." Ia otomatis melihat ke arah pria yang ada di depan komputer sebelum membaca pesannya: "Manman, kalau kau mengantuk, tidurlah. Malam ini aku punya banyak pekerjaan, jadi kau tidak perlu mengkhawatirkan aku."

Rupanya "He Yuguang" tahu apa yang ada dalam benaknya.

Tetapi apakah dia benar-benar sedang banyak kerjaan, atau itu hanya alasan yang dipakainya agar aku merasa lega?

Ji Yi menatap layar ponselnya dan setelah berpikir beberapa saat, ia memilih untuk menjawab pesannya dengan kata "Oh", daripada harus berbicara secara langsung kepada "He Yuguang".

Setelah mandi, gadis itu naik ke ranjang.

Tombol lampu utama ada di samping He Jichen. Melihat Ji Yi sudah berbaring, ia lalu mematikan lampu sehingga kamar diselimuti dengan kegelapan, kecuali cahaya yang berpendar dari laptopnya.

Saat itu, Ji Yi yang tadinya sangat mengantuk sampai-sampai menguap, lalu memejamkan matanya tetapi tetap tidak bisa tidur.

Setelah membolak-balikkan badan di ranjang dengan gelisah beberapa kali, ia tak tahan dan akhirnya mengambil ponselnya yang ada di dekat bantal.

Setelah membuka percakapannya dengan He Yuguang di WeChat, Ji Yi mengulum senyum di sudut bibirnya dan akhirnya mengetik, "Kak Yuguang, aku akan menyisakah separuh ranjangnya untukmu. Kalau kau sudah selesai bekerja, beristirahatlah."

Ji Yi berhenti sesaat, lalu menambahkan beberapa kata: "Jangan salah paham... Aku hanya berpikir bahwa tidak baik untuk kesehatan jika kau bergadang."

Setelah selesai menulis pesan, gadis itu mendekatkan jempolnya ke mulut dan menggigiti kukunya dengan gelisah. Lalu dikirimkannya pesan itu.

Ia tahu "He Yuguang" pasti akan melihat pesannya, maka ia pun meletakkan ponsel menghadap ke bawah dan memejamkan mata.

Setelah sekitar dua puluh detik, ia samar-samar mendengar suara He Yuguang sedang membuka ponselnya, lalu tak lama kemudian, ponselnya sendiri pun menyala. Ia tahu bahwa ia menerima sebuah pesan. Ji Yi lalu terdiam sejenak, diam-diam mengambil ponselnya dan memeriksa tulisan pada layar.

Balasan "He Yuguang" sangat singkat; hanya ada dua kata: "Selamat malam."

Gadis itu tidak membalas pesan "He Yuguang" karena ia telah mengatakan semua yang ingin ia katakan, dan hatinya kini lebih tenang. Ji Yi lalu meletakkan ponselnya, memejamkan mata, dan tak berapa lama kemudian tertidur pulas.

Pagi harinya, ketika terbangun, Ji Yi melihat sisi ranjang sebelahnya kosong.

Spreinya juga rapi, seakan tidak ada seorangpun yang tidur di sana.

Kak Yuguang tidak mungkin terlalu sibuk bekerja semalaman, kan?

Ia segera duduk dan melihat "He Yuguang" berbaring di sofa. Ia memakai selimut yang sama yang dipakai Ji Yi tidur siang di hari sebelumnya.

Sofa itu agak kecil, dan karena pemuda itu bertubuh tinggi, separuh kakinya menggantung di udara.

Hanya dengan melihat posisi tubuhnya yang tidak nyaman sudah membuat Ji Yi merasa pegal-pegal. Jadi rupanya dia...

Aku sengaja memberinya ijin untuk berbagi ranjang denganku setelah selesai kerja, tetapi dia tidak melakukannya.

Apakah itu karena dia menghormatiku, ataukah dia takut akan menggangguku jika tidur di sampingku?

Seketika gadis itu mencengkeram erat selimutnya.